Opini  

Belajar dari Kasus Mario Dandy dan Kisah Rafdi yang Menginspirasi

Mario Dandy. Foto. Antara/ Lutfia Miranda Putri

Bergaya sambil mengendarai Harley Davidson dan berpose di depan mobil mewah Jeep Rubicon adalah kegemaran Mario Dandy Satriyo (20) yang kini telah ditetapkan tersangka oleh Kepolisian Metro Jakarta Selatan karena telah menganiaya David (17) yang masih dibawah umur hingga koma.

Bukan hanya aksi biadabnya yang mendapat sorotan publik, tapi gaya hidup anak eks Pejabat Ditjen Pajak ini pun mendapat banyak komentar dan cibiran dari warganet. Terpantau dari media sosialnya Dandy seringkali belanja barang-barang mewah dan branded. Tak lupa bergaya sambil memamerkan kendaraan-kendaraan mewah di media sosialnya.

Buntut dari viralnya aksi penganiayaan yang dilakukannya terhadap putra Pengurus Pusat GP Ansor, Rafael Alun Trisambodo ayah Dandy harus mendapat pemeriksaan dari KPK Rabu (01/03) atas harta kekayaannya yang dianggap tidak wajar.

Menteri Keuangan Sri Mulyani pun memberikan tanggapan terhadap harta kekayaan Rafael yang mencapai 56 Milyar tersebut. Sri Mulyani menyebut bahwa harta tersebut tak masuk akal dan tidak sesuai dengan profilnya sebagai pejabat pajak eselon lll.

“Masyarakat  mengatakan ini kayaknya doesn’t make a sense. Kami juga tahu itu tidak make sense.” kata Sri Mulyani seperti dikutip dari Kumparan.”

Mahfud MD bahkan mencurigai Rafael melakukan tindakan pencucian uang sejak 10 tahun silam. Mahfud mengaku mendapat laporan tersebut ketika dirinya menjabat Ketua Mahkamah Konstitusi. Mahfud bergerak cepat menelpon KPK serta menginstuksikan untuk mendalami dan mengusut harta kekayaan milik Rafael. Dikutip dari Kompas Mahfud mengungkapkan

“Itu sebenarnya tahun 2013, berdasar surat yang dibuat tahun 2012, dari Kejaksaan Agung, kemudian 2013 PPATK sudah berkirim surat ke KPK tentang adanya beberapa hal yang diduga pencucian uang dan proses didapat yang tidak sah oleh saudara Alun.” 

 

Pelajaran yang Bisa Diambil

Nasi telah menjadi bubur, meski Dandy telah menyesali perbuatannya ia tetap harus mempertanggung jawabkan perbuatannya. Tidak hanya terancam pidana berat, karir Ayahnya di Instansi Pajak pun terancam tamat.

Apa yang terjadi pada Dandy adalah bukti nyata bahwa dalam menjalani hidup kita tak boleh melampaui batas. Walaupun saat ini hidup sedang berjaya ataupun berada di posisi yang lebih tinggi,  kita harus  tetap rendah hati. Seandainya kita hidup melampaui batas lalu berbuat seenaknya, maka cepat atau lambat karma akan datang dan menampar kita dengan keras.

Berkebalikan dengan Mario Dandy, ada sosok Muhammad Rafdi Marajabessy anak Wakil Walikota Tidore yang memutuskan untuk mandiri dan tidak menggunakan previllage nya. Padahal Rafdi bisa saja bergaya dan hidup seperti Dandy, tapi ia memilih untuk hidup mandiri dan tidak mengandalkan harta orangtuanya.

Memiliki pembawaan dan gaya sederhana seadanya membuat Rafdi menuai banyak pujian. Kini pria itu justru viral dan menjadi idola bagi warganet karena tak malu untuk menjadi kuli bangunan sejak lulus SMA, walaupun statusnya anak Wakil Walikota. Tak sedikit warganet mulai membandingkan kehidupannya dengan Dandy yang lebih suka berfoya-foya dan pamer harta orangtuanya.

Dari kasus di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa status sosial tidak selalu berpengaruh pada kepribadian dan mental seseorang. Karena semuanya tergantung dari pendidikan dan pengkondisian individu sejak dini. Kabarnya sejak kecil Rafdi sudah di didik untuk hidup mandiri dan sederhana oleh orangtuanya. Sehingga hal itulah yang membuat Rafdi dari kebanyakan anak- anak pejabat.

Oleh karenanya kita patut acungkan dua jempol untuk Rafdi dan semoga Dandy bisa belajar dan benar-benar menyesali serta bertanggung jawab atas perbuatannya yang telah menyakiti David dan keluarganya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *