Kimi Raikkonen, “The Iceman”

F1 berisikan pembalap-pembalap terbaik. Namun ada satu pembalap yang skill-nya jago sekaligus punya persona dingin yang malah dicintai banyak penggemar bahkan sesama pembalap. Ialah Kimi, "The Iceman".

Rendra Yuniarto
Kimi Raikkonen Malaysia 2017. Foto: Worio, Wikimedia
Kimi Raikkonen Malaysia 2017. Foto: Worio, Wikimedia

F1 tak akan pernah lepas dari yang namanya politik. Adanya nilai ekonomi dari gelaran balap jet darat ini, wajar akan ada banyak kepentingan berbagai pihak, termasuk pembalap itu sendiri. Tapi ada satu pembalap yang enggak mau tahu urusan yang enggak ada kaitannya dengan balapan. Sikap dingin dan bodo amatnya malah bikin fans-nya jatuh cinta. Ialah Kimi Raikkonen, “The Iceman”.

Awal Karir

Terjunnya Kimi Raikkonen ke F1 bisa dibilang lewat jalur cepat. Kimi lompat dari balap regional Formula Renault UK Championship langsung ikut tes mobil F1 bersama Tim Sauber tahun 2000. Peter Sauber, selaku pemilik Tim F1 Sauber kala itu langsung percaya bahwa Kimi Raikkonen yang pantas ada di timnya untuk mengarungi musim 2001. Peter Sauber berani menolak tawaran pembalap berpengalaman lain hanya untuk memasukkan Kimi yang enggak punya pengalaman sama sekali di F1. Tapi Kimi memang punya talenta luar biasa. Dia bisa finish di posisi ke delapan klasemen akhir pembalap di musim pertamanya dan mengantar Tim Sauber meraih posisi empat konstruktor.

Kimi Raikkonen British GP 2004.
Foto: Martin Lee, Wikimedia

Puncak Karir

Tahun 2002, Kimi pindah ke Tim McLaren, dan di sana performanya semakin menanjak hingga menjadi penantang gelar juara dunia melawan Michael Schumacher yang sedang di puncak performanya. Namun musimnya di McLaren tidak didukung oleh mesin mobil yang reliable. Akibatnya, Kimi sering gagal finish karena kerusakan mobil. Kimi memutuskan untuk pindah di tahun 2007 dan tak butuh waktu lama ia menjadi juara dunia musim itu dan sukses mengantarkan Ferrari menduduki juara konstruktor.

Baca juga: Pembalap Terbaik di F1

Rehat Sejenak

Memasuki tahun ke-tiga di Ferrari, Kimi diberi tahu oleh tim bahwa dirinya tidak akan membalap untuk Ferrari di musim 2010, meskipun kontraknya berlaku hingga akhir tahun 2010. Sempat dikabarkan akan balik ke McLaren, Kimi malah memutuskan untuk rehat dari F1. Seakan memang Kimi ini enggak peduli-peduli amat sama dapat jatah kursi di F1. Selama dua tahun meninggalkan F1, dia ikutan balap lain, seperti World Rally Championship (WRC), Nascar, dan lainnya. Kimi benar-benar menikmati masa rehatnya terlepas dari segala intrik politik dunia F1.

Comeback

Sampai akhirnya di tahun 2012, Kimi kembali ke F1 bersama tim Lotus. Ada yang unik dari cerita Kimi ketika membela Lotus. Kimi sepakat untuk balapan dengan tim Lotus selama dua musim dengan kontrak sebesar 8 juta Euro (132 miliar rupiah), dengan bonus 50.000 Euro untuk setiap poin yang di dapat. Pemilik tim Lotus, Gerard Lopez mungkin menganggap bahwa Kimi tidak akan terlalu kompetitif, mengingat tim Lotus juga memiliki mobil yang biasa saja.

Kimi Raikkonen Malaysia 2017 FP2
Foto: Morio, Wikimedia

Tapi Gerard lupa, kalau Kimi adalah juara dunia F1. Kimi langsung kompetitif dengan meraih 14 podium dan dua kemenangan bersama Lotus selama dua musim. Total poin yang diraih sebanyak 390 poin. Artinya tim Lotus harus membayar bonus poin sebesar 19,5 juta Euro ditambah nilai kontrak 8 juta Euro, total 27,5 juta Euro (456 miliar Rupiah)! Alhasil, tim Lotus sendiri hampir bangkrut akibat ulah mereka sendiri. Kimi enggak mau balapan di akhir 2013  karena kontraknya belum dibayar oleh tim Lotus.

Akhir Karir

Hingga akhirnya di tahun 2014, Ferrari kembali merekrutnya hingga tahun 2019. Ia di-plot sebagai pembalap ke dua membantu Sebastian Vettel di Ferrari. Kimi berhasil meraih 23 podium, satu diantaranya adalah kemenangan di  GP Austin, Amerika Serikat tahun 2018.

Kimi kemudian pindah ke tim pertamanya, Sauber yang sudah di-branding menjadi Alfa Romeo, bertukar tempat dengan Charles Leclerc musim 2019. Hingga akhirnya ia memilih pensiun di tahun akhir musim 2021 karena ingin fokus bersama keluarga.

Kimi Raikkonen Alfa Romeo C39 Test 2020.
Foto: Alberto-g-rovi, Wikimedia

Persona kaya Kimi memang cukup langka di F1. Kimi sejatinya menunjukkan kalau kita suka sama sesuatu, ya dilakukan aja, enggak perlu ribet. Dan itu yang disukai sama orang-orang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *