Roni, panggil saja aku dengan nama itu. Seorang anak yang tidak bisa apa-apa, memiliki kemampuan biasa saja tidak sehebat anak seusiaku, tidak mempunyai piala, piagam perhargaan, sertifikat atau hal hebat lainnya. Selalu overthinking dan membandingkan diri dengan orang lain.
Bagaimana tidak, teman-temanku sudah lanjut kuliah dan bekerja. Sedangkan aku? Masih saja diam di rumah, semangat yang naik -turun untuk merubah diri, yang ujung-ujungnya jadi pemalas kembali.
Memangnya kenapa bisa tidak lanjut? Aku memilih gap year, karena kuliah kan butuh biaya dan aku tidak paham tentang beasiswa. TIdak ada kendaraan yang luang untuk dibawa pergi, banyak loker tapi jaraknya sangat jauh dari rumah, persyaratan kerja sekarang juga agak aneh.
Itulah alasan-ku menyebut diri ini sebagai Mayat Hidup. Bukan zombie atau bukan hantu, kegiatannya saja yang mirip. Aku tidak memakan otak manusia atau bisa menembus dinding, tapi rutinitasku selalu berputar tanpa berkembang. Bangun tidur, makan, main hp sampai tidur lagi. Tidak ada bedanya kan dengan sampah masyarakat? beban tubuhku hanya puluhan kilogram, tapi bebanku? Malah membebani keluarga, mungkin ada seribu kilo. lucu sekali menghitung seperti itu.
Sekarang aku mulai bergerak. Sedikit demi sedikit meninggalkan kebiasaan lama, sejengkal demi sejengkal melangkahkan kaki untuk keluar dari zona nyaman. Menganggur bukanlah kenikmatan surgawi, pengangguran juga tidak boleh mengeluh. Bagiku wajar seorang mahasiswa atau buruh mengeluh dengan harinya, tapi apa yang dikeluhkan dari seorang pengangguran? Kesulitanku sekarang akibat salah sendiri.
Ku awali dengan jalan kaki biasa di pekarangan rumah, sebelumnya aku hanya introvert dalam ruang kamar. Mungkin kalau kamarku bisa hidup, dia akan lebih produktif dari hidupku sekarang. Bisa saja dia sudah menjadi bos perusahaan besar ha ha.
Selanjutnya aku mulai berolahraga. Belajar secara otodidak dari youtube, capek tapi efeknya membuat diri jadi lebih bugar. Terasa mendapatkan energi alam, seperti mode sennin naruto. “Mengapa aku tidak dari dulu seperti ini” gumamku dalam hati.
Besoknya aku membersihkan handphone dari file-file sampah, “Uninstall saja, toh tidak berguna juga disimpan, jarang di buka” ucapku sambil menghapus. Hati ikut lega, apa benda ini mewakili perasaanku ya, kok bisa begitu?
Dilanjutkan dengan membuat to do list, schedule, target kedepan, memanajemen waktu. Sat set sat set selesai, “bukankah ini terlalu memaksa diri? aku bukan robot, tapi jalani saja dulu, jangan takut jangan ragu, sebulan lagi baru di evaluasi” ucapku meyakinkan diri.
Hasilnya hidupku kian membaik, ototku bahagia karena selalu bergerak, pikiranku semakin jarang mengkhayal dan overthinking, membuat senyum di wajah menjadi lebih mudah. Dan perlu kamu ketahui, aku menjalani ini sendiri di realita tapi bersama di grup sosial media. Ya, ada grup yang seperti itu, aku jadi merasa punya teman, mereka sering memberiku solusi. Walaupun interaksi jarak jauh, sudah cukup buat termotivasi.
Yang paling membuatku bahagia adalah aku sudah mendapatkan pekerjaan, maksudku aku bisa memeroleh uang serta berinteraksi dengan masyarakat luar, tidak apa-apa gugup di hari pertama bekerja.
Aku semakin jarang bermain hp, aku menggunakannya saat memang dibutuhkan saja, dulu aku buka tutup menu hp menunggu notifikasi seharian, tidak tahu mau apa, tapi sekarang tanpa kutunggu malah banyak notif yang masuk. Sehingga aku harus menonaktifkan notifikasi agar tidak mengganggu konsentrasi.
Begitulah caraku merubah diri, tapi ini baru langkah awal. Aku masih perlu untuk belajar konsisten dan banyak hal, hanya karena sudah berubah sedikit bukan berarti langsung puas kan? masih banyak orang yang hebat di depan.
Aku berterima kasih pada semuanya, dari badan ini, orang tua, teman bahkan kepada Tuhan. Sebenarnya aku masih bingung, mengapa Tuhan menciptakanku? apa tujuan-Nya? apakah aku seberguna itu untuk hidup? kalau sebegitunya Tuhan mempercayaiku, aku akan membuat diriku memercayai langkahku.
Ayo sahabat kreatif, mulai saja. Tidak ada waktu yang tepat untuk memulai, karena waktu yang kamu tunggu itu tidak akan datang. Jangan mau menjadi seorang mayat hidup.
Responses (3)