Opini  

Berpusat pada Peserta Didik dan Menyenangkan

Pembelajaran disesuaikan dengan filosofi "Tut wuri handayani" yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara.

Dwi Yulianti
Pembelajaran berpusat para peserta didik (Dokumentasi pribadi)

Pembelajaran Berpusat pada Peserta Didik – Saat ini dalam penerapan Kurikulum Merdeka, guru diharapkan dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Jika melihat dari makna kalimatnya, maka jelas terlihat jika pada saat kegiatan pembelajaran peserta didiklah yang aktif melakukan kegiatan hingga tercapai ketuntasan materi pelajaran.

Filosofi yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara adalah guru sebagai teladan ketika di depan,  membangkitkan semangat saat di tengah, dan mendorong dari belakang (Tut wuri handayani). Mendorong dari belakang di sini dimaksudkan agar murid menjadi mandiri atau independen. Filosofi inilah yang mendasari pembelajaran berpusat pada peserta didik.

Jika melihat sejarah perkembangan kurikulum, pada Tahun 1984 metode belajar ini sudah diterapkan, karena Kurikulum 1984 dikenal dengan konsep Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Apa yang membedakan keduanya? Berikut akan dijabarkan proses kegiatan yang mendasari keduanya:

Cara Belajar Siswa Altif (CBSA) dalam Kurikulum 1984

Tokoh penting dibalik lahirnya kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta (Universitas Negeri Jakarta). Dalam proses kegiatan belajar siswa dipandang sebagai subyek yang dapat dan mau aktif dalam mencari sendiri, menjelajah, dan meneliti lingkungannya.

Kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran adalah mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, dan melaporkan. Dengan mengedepankan keaktifan siswa, guru dituntut dapat menanamkan pengertian terlebih dahulu dengan melakukan pendekatan induktif.

Berpusat pada Peserta Didik dalam Kurikulum Merdeka

Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dapat disesuaikan dengan tahapan pencapaian dan karakteristik masing-masing peserta didik. Untuk itu diagnostik awal sebagai tahap pengenalan karakteristik dan capaian yang sudah dimiliki masing-masing peserta didik sangat diperlukan.

Setelah melakukan analisa, maka dilakukan pembelajaran dengan menyesuaikan hasil analisa yang sudah dilakukan. Tiga pendekatan atau penyesuaian yang dapat dilakukan, yaitu: penyesuaian proses pembelajaran, penyesuaian konten atau isi materi pembelajaran, dan penyesuaian produk hasil belajar.

Ketiga penyesuaian yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran ini dikenal dengan pembelajaran terdiferensiasi. Melakukan pembelajaran terdiferensiasi di dalam kelas untuk memenuhi karakteristik peserta didik yang berbeda dengan mengedepankan pembelajaran yang menyenangkan.

Pada saat penerapan CBSA dilakukan kegiatan ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya: materi yang diajarkan sangat rinci, keterlibatan siswa secara aktif, memberikan pengalaman langsung dan meningkatkan kualitas interaksi khususnya dalam berdiskusi. Namun beberapa hal yang menjadi kelemahan antara lain:

  1. Banyak yang kurang mampu menafsirkan CBSA.
  2. Ketergantungan guru dan siswa pada buku teks pelajaran.
  3. Didominasi beberapa siswa saja, sehingga muncul paradigma siswa pandai tambah pandai, sedangkan yang kurang akan tertinggal.
  4. Memerlukan waktu yang lama dalam penuntasan materi, sehingga banyak yang yang tidak dapat dituntaskan oleh siswa.

Sehingga dalam pembelajaran berpusat pada peserta didik di Kurikulum Merdeka terdapat beberapa penyempurnaan dan perubahan. Salah satunya dengan penerapan Fase dalan penuntasan capaian pembelajaran.

Selain itu diagnostik awal dilakukan untuk memberikan kegiatan yang sesuai dengan masing-masing peserta didik, sehingga semua peserta didik dapat aktif dalam kegiatan yang dilakukan. Pelatihan dan workshop juga dilakukan untuk menyamakan persepsi dan tujuan akhir dalam proses pembelajaran yang dilakukan.

Pembelajaran yang Menyenangkan

Dalam prosesnya, kegiatan belajar yang dilakukan harus mencapai tujuan pembelajaran bagi peserta didik. Capaian ini disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik masing-masing peserta didik, namun kegiatan yang monoton terkadang dapat menimbulkan kebosanan jika dilakukan tanpa jeda.

Konsep pembelajaran yang menyenangkan dibutuhkan untuk mendapatkan perhatian utama saat inti dari materi di sampaikan. Mengajak peserta didik menggali pemahaman awal menjadi kegiatan pemanasan dengan melakukan tanya jawab. Pertanyaan pemantik ini biasanya sudah disiapkan sebelum memulai pembelajaran.

Saat sudah terfokus pada materi pelajaran maka mulai dilakukan kegiatan yang merupakan inti pembelajaran, sumber belajar menjadi peran utama dalam kegiatan yang dilakukan. Menggali sumber belajar hingga dicapai pengetahuan baru dapat didampingi dengan menempatkan guru sebagai fasilitator.

Jika sudah mencapai tujuan, maka proses relaksasi dapat dilakukan dengan melakukan ice breaking sebelum melakukan evaluasi dan refleksi pembelajaran yang sudah dilakukan. Penanaman karakter dilakukan selama kegiatan berlangsung, baik saat bekerja sama maupun saat berdiskusi dalam kelompoknya.

Melakukan desain pembelajaran yang menyenangkan juga memerlukan keterampilan tersendiri. Masih banyak pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode belajar penugasanan dikarenakan faktor kenyamanan yang sudah didapat. Perubahan pasti memerlukan adaptasi, namun jika kolaborasi antara peserta didik dan guru sudah di dapat, maka pembelajaran yang menyenangkan dapat dilakukan.

Beberapa hal yang dapat diterapkan sebagai langkah awal adalah kesepakatan belajar yang dibuat bersama antara guru dan peserta didik. Aturan kelas yang mengikat keduanya sangat diperlukan sehingga tercipta suasana belajar yang nyaman.

Kedisiplinan dan tanggung jawab menjadi pembiasaan yang dapat diterapkan. Pemberian reward dan punishment yang telah disepakati adalah kunci keberhasilan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.

Kesimpulan

Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah metode yang sama dengan pembelajaran cara belajar siswa aktif. Mengedepankan keaktifan pada peserta didik adalah tujuan utama dengan guru sebagai fasilitator di dalam kelas. Pengembangan pembelajaran yang dilakukan disesuaikan dengan karakteristik dan pemahaman awal peserta didik.

Pembelajaran yang menyenangkan dilakukan sebagai cara untuk membuat peserta didik nyaman dalam mengikuti proses transfer ilmu dan pengetahuan. Untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran ini guru dapat melakukan secara bertahap dan terus melakukan refleksi dari kegiatan belajar yang sudah dilakukan sebelumnya.

Oleh: Dwi Yulianti, S.Mat, S.Pd. (Oase_biru)

 

Sumber Referensi:

https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/filosofi-ki-hajar-dewantara-yang-mewujud-pada-konsep-merdeka-belajar

https://educhannel.id/blog/artikel/kurikulum-1984-(cbsa).html

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *