F1 kembali populer berkat gempuran konten-konten di media sosial dan gimmick pemasaran mereka yang membuat F1 semakin relate dengan para penggemarnya. Kepopuleran F1 sudah mulai mengalahkan ajang MotoGP yang beberapa tahun ke belakang merajai kepopuleran olahraga balap. F1 yang sudah merajai penggemar balap di benua Eropa dan Amerika, juga mulai populer di benua Asia. Terlebih benua Asia sudah banyak menyelenggarakan balap F1, mulai dari Qatar, Bahrain, Arab Saudi, Azerbaijan, Turkiye, Tiongkok, India, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, dan Singapura.
Melihat F1 banyak singgah di negara-negara Asia, Indonesia yang warganya juga merupakan penikmat balap, tertarik untuk menyelenggarakan F1. Indonesia sendiri sudah punya reputasi baik dalam penyelenggaraan event olahraga otomotif Internasional. Superbike, Formula E, Motocross GP, F1/Powerboat, hingga MotoGP sukses dilaksanakan sekaligus memperkenalkan Indonesia kepada dunia. Dikutip dari Kompas.com, Presiden Joko Widodo mulai menginisiasi dan menjajaki kemungkinan F1 diselenggarakan di Indonesia paling cepat mulai 2024. Kabar yang tentu membuat speed enthusiasts semakin gembira.
Contoh Sukses: GP Singapura
Pada tahun 2019, penyelenggaraan F1 di Singapura berdampak pada peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dari Inggris, Australia, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. F1 juga meningkatkan lama menginap wisatawan dari yang semua rata-rata 3,4 hari menjadi rata-rata 7,1 hari.
Sempat absen selama dua musim pandemi, GP Singapura kembali digelar di tahun 2022 dengan langsung mencetak jumlah penonton yang hadir selama gelaran mencapai 302.000 dengan 49% berasal dari luar Singapura. Hal tersebut berdampak pada harga hotel yang naik hingga SG$440 per malam. GP Singapura juga menggunakan 90% kelompok dan perusahaan lokal untuk mendukung rangkaian GP Singapura. Acara Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions (MICE) tercatat diselenggarakan sebanyak 25 kali pada pekan-pekan menjelang GP Singapura yang juga memberikan dampak ekonomi.
Dampak pariwisata dan ekonomi ini bisa menjadi modal awal untuk Indonesia dapat menggelar F1. Juga berkaca pada pergelaran MotoGP tahun 2022 di Mandalika, Lombok. Menurut litbang Kompas, total pengeluaraan wisatawan selama penyelenggaraan MotoGP Mandalika mencapai estimasi Rp143 miliar. Angka tersebut diasumsikan akan menciptakan kenaikan sebesar 3,3% pertumbuhan ekonomi di Nusa Tenggara Barat. Melihat nilai kapitalisasi F1 yang relative lebih besar daripada ajang MotoGP, perputaran ekonomi dari pergelaran F1 juga akan lebih besar dan berpotensi menjadi sumber devisa negara melalui event.
Sarana dan Prasarana di Indonesia
Sirkuit Mandalika sedang berupaya untuk mendapatkan lisensi grade 2 FIA. Sebelumnya Indonesia sudah memiliki Sirkuit Ancol yang sudah berlisensi grade 3 FIA. Jika Mandalika ingin melaksanakan balapan F1, ketentuan teknis trek Mandalika perlu mengikuti ketentuan dari lisensi grade 1 FIA. Untuk memenuhi grade tersebut, pengelola dan promotor Sirkuit Mandalika harus menyelesaikan beberapa kekurangan tersebut.
Selesai sampai di situ? Tidak. Area sirkuit Mandalika haruslah juga memenuhi kriteria penyelenggaraan balap F1, seperti akses transportasi dan jumlah akomodasi yang kedua-duanya harus memadai bagi tim, official, dan penonton. Meskipun hal-hal penunjang tersebut sudah dipenuhi sesuai penyelenggaraan MotoGP, tentu ada beberapa hal yang akan sangat berbeda dalam penyelenggaraan F1 di Mandalika, mengingat biaya dan requirement-nya lebih banyak.
Ketua Ikatan Motor Indonesia (IMI) mengatakan bahwa IMI akan menargetkan Kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), dan Bintan untuk lokasi pembangunan sirkuit F1 dan MotoGP. Sebuah solusi yang memang paling mudah untuk dilaksanakan secara teknis, namun biayanya akan sangat mahal mengingat pembangunan sarana penunjang akan memakan waktu yang lama, terutama di Bintan. Pemilihan lokasi di Bintan merupakan langkah yang perlu dipikirkan matang-matang, mengingat sangat dekat dengan GP Singapura.
Pamor GP Singapura yang sudah memanjakan penonton lewat murahnya transportasi, mudahnya akomodasi, dan hiburan berkelas lainnya, sudah bisa menjadi bahan evaluasi untuk tidak terburu-buru dalam mengadakan gelaran F1 di Indonesia.
Antusias F1 di Indonesia
Harus diakui, fans F1 di Indonesia tidaklah semasif fans MotoGP. Kenapa? F1 adalah balap mobil yang masih dianggap olahraga kalangan atas. Sedangkan MotoGP bisa begitu disukai masyarakat karena motor sangat relate dengan kehidupan kita. Sebagai contoh, balap roda dua di Indonesia baik skala nasional maupun internasional sudah banyak berjalan dalam berbagai format, dan pasrtisipasi masyarakat juga cukup signifikan.
Apa yang perlu dilakukan? Perkuat ekosistem dunia balap tanah air, salah satunya adalah perbanyak kompetisi balap. Kompetisi adalah jalan paling optimal untuk meningkatkan kualitas pembalap tanah air, kualitas sirkuit dan kualitas penyelenggaraan balap secara bersamaan. Dengan banyaknya kompetisi, pembalap akan semakin banyak kesempatan untuk meningkatkan kemampuan mereka, sehingga akan muncul talenta-talenta berbakat untuk tampil di ajang internasional. Seringnya kompetisi akan meningkatkan tingkat penggunaan sirkuit, dan berdampak pada kualitas sirkuit yang semakin baik. Dengan kata lain tidak terbengkalai. Penyelengara dan promotor akan semakin berpengalaman dengan banyaknya kompetisi sehingga dalam jangka panjang mereka mampu menyelenggarakan balap berstandar internasional.
Jadi, bisakah F1 balapan di Indonesia?
Bisa, namun tidak dalam waktu 5-10 tahun ke depan. Indonesia perlulah memberikan value yang lebih dari hanya sekadar balapan mobil nantinya. Benchmark penyelenggaraan GP Singapura adalah langkah awal yang tepat untuk mengetahui aspek yang harus disiapkan jika akan menyelenggarakan F1 di Indonesia dan berkelanjutan. Jadi, janganlah terburu-buru.
————————-
Referensi:
https://www.wtf1.com/post/what-does-it-take-to-be-an-fia-grade-1-circuit/