Jakarta, suarakreatif.com – AngGuN atau lebih di kenal Angklung Gumati Nusantara terbentuk pada tanggal 7 Oktober 2021. Angklung Gumati Nusantara kembali tampil dalam Melestarikan Angklung dan Kebaya Nusantara. Penampilan AngGun kembali memukau dalam memeriahkan Hari Sumpah Pemuda yang ke 94 di Stasiun MRT Blok M BCA dan MRT Bundaran Hotel Indonesia pada hari Jumat, 28 Oktober 2022.
Untuk tetap menjaga prokes pihak MRT membatasi jumlah pemain, mereka hanya di perbolehkan tampil dengan 40 orang saja. Kehadiran Angklung Gumati Nusantara di sambut baik oleh pihak MRT, bahkan mereka di ajak untuk berkeliling stasiun MRT.
Dalam penampilanya AngGuN kerap membawakan lagu daerah, Lagu nasional, dan lagu populer. Seperti ketika mereka tampil Jumat lalu di Stasiun MRT Blok M BCA dan Stasiun Bundaran HI, lagu-lagu yang mereka bawakan adalah Bangun Pemuda Pemudi, Medley lagu-lagu Betawi, Dancing Queen, Ojo di Bandingke, dan Alusi Au.
Para pemain Angklung Gumati Nusantara memiliki ciri khas dalam berbusana dalam setiap penampilannya. Sebagai upaya melestarikan budaya Indonesia, mereka selalu menggunakan kebaya yang dipadukan dengan kain wastra (warisan nusantara). Saat mereka tampil di stasiun MRT 28 Oktober 2022 lalu, seluruh pemain menggunakan kaos hitam lengan panjang dengan simbol angklung di dada, yang dipadukan dengan bawahan berupa perpaduan kain lurik dan kain batik.
Bagi Sahabat Kreatif yang penasaran dan ingin menyaksikan penampilannya, hari Minggu, 6 November 2022, Angklung Gumati Nusantara akan memeriahkan “Parade Budaya Nusantara” yang di selenggarakan oleh BNPT di Sarinah Thamrin. Acara tersebut merupakan Parade Budaya Nusantara yang bertujuan memecahkan rekor MURI bersama 18.000 perempuan yang menggunakan kebaya.
Di samping itu Parade Budaya Nusantara ini diselenggarakan untuk menunjukan keanekaragaman jenis kebaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Rote. Pemilihan tema “Kebaya Nusantara Goes to UNESCO” merupakan perwujudan dalam melaksanakan multi-track diplomacy, cultural diplomacy, dan soft diplomacy ke mancanegara. Mari kita bersama-sama memperjuangkan kebaya sebagai identitas perempuan Indonesia di UNESCO.
Response (1)