Bogor menyimpan bukti sejarah perjuangan tentara Pembela Tanah Air (PETA), tempat yang dulunya berfungsi sebagai pusat pendidikan dan pelatihan bagi para perwiranya. Museum & Monumen PETA Bogor, yang terletak di Jl. Jend. Sudirman No. 35, Kota Bogor secara resmi dibuka pada tahun 1995 oleh Presiden Soeharto.

Sejarah Peta
Tentara PETA dibentuk pada 1943 dengan sejumlah tokoh penting sebagai pendirinya, yaitu Ir. Soekarno, Dr. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Agus Salim. Pembentukan PETA memiliki tujuan yang berbeda antara Indonesia dan Jepang. Bagi Indonesia, PETA merupakan upaya mempersiapkan diri menuju kemerdekaan, sementara Jepang memanfaatkannya sebagai kekuatan tambahan untuk menghadapi Sekutu.

Para anggota PETA mendapatkan pelatihan militer dari tentara Jepang selama 3 hingga 4 bulan, naik dari tingkat Prajurit hingga Komandan Peleton, lalu dikembalikan ke daerah asal untuk melanjutkan hingga mencapai pangkat Komandan Batalyon.
Salah satu sosok penting dalam PETA adalah Supriyadi, seorang komandan peleton yang dikenal karena memimpin perlawanan terhadap sistem kerja paksa “Romusha” yang ditentang oleh para tentara PETA. Setelah kejadian tersebut, Supriyadi dilaporkan menghilang, dan meskipun ada yang mengaku sebagai dirinya setelah Indonesia merdeka, klaim itu tidak terverifikasi. Kemudian, pemerintah Jepang membubarkan PETA pada tahun 1945.
Koleksi Museum & Monumen PETA Bogor

Museum ini menampilkan berbagai diorama yang menggambarkan perjuangan tentara Pembela Tanah Air (PETA) saat merebut kemerdekaan, dilengkapi dengan koleksi senjata dan perlengkapan perang. Benda-benda tersebut berasal dari hasil sitaan dari tentara Jepang maupun sumbangan para veteran PETA. Museum dan monumen ini sangat direkomendasikan untuk dikunjungi sebagai media pembelajaran mengenai sejarah dan semangat perjuangan bangsa.
