Hatarakibachi adalah cerpen karangan Awit Radiani. Cerpen ini menjadi salah satu materi pada pelajaran Bahas Indonesia kurikulum merdeka. Bercerita tentang seorang Nina dan segala perihal di kepalanya.
Untuk melatih kemampuan menulis, siswa diminta mengubah cerpen Hatarakibachi ke dalam puisi sejumlah 4-8 bait.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum mengubah cerpen ke dalam puisi:
- Baca cerpen dengan saksama
- Cari poin penting cerita
- Catat
- Ubah ke dalam puisi dengan ringkas
- Puisi dapat ditulis dengan berbagai sudut pandang (POV 1, POV 2, dan POV 3)
Berikut contoh menulis puisi dari cerpen Hatarakibachi:
PERIHAL-PERIHAL DI KEPALAKU SAAT DI TOKYO || Puisi Dian Chandra
Suatu waktu,
Tokyo menyuruhku memulai hari
Di batang tubuhnya
Yang selalu ramai kutu pekerja
Kutatap gedung-gedung dan perkakas ini-itu
Yang semuanya ada di kampung halamanku
Lalu, apa bedanya aku kini?
Hanya berpindah negeri di hari yang biasa-biasa
Suatu waktu, Tokyo mempertemukan kita
Usai kau tumbuhkan logika di kepalaku
Membikin tanda tanya yang berlumuran
Di sepanjang jalanan Tokyo
Kemudian, dengan begini kutanggalkan diri
Dari jaring-jaring yang berulang-ulang kaucoba keratkan
Di sela-sela kepak sayapku
Yang selalu ribut menanyakan kemeriahan
Toboali, 03 Maret 2024
HATARAKIBACHI DAN AKU YANG MERAGU MELULU || Puisi Dian Chandra
Kota ini sibuk
Kutu-kutu pekerja lalu lalang
Sudah sedari pagi
Sedang aku mematung saja
Kota ini menyanjung tulisanku
Sebagaimana kau dulu memuji-muji wajahku
Dan aku yang dulu malu-malu
Sedang kini kian meragu saja
Mempertanyakan kemahiran
Dan kesempatan yang mendadak datang
Melalui celah-celah ucapanmu kutemui jawaban
Yang kian mengukuhkan keragu-raguanku
Ialah kasih sayang
Yang tak pernah tergambar di wajahmu
Ialah pemakan segala
Untuk memenuhi kekosongan di hatimu
Toboali, 03 Februari 2024
HATARAKIBACHI || Puisi Dian Chandra
di Tokyo, ia temukan kutu-kutu pekerja
yang kukuh mengekalkan kinerja
menjadi hewan yang gemar memelihara keteraturan
hingga lupa hidup bersama
ia sibak pelan-pelan gedung-gedung
untuk mencari-cari keselarasan
yang mungkin bersembunyi
serupa merpati liar
ia tak temukan apa-apa
kecuali lelaki yang sama kutunya
–yang sibuk mengekalkan dahaga
melalui tangkapan jaring laba-laba
ia berlalu
sendiri saja
usai menjadi kupu-kupu
dan melewatkan jaring laba-laba
Toboali, 03 Februari 2024
HATARAKIBACHI (2) || Puisi Dian Chandra
hatarakibachi –kutu pekerja–
dan aku yang lalu lalang
usai ragu-ragu menerima diri
pantaskah aku yang melaju ke sini?
sedang aku tak cukup kutu
kulangkahkan kaki menuju pertemuan seniman
mereka yang mungkin lebih sering meloncat ke sana ke mari
sedang aku mesti banyak-banyak mengambil ancang-ancang
untuk berpindah ke kepala-kepala lainnya
setelahnya, kau muncul
menambah bercak keragu-raguan
dan pesimis yang kian akut
di dadaku
kata-katamu kian jalang saja
menyaingi isi kepalaku
yang bersiap-siap meninggalkanmu
oh, aku yang hendak menjadi kupu-kupu
alih-alih kutu di matamu
Toboali, 26 Februari 2024
KUTU PEKERJA, TOKYO, DAN PEREMPUAN YANG HENDAK MENJADI KUPU-KUPU ||
Puisi Dian Chandra
ia perempuan,
Tokyo mengajaknya ngebut
serupa kutu-kutu pekerja
yang langkahnya panjang-panjang
ia kerap ragu-ragu
untuk sekadar mencicipi jalanan Tokyo
di kepalanya hanya bermukim tanda tanya
yang terperangkap dan mulai tumbuh
ia sungguh-sungguh tak hendak
untuk menjumpai kutu-kutu pekerja
meski mengaku dari masa lalu
ia mau kupu-kupu saja, begitu!
Toboali, 03 Februari 2024
Demikian puisi-puisi yang ditulis usai mencermati isi cerpen Hatarakibachi karya Awit Radiani. Semoga dapat menjadi referensi dalam menulis puisi.