Isu Megathrust dan Dampaknya terhadap Pariwisata Lokal – Indonesia belakangan ini tengah digemparkan oleh isu Megathrust. Potensi ancaman gempa paling dahsyat di muka bumi, yang terjadi akibat pergerakan lempeng tektonik, terutama di zona subduksi. Datangnya isu Megathrust bukan tanpa alasan, karena letak Indonesia di Cincin Api Pasifik selalu dibayangi oleh potensi bencana besar.
Pemerintah melalui Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah beberapa kali memperingatkan masyarakat mengenai hal ini. Faktanya, isu Megathrust tidak hanya menjadi perhatian berbagai pihak, tetapi juga berpengaruh pada banyak sektor, tak terkecuali pariwisata lokal. Masyarakat khawatir akan adanya Megathrust, inilah yang menjadi penyebab utama wisata-wisata dalam negeri saat ini merosot, terutama wisata pantai. Lalu, bagaimana strategi mitigasi, yang harus dilakukan agar masyarakat tidak panik dan angka wisatawan kembali meningkat?
Apa itu Megathrust?
Di atas sudah sedikit dijelaskan bahwa, Megathrust merupakan jenis gempa bumi yang terjadi di zona subduksi. Zona subduksi terjadi ketika dua lempeng tektonik terbesar bertemu dan saling bertabrakan. Magnitudo besar dari Megathrust akan membentuk gunung berapi dan gempa bumi, hingga menyebabkan tsunami dengan kerusakan yang besar. (National Geographic, 2024)
Di Indonesia, potensi Megathrust berada di sepanjang lempeng sunda, yang mencakup Jawa, Sumatera, hingga Nusa Tenggara.
Dampak Besar Megathrust (Kasus : Tsunami Aceh)
Gempa Megathrust pernah terjadi di Indonesia, yaitu gempa besar yang menyebabkan tsunami di Aceh pada Tahun 2004 silam. Gempa dengan magnitudo 9,1 itu seperti yang kita tahu telah meluluhlantakkan sebagian Aceh dengan banyaknya kerusakan yang ditimbulkan. (testindo, 2024)
Bayangkan ketika lempeng bumi bertabrakan dengan kekuatan yang luar biasa di dasar laut, dan akhirnya memicu tsunami besar yang menyapu daratan. Nah, itulah yang terjadi di Aceh.
Kerusakan dari contoh Megathrust di Aceh adalah sebagai berikut :
1. Kerusakan Infrastruktur
Bangunan, jalan, dan jembatan, semua hancur. Aceh saat itu terlihat sangat berantakan. Banyak kerusakan dari fasilitas umum, dan tentunya kondisi tersebut membuat akses dan mobilitas masyarakat Aceh menjadi terhambat.
2. Korban Jiwa
Salah satu dampak paling menyedihkan adalah, ratusan ribu orang meninggal dunia dan banyak yang hilang. Keluarga-keluarga terpisah, anak kehilangan orang tua, begitupun sebaliknya. Efek psikologis yang dialami para penyintas sangat berat, bahkan masih terasa hingga saat ini.
3. Kerugian Ekonomi
Banyak bisnis dan perekonomian yang lumpuh total. Pasar, toko, hingga industri kecil ikut hancur, dan butuh waktu bertahun-tahun untuk bangkit, memulihkan ekonomi masyarakat yang terdampak.
4. Lingkungan Rusak
Terjadinya bencana alam, tentu kerusakan lingkungan adalah dampak yang paling besar. Banyak pepohonan tumbang, ekosistem laut terganggu, dan daerah pesisir porak-poranda. Banyak lahan yang rusak parah dan tidak lagi bisa dimanfaatkan.
5. Penyakit dan Krisis Kesehatan
Setelah bencana terjadi, masalah kesehatan mulai muncul, dari penyakit kulit sampai infeksi. Kondisi sanitasi yang buruk juga memperburuk keadaan, membuat penyebaran penyakit semakin cepat.
Dampak Isu Megathrust pada Sektor Pariwisata
Seperti yang kita tahu, Indonesia terkenal dengan objek-objek wisata bahari, terdapat banyak pantai di setiap daerahnya. Seperti yang tercatat dalam data Kementerian Kelautan dan Perikanan, Indonesia mempunyai 20,87 juta Ha konservasi perairan, pesisir dan beberapa pulau. Garis pantai Indonesia membentang hingga 99.093 km dengan luas 3,257 juta km persegi. (eticon.co.id, 2022)
Sektor pariwisata adalah salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia, terutama di daerah-daerah seperti Lombok, Bali, hingga Kepulauan Mentawai. Saat berita mengenai isu megathrust mulai menyebar, sektor pariwisata bahari pun ikut terdampak. Para wisatawan mulai berpikir ulang untuk tidak mengunjungi objek wisata yang berdekatan dengan garis pantai. Hal ini menyebabkan sejumlah objek wisata bahari mulai menurun angka pengunjungnya.
Kekhawatiran masyarakat ini bisa kita pahami, bahwa keselamatan adalah prioritas utama. Namun, pemerintah menghimbau agar masyarakat jangan terlalu panik, seperti yang diungkapkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno. Sandi mengatakan, bahwa yang terpenting adalah kewaspadaan dan mencari informasi melalui sumber-sumber terpercaya terkait isu megathrust, seperti BMKG. (ekonomi.bisnis.com, 2024)
Strategi Mitigasi
Untuk mengurangi dampak negatif Megathrust terhadap sektor pariwisata diperlukan beberapa strategi mitigasi yang harus dilakukan dengan baik. Berikut adalah beberapa strategi mitigasi tersebut, antara lain :
1. Infrastruktur Tahan Gempa
Pemerintah Daerah dan pengelola destinasi wisata lokal perlu meningkatkan pembangunan fasilitas yang dimiliki di objek wisata dengan infrastruktur tahan gempa. Tempat-tempat seperti hotel, restoran, dan tempat wisata harus dibangun dengan standar kontruksi yang kuat. Untuk wisata pantai, mungkin diperlukan tempat berlindung darurat yang kuat untuk menghindari bencana yang terjadi di sekitar pantai.
2. Sosialisasi dan Pelatihan Evakuasi
Wisatawan dan penduduk lokal harus diberikan edukasi tentang cara menghadapi bencana. Misalnya, perlu diadakan simulasi evakuasi di area wisata pantai, agar wisatawan ikut melihat tindakan yang harus diambil ketika terjadi gempa dan tsunami.
3. Sistem Peringatan Dini
Pemasangan sistem peringatan dini gempa dan tsunami di destinasi wisata pantai sangat penting. Misalnya, alarm yang berbunyi saat akan ada potensi tsunami, bisa memberikan waktu evakuasi lebih cepat sebelum bencana datang mendekat.
4. Diversifikasi Destinasi Wisata
Untuk mengurangi ketergantungan pada destinasi wisata di zona rawan bencana, pemerintah daerah bisa mendorong pengembangan destinasi wisata di daerah yang lebih aman. Masih di provinsi yang sama namun potensi bencananya lebih sedikit. Wisatawan bisa mengganti pilihan dengan wisata alam pegunungan atau wisata budaya yang lebih jauh dari garis pantai. Cara ini bisa tetap memberikan pemasukan untuk wisata daerah setempat.
5. Asuransi
Menyediakan asuransi untuk sektor pariwisata, baik untuk wisatawan maupun pelaku usaha, bisa mengurangi kerugian finansial lebih besar. Misalnya, jika terjadi bencana, asuransi dapat membantu pemulihan sektor pariwisata dengan cepat. Cara ini sudah banyak dilakukan oleh beberapa objek wisata di Indonesia, seperti yang tertulis dalam tiket masuk. Contohnya, harga tiket masuk Rp. 30.000, Rp. 20.000 untuk objek wisata, Rp. 10.000 untuk biaya asuransi.
6. Kolaborasi dari Berbagai Pihak
Pemerintah perlu bekerja sama dengan pelaku usaha pariwisata, komunitas lokal, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Hal ini diperlukan untuk merencanakan dan menerapkan langkah-langkah mitigasi. Dengan dukungan banyak pihak, sektor pariwisata bisa lebih tangguh menghadapi ancaman Megathrust.
Kesimpulan
Penulis dapat menarik kesimpulan dari pernyataan Sandiaga Uno, yaitu dengan adanya isu megathrust ini, masyarakat tidak perlu panik berlebihan. Masyarakat perlu menanamkan keseimbangan antara menikmati keindahan alam, namun harus tetap waspada. Indonesia dan keindahan alamnya tidak akan pernah pudar meski diterpa isu bencana besar seperti megathrust.
Referensi
https://ekonomi.bisnis.com/read/20240820/12/1792422/gempar-isu-gempa-megathrust-menparekraf-bmkg-minta-publik-tak-perlu-panik
https://eticon.co.id/potensi-wisata-bahari-indonesia/
https://nationalgeographic.grid.id/tag/megathrust
https://testindo.co.id/apa-itu-gempa-megathrust-dan-bagaimana-dampaknya-ini-penjelasannya/