Etika Wisata di Jepang – Pariwisata, sebagai industri yang terus berkembang, memiliki dampak signifikan terhadap ekonomi suatu negara. Meskipun memberikan manfaat positif, industri ini juga sering menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat. Oleh karena itu, United Nations World Tourism Organization (UNWTO) mengembangkan Kode Etik Global untuk Pariwisata sebagai panduan untuk menciptakan industri pariwisata yang bertanggung jawab.
Jepang, sebagai salah satu anggota afiliasi UNWTO, terbukti mentaati prinsip-prinsip dan aturan yang terkandung dalam Kode Etik Global untuk Pariwisata. Dengan akar budaya yang kuat, Jepang memiliki norma-norma etika yang perlu diikuti oleh para pendatang, termasuk wisatawan. Oleh karena itu, penting untuk memahami etika pariwisata di Jepang sebelum memulai perjalanan liburan ke negara ini.
Etika Kesopanan
Pertimbangan pertama berkaitan dengan etika sopan santun. Masyarakat Jepang dikenal dengan sikap sopan mereka yang moderat. Mereka mengekspresikan kesopanan dengan berbicara dengan suara pelan, terutama di lokasi umum, agar tidak mengganggu orang lain.
Selain itu, mereka berusaha untuk menghindari perilaku yang dapat membuat orang lain merasa tidak nyaman, seperti menahan diri dari bersendawa di tempat umum. Oleh karena itu, disarankan untuk tidak bersendawa saat makan, karena hal ini dianggap tidak pantas oleh penduduk setempat.
Gercep dan jaga keheningan saat berada di stasiun dan dalam kereta
Kereta merupakan salah satu moda transportasi umum yang paling populer di kalangan penduduk Jepang. Oleh karena itu, jumlah penumpang, terutama pada jam sibuk, seringkali sangat padat. Saat berada di stasiun, penting untuk bergerak dengan cepat agar tidak menghambat pergerakan penumpang lain yang berusaha mengejar waktu. Jika ada kebingungan mengenai arah yang harus diambil, disarankan untuk berhenti sejenak di tepi dan menentukan arah tujuan sebelum melanjutkan bersama dengan penumpang lain.
Ketika berada di dalam kereta, sebaiknya hindari berbicara dengan suara keras karena perilaku ini dianggap tidak sopan dalam budaya Jepang. Jika memang perlu berkomunikasi dengan teman, lebih baik menggunakan aplikasi chat di ponsel. Selain itu, pastikan untuk menjaga barang bawaan dengan cermat agar tidak menghalangi pergerakan atau memberikan kenyamanan yang cukup bagi penumpang lain.
Baca juga: Yuk Intip Desa Haire, Desa Air ala Jepang!
Etika di pemandian umum
Mengenai etika di pemandian umum. Seperti yang sudah kamu ketahui, orang Jepang sangat suka dengan namanya berendam di pemandian umum. Apabila wisatawan juga ingin coba mandi di pemandian umum, mereka tidak boleh risih.
Cobalah bersosialisasi dengan telanjang bulat karena itulah kebiasaan orang lokal. Lalu, jangan lupa untuk membasuh badanmu sebelum kamu berendam. Kamu juga tidak boleh berfoto-foto di pemandian umum, dan keringkanlah badanmu sebelum memasuki ruang ganti.
Pakai sandal atau kaus kaki di dalam ruangan
Melansir dari laman msigonline.co.id yang mengutip japan-guide.com, aturan tata krama dalam ruangan di Jepang banyak yang berkaitan dengan alas kaki. Sebab, memasuki sebuah hunian atau ruangan dengan bertelanjang kaki itu tidak sopan. Di Jepang, ada batas yang jelas antara bagian dalam dan luar hunian, yang ditandai dengan sandal atau kaus kaki dan sepatu yang dipakai di luar.
Prinsip ini tidak hanya berlaku di rumah tinggal, melainkan juga di penginapan tradisional seperti ryokan, beberapa restoran, area di dalam kuil atau kastil, serta bangunan bersejarah lainnya. Oleh karena itu, disarankan untuk menggunakan sandal rumah atau kaus kaki saat mengunjungi lokasi-lokasi tersebut.
Angkatlah mangkuk sambil menikmati makanan dengan bersuara
Saat makan menggunakan mangkuk kecil, disarankan untuk mengangkat mangkuk ke arah mulut daripada membungkuk ke arah mangkuk yang diletakkan di atas meja. Selain itu, menikmati mi atau sup dengan cara berseruput dengan suara yang terdengar dihargai di Jepang, karena dianggap sebagai bentuk penghargaan terhadap hidangan tersebut. Setelah selesai makan, penting untuk merapikan alat makan, seperti meletakkan sumpit kembali ke wadahnya atau menutup piring dengan piring lain.
Berhati-hatilah terhadap sekitar ketika berada di ruang publik
Jepang memang dikenal sebagai salah satu negara dengan budaya individualis. Meskipun demikian, penting untuk tetap memperhatikan orang-orang di sekitarmu saat berada di tempat umum, terutama di jalanan. Kepekaan ini dihargai tinggi di negara ini dan bertujuan untuk menghindari merepotkan orang lain, yaitu mengganggu gerak atau aktivitas orang lain ketika berada di ruang publik.Untuk itu, berdirilah di tepi jalan agar tidak menghalangi langkah orang lain ketika kamu sedang menunggu; terutama kalau membawa banyak barang.
Selain itu, hindarilah mengonsumsi makanan atau menyesap minuman sambil berjalan, sebab aktivitas ini tidak sopan di mata orang Jepang. Kamu yang merokok aktif juga tidak boleh merokok di sembarang tempat. Carilah area khusus yang memang membolehkan kamu untuk merokok agar tidak mengganggu orang lain.
Inilah beberapa aturan tata krama yang sebaiknya diikuti saat berkunjung ke Jepang, sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya setempat sebelum menjelajahi Negeri Sakura ini.
Nah kira-kira akankah Pariwisata Indonesia dapat seperti Jepang yang memiliki etik sendiri agar para wisatawan baik lokal maupun mancanegara tetap menjaga kelestarian dan menghormati budaya Indonesia yang kini mulai tergerus oleh perkembangan zaman.
Pariwisata Indonesia perlu memiliki norma-norma etika yang sudah sepantasnya dipatuhi khususnya oleh para pendatang.
Sumber:
https://www.msigonline.co.id/index.php/etika-turisme-di-jepang-catat-sebelum-terlambat-eng
https://www.gudnyus.id/2019/06/etika-berwisata-ke-jepang.html