Libur panjang telah usai, namun banyak kisah yang bisa diceritakan. Pertanyaan umum usai liburan adalah, “Liburan kemana saja?” Bagi sebagian orang, saat Lebaran adalah waktunya mudik alias mengunjungi keluarga di kampung. Namun jangan salah banyak juga yang berkunjung ke tempat wisata di Jakarta. Yuk Berkunjung ke Museum Fatahillah.
Disana kita akan melewati jasa foto dengan berbagai macam kostum. Mulai dari penari, pahlawan nasional, Gatot Kaca dan masih banyak lagi. Usai berfoto kita bisa membayar mereka seikhlasnya dengan memasukan uang di kotak yang tersedia.
Museum Fatahillah atau nama resminya adalah Museum Sejarah Jakarta, diresmikan pada 30 Maret 1974 oleh Gubernur DKI Jakarta kala itu yaitu Ali Sadikin. Tiket masuk ke museum ini sangatlah murah yaitu Rp. 5.000 untuk dewasa, Rp. 3.000 untuk pelajar/mahasiswa dan Rp. 2.000 untuk anak-anak. Dengan membeli tiket masuk, kita bisa melihat sluruh koleksi yang ada di museum ini. Jam operasional Museum dibuka mulai pukul 09.00 WIB dan tutup 15.00 WIB. Khusus hari Senin museum tutup untuk alasan pembersihan.
Apa Saja Koleksi di Museum Fatahillah
Lantai pertama kita dapat melihat koleksi benda zaman prasejarah. Mulai dari berbagai jenis batu dengan ukuran yang kecil sampai batu yang besar yang berasal di zaman Kerajaan Tarumanegara.
Koleksi Museum Fatahillah di lantai dua. (Foto Dokumen Pribadi / Winarsih)Di lantai dua, kita bisa melihat koleksi uang zaman dulu, wadah timbangan beras, kotak penyimpanan, alat ukur bahan bangunan, miniatur kursi dan juga parabot kayu lainnya. Di lantai ini kita diceritakan melalui gambar dan tulisan mengenai Jakarta sebagai sebuah kampung yang besar. Adapun di bagian lainnya di lantai ini dikisahkan bagaimana Balai kota menjadi Museum Jakarta, beserta linimasa perubahan isi gedungnya.
Hal yang paling mencolok adalah di lantai 2 yaitu, kita bisa menemukan beberapa lukisan cukup besar dan menjadi spot bagi pengunjung untuk berfoto. Yaitu lukisan “Pertempuran antara Sultan Agung dan Jan Pieterszoon Coen” yang dilukis oleh S. Sudjojono. Lukisan lain yang menarik adalah Lukisan Van Der Parra. Parra adalah salah seorang gubernur jenderal Batavia tahun 1761. Sayangnya tidak dikenal siapa sosok pelukisnya. Diakhir perjalanan museum kita akan diperlihatkan linimasa dunia dan linimasa Jakarta dengan judul “Sebelum Kalapa menjadi Jakarta” yang dimulai dari 3500 SM.
Penjara bawah tanah di Museum Fatahillah. (Foto Dokumen Pribadi / Winarsih)Bagian yang membuat banyak orang penasaran adalah penjara bawah tanah. Penjara ini terdiri dari ruangan sempit setinggi sekitar satu meter. Bagi orang dewasa untuk masuk kedalamnya hanya bisa merundukkan badan. Kita pun dapat melihat bola besi dengan berbagai ukuran yang digunakan kepada para tahanan. Para pejuang neger yang pernah ditahan disini antara lain Cut Nyak Dien, Untung Suropati dan Pangeran Diponegoro. Saat itu para tahanan hanya diberi nasi encer dan air tawar setiap hari .
Tidak jauh dari penjara bawah tanah, pada halaman belakang terdapat sebuah sumur yang kini diisi ikan berwarna warni. Sumur ini dibuat pada abad ke 18 dan memiliki fungsi sumber air untuk pembangunan Balai Kota, memberi minum kuda dan memberi minum tahanan.
Di bagian halaman ini kita pun dapat melihat patung Hermes. Dalam mitologi Yunani, Hermes adalah anak dewa Zeus. Pemilik patung ini adalah seorang Jerman bernama Karl Wilhelm Stolz yang kemudian menghadiahkan patung tersebut kepada pemerintah kota Batavia sekitar tahun 1930.
Museum ini pun terdapat toko souvenir yang bisa kita jumpai saat keluar dari area museum. Berbagai pernak-pernik mulai dari pajangan, gantungan kunci, kaos dan lain-lain dapat dibeli disini. Secara umum biaya wisata ke museum sangatlah murah akan tetapi memiliki nilai edukasi yang tak ternilai.
Saat berkunjung ke museum perlu memperhatikan tata tertibnya seperti tidak menyentuh koleksi museum, tidak membuka jendela museum, membuang sampah pada tempatnya, tidak merokok, berdiri di garis pembatas, tidak membawa makanan dan minuman ke dalam museum, menitipkan tas besar, payung dan jas hujan. Paling penting adalah kita bersama sama menjaga warisan budaya kita.
Baca juga:
5 Museum Di Yogyakarta Dijamin Asyik Dan Menarik
Response (1)