Selembar Cahaya untuk Ibu – Hujan lebat membasahi jendela kamar kost Risma di Jogja. Suara gemericik air hujan menjadi teman setianya saat dia duduk di meja belajarnya. Sudah setahun berlalu sejak Risma meninggalkan rumahnya di Bogor untuk mengejar mimpi berkuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM), salah satu kampus ternama di Yogyakarta.
Dia merenung, memandang lembaran-lembaran catatan di depannya. Risma adalah seorang mahasiswi berbakat yang berhasil mendapatkan beasiswa penuh untuk studinya. Meskipun hidup jauh dari keluarganya, dia selalu memiliki tujuan yang kuat: memberikan Selembar Cahaya untuk ibunya yang telah mengorbankan segalanya untuknya.
Latar belakang keluarga Risma tidaklah mudah. Ayahnya meninggal saat dia masih sangat kecil dan belum mengerti arti kehilangan. Almarhum ayahnya meninggalkan mereka dalam kesulitan ekonomi. Ibunya, seorang wanita pekerja keras, lembut hati dan tekun, mengambil tanggung jawab keluarga tersebut. Ibu menjual mie ayam di gerobak peninggalan suaminya dan berjuang sekuat tenaga untuk memastikan Risma dan adiknya, Aulia mendapatkan pendidikan terbaik. Risma mengagumi ibunya yang tangguh dan selalu merasa berhutang budi padanya.
Setiap tanggal 5 ibu rutin mengirimkan uang bulanan untuk Risma
Hari ini adalah hari khusus bagi Risma karena dia akan menerima kiriman uang bulanan dari ibunya. Ia telah merencanakan untuk menabungkan semua uang yang dikirimkan untuk mewujudkan impian sang ibu tanpa sepengetahuannya. Bahkan Risma selama hidup di Jogja tidak memakai sedikit pun uang bulanannya itu, karena biaya hidupnya di Jogja memang ditanggung pihak kampus berkat beasiswa yang Ia dapatkan. Risma ingin sekali memberikan kejutan kepada ibunya, tepat dihari kelulusannya nanti dengan uang hasil tabungannya itu. Memang jumlah uangnya tidak seberapa tapi keringat yang ibu teteskan untuk mendapatkan uang itu sangatlah berharga.
“Risma, uang kiriman dari ibumu sudah masuk,” ujar Nindy, sahabatnya yang juga menjadi teman sekost Risma. Nindy adalah gadis kaya raya yang berbeda dengan Risma. Meskipun memiliki sifat yang manja, dia selalu mendukung Risma dan berjanji untuk membantu meraih impiannya tersebut. Selama berkuliah di Jogja, Nindy belajar hidup sederhana Ia juga mendapat kiriman uang seadanya dari orang tuanya, dengan tujuan agar dirinya fokus belajar dan tidak foya-foya.
Risma tersenyum lebar saat menerima uang kiriman dari ibunya. Dia melipat uang tersebut dengan hati-hati dan menaruhnya dalam sebuah kotak khusus yang dia beri label “Impian Ibu”. Nindy yang melihat Risma dengan senyum yang memahami, bertanya, “Kamu yakin bisa menabung sebanyak itu, Ris?”
Risma menjawab dengan penuh semangat, “Aku pasti bisa, Nindy. Ini adalah impian ibuku, dan aku ingin mewujudkannya.”
Bekerja Paruh Waktu
Begitu bersemangatnya Risma, Nindy merasa tergerak untuk membantu tapi bagaimana caranya uang bulanan Nindy kan juga pas-pasan. Sampai suatu hari mereka berdua sepakat untuk mencari pekerjaan paruh waktu agar Risma bisa menabung lebih cepat, dan Nindy turut membantu. Pekerjaan paruh waktu yang mereka temukan adalah menjadi pelayan di salah satu kafe di Jogja. Meskipun awalnya terasa berat karena harus kuliah sambil kerja, mereka bertekad untuk terus bekerja keras demi mewujudkan impian Risma.
Saat itu, hubungan persahabatan antara Risma dan Nindy semakin erat. Mereka saling menguatkan dan memotivasi satu sama lain. Risma terkesan dengan sifat tulus Nindy, meskipun dia memiliki segalanya, dia selalu ada untuknya dalam situasi sulit.
Waktu berlalu begitu cepat. Risma dan Nindy terus bekerja keras di kampus dan pekerjaan paruh waktu mereka. Mereka belajar untuk mandiri dan menghargai setiap tetes keringat yang mereka tuangkan. Risma juga tetap menjaga hubungannya dengan keluarganya di Bogor melalui panggilan video dan pesan singkat.
Suatu hari, saat mereka sedang duduk di kamar kost, Nindy berkata, “Ris, kamu tahu, sebentar lagi kita akan lulus. Dua impianmu untuk ibumu akan segera terwujud sekaligus”
Risma tersenyum gembira, namun dia juga merasa sedikit cemas. “Iya, Nindy. Tapi untuk sekarang, aku merasa seperti uangnya tidak bertambah seiring berjalannya waktu, mungkin karena aku sering memakainya untuk keperluan mendesak”. Risma memang mendapat beasiswa full dan biaya hidup setiap bulannya dari kampus tempatnya belajar, tapi uang dari kampus memang hanya cukup untuk sekedar bayar kost dan makan sehari 2 kali, kalau untuk membeli buku penunjang kuliah di toko buku dan biaya penelitian untuk keperluan skripsi sudah pasti menjadi tanggungan sendiri. Mungkin hal itu yang membuatnya terpaksa memakai sedikit uang tabungan ibunya.
Nindy menghampiri Risma dan meraih tangannya. “Jangan khawatir, Ris. Kamu sudah melakukan yang terbaik. Yang penting, kamu selalu berusaha. Aku yakin ibumu akan sangat bangga padamu.” Ucap Nindy menguatkan.
Impian Risma dan Ibunya Terwujud
Hari wisuda pun tiba. Risma dan Nindy mengenakan jubah dan topi wisuda mereka dengan penuh kebanggaan. Keluarga Risma, termasuk adiknya Aulia, datang dari Bogor untuk menyaksikan momen bersejarah itu. Uang dari hasil jualan ibu sisihkan untuk ongkos ke Jogja demi menyaksikan momen bersejarah bagi putri sulungnya. Mereka semua berkumpul di auditorium kampus, penuh dengan rasa haru dan bahagia.
Setelah upacara wisuda, Risma berjalan menuju keluarganya dengan senyum lebar di wajahnya. Ia meraih kotak kecil yang selama ini ia tabungkan dengan uang kiriman ibunya. Ketika dia membukanya, semua orang di sekitarnya terkejut. Dalam kotak itu terdapat sebuah tiket umroh lengkap dengan paspor untuk ibunya.
Risma menyerahkan tiket itu kepada ibunya dengan mata berkaca-kaca. “Ini untukmu, Ibu. Selembar cahaya untuk mewujudkan impianmu pergi ke Mekkah. Terima kasih atas segala pengorbananmu selama ini. Maaf aku tahu impianmu adalah Ibadah Haji tapi aku tidak ingin ibu menunggu lebih lama lagi untuk pergi ke Baitullah.”
Ibu Risma menangis haru dan memeluk anaknya dengan erat. “Ya Allah… Terima kasih, nak. Engkau telah membuat impianku menjadi nyata. Engkau adalah cahaya dalam hidupku.”
Dengan keberhasilan ini, Risma dan Nindy merasa bahwa mereka telah mencapai tujuannya selama ini. Mereka kembali ke Bogor bersama keluarga Risma untuk menjalani waktu bersama. Sebuah perjalanan umroh yang indah pun menanti mereka. Ya, ternyata tidak hanya ibu Risma yang akan berangkat kesana, namun juga Risma, Aulia, bahkan Nindy dan keluarganya akan pergi umroh bersama dengan biaya dari ayah Nindy yang ditujukan sebagai hadiah atas kelulusan anaknya, dan bentuk terima kasih kepada Risma karena telah mengajarkan arti kehidupan kepada Nindy. Mereka akan segera menunaikannya dengan penuh rasa syukur.
Sebuah Inspirasi
Cerita tentang Risma dan perjuangannya untuk mewujudkan impian sang ibu menjadi inspirasi bagi banyak orang di sekitarnya. Mereka belajar bahwa dengan tekad dan kerja keras, impian apapun bisa terwujud. Risma juga belajar bahwa sebenarnya ibu adalah sosok cahaya dalam hidupnya, yang selalu memberikan dukungan dan cinta sejati. Pun bagi sang ibu, Risma dan adiknya, Aulia adalah cahaya dalam hidup ibu yang takkan pernah terganti oleh gemerlapnya harta dunia.
Selembar Cahaya untuk Ibu adalah cerita tentang cinta sejati dalam keluarga, persahabatan yang tulus, dan tekad untuk mewujudkan impian. Risma dan ibunya adalah bukti bahwa seorang anak bisa menjadi sumber inspirasi dan kebanggaan bagi orang tuanya, bahkan dalam situasi sulit sekalipun.
Selamat Hari Ibu.
Bogor, Desember 2023
Baca juga: Cinta Kasih Orang Tua pada Tumbuh Kembang Buah Hati