Ramalan Bai Liu – Di sebuah kampung kecil di pinggiran Kota Kupang, hidup masyarakat yang sederhana dan penuh kedamaian. Suasana kampung itu dipenuhi tawa ceria penduduk yang ramah dan saling mengenal. Namun, ketenangan yang selama ini mereka nikmati berubah saat seorang pria asing muncul di antara mereka. Pria itu bernama Bai Liu, seorang tukang pijat refleksi keliling yang terlihat begitu sederhana. Ia mengenakan pakaian lusuh, dan topi jerami yang selalu menutupi sebagian wajahnya. Meski begitu, ada sesuatu yang berbeda dari pria ini. Senyum hangat yang selalu menghiasi bibirnya seolah menyiratkan kedamaian batin yang mendalam.
Kedatangan Bai Liu di kampung tersebut sangat misterius. Tak seorang pun tahu dari mana asalnya, dan mengapa ia memilih untuk tinggal di kampung yang terpencil ini. Namun, keramahan Bai Liu dan keahliannya dalam memijat membuatnya cepat diterima oleh warga. Mereka yang merasakan sentuhan tangan Bai Liu selalu merasa lega, seolah-olah segala beban yang menghimpit hilang seketika. Keahlian Bai Liu dalam memijat membuatnya menjadi sosok yang dicari banyak orang di kampung tersebut.
Namun, ada sesuatu yang lebih dari sekadar keahlian memijat pada diri Bai Liu. Setiap kali ia memijat seseorang, Bai Liu seakan mampu membaca masa depan orang tersebut. Ramalan-ramalan yang keluar dari mulutnya selalu terbukti benar. Contohnya, ketika seorang ibu yang sedang dipijatnya diberitahu bahwa anaknya akan segera mendapatkan pekerjaan di kota. Tak lama setelah itu, surat panggilan kerja pun datang. Begitu pula dengan seorang petani yang tengah dilanda kekhawatiran. Bai Liu memberitahunya bahwa hujan akan turun tiga hari lagi. Dan benar saja, hujan pun turun tepat pada waktunya, menyelamatkan tanaman dari kekeringan yang mengancam.
***
Ramalan-ramalan Bai Liu membuatnya semakin dihormati oleh warga kampung. Mereka mulai mempercayai bahwa Bai Liu bukanlah orang biasa. Namun, meski begitu dihormati, Bai Liu tetap memilih untuk menjalani kehidupan yang unik dan sederhana. Ia menetap di sebuah gubuk reyot di tengah pemakaman Kapadala, sebuah tempat yang dianggap menyeramkan oleh sebagian besar warga kampung. Meski banyak yang penasaran tentang asal-usul Bai Liu, mereka yang mencoba mencari tahu selalu merasa ada sesuatu yang menahan mereka, seolah-olah misteri yang menyelimuti pria ini terlalu dalam untuk diungkapkan.
***
Seiring berjalannya waktu, popularitas Bai Liu semakin meluas. Namun, tak semua orang senang dengan keberadaannya. Pak Lurah, seorang pria yang merasa memiliki otoritas tertinggi di kampung itu, mulai merasa cemas. Bagi Pak Lurah, kehadiran Bai Liu mengancam posisinya. Bagaimana mungkin seorang pendatang yang tak dikenal bisa mendapatkan perhatian dan penghormatan lebih dari dirinya?
Rasa cemburu Pak Lurah semakin memuncak ketika ia mendengar bahwa banyak warga yang lebih mempercayai ramalan Bai Liu daripada keputusannya. Suatu malam, Pak Lurah memanggil Bai Liu ke rumahnya. Dengan nada yang setengah memerintah, ia meminta Bai Liu untuk meramal nomor Togel Kupon Putih, sesuatu yang selama ini menjadi kebiasaan tersembunyi Pak Lurah. Namun, Bai Liu dengan tenang menolak permintaan tersebut.
***
“Ramalan bukan untuk dipermainkan,” kata Bai Liu dengan lembut namun tegas. “Nasib adalah sesuatu yang harus kita jalani, bukan kita kendalikan.” Penolakan ini membuat Pak Lurah marah besar. Ia merasa dipermalukan oleh Bai Liu. Dalam kemarahannya, Pak Lurah mulai merencanakan sesuatu yang jahat. Ia mulai menyebarkan desas-desus bahwa Bai Liu adalah seorang Suanggi yang memiliki kekuatan supranatural yang berbahaya dan bertujuan buruk. Kabar ini dengan cepat menyebar di kalangan warga kampung. Mereka yang sebelumnya mengagumi Bai Liu, kini mulai merasa takut dan curiga. Mereka mulai bertanya-tanya tentang asal-usul Bai Liu, mengapa ia tinggal di pemakaman, dan apakah niatnya sebenarnya.
***
Ketakutan yang melanda warga kampung akhirnya mencapai puncaknya. Suatu malam yang gelap tanpa bintang, Pak Lurah mengumpulkan sekelompok warga yang telah terhasut olehnya. Mereka berbondong-bondong menuju pemakaman Kapadala dengan membawa obor, sekop, dan berbagai alat penghancur lainnya. Mereka berniat untuk mengusir Bai Liu dari kampung mereka.
Saat mereka tiba di gubuk Bai Liu, amarah dan ketakutan mereka memuncak. Dengan brutal, mereka menghancurkan gubuk itu. Namun, yang mereka temukan hanyalah gubuk kosong. Bai Liu tidak ditemukan di mana pun. Ia menghilang begitu saja, seolah-olah disapu oleh angin malam. Warga kampung, termasuk Pak Lurah, terdiam dalam kebingungan dan ketakutan. Apakah Bai Liu telah meramalkan kejadian ini dan memilih untuk menghilang sebelum mereka datang?
Baca juga: Pohon-Pohon Berbisik di Ibu Kota
***
Keesokan harinya, kampung itu kembali sepi. Kehidupan kembali seperti biasa, namun ada perasaan ganjil yang menghantui. Tak ada lagi yang berbicara tentang Bai Liu, seolah-olah ia tidak pernah ada. Namun, dalam hati mereka, rasa penyesalan mulai tumbuh. Mereka mengingat kembali ramalan-ramalan Bai Liu yang selalu terbukti benar dan kebaikannya yang tulus. Satu per satu dari mereka mulai merasakan kehilangan yang mendalam.
Pak Lurah, meski berhasil menyingkirkan Bai Liu, tidak pernah merasa benar-benar menang. Mimpi-mimpi buruk mulai menghantui tidurnya. Dalam mimpinya, ia selalu melihat Bai Liu, dengan senyum tenang yang penuh arti, seolah-olah Bai Liu tahu sesuatu yang tidak ia ketahui. Kegelisahan Pak Lurah semakin hari semakin dalam. Ia mulai kehilangan kendali atas dirinya sendiri, dihantui oleh bayangan Bai Liu yang tak pernah hilang dari benaknya.
***
Waktu pun berlalu. Kehidupan di kampung kembali berjalan seperti biasa, namun kenangan tentang Bai Liu tetap tersimpan di sudut-sudut hati mereka. Warga kampung telah belajar sebuah pelajaran penting dari kejadian ini. Mereka menyadari bahwa nasib adalah sesuatu yang harus dihadapi dengan keberanian dan keikhlasan, bukan dengan ketakutan dan kebencian.
Meskipun Bai Liu telah menghilang tanpa jejak, keberadaannya tetap hidup dalam ingatan mereka. Bai Liu meninggalkan mereka dengan pelajaran tentang kebijaksanaan dan misteri kehidupan yang tak pernah benar-benar bisa diungkapkan. Di tengah kesunyian kampung, di antara hembusan angin yang sepoi-sepoi, nama Bai Liu tetap berbisik dalam hati mereka, mengingatkan bahwa tidak semua hal di dunia ini dapat dijelaskan dengan logika semata. Ada hal-hal yang lebih besar, lebih misterius, dan hanya bisa dipahami oleh mereka yang mau membuka hati dan menerima kenyataan dengan ikhlas.
*) Suanggi adalah orang yang mempunyai ilmu hitam dan sering menjahati orang lain dengan ilmunya, Bai adalah panggilan untuk kakek atau orang yang sudah tua.