Mempopularitaskan Kembali Wisata Pendakian Gunung Seusai Pandemi

Penulis : Syauqy Uzhma Haris

Adhianti Wardhani
Mempopularitaskan Kembali Wisata Pendakian Gunung
Pendaki saat melakukan kegiatan di Gunung Semeru (Foto: Haznimirsyad/ Pixabay)

Istilah “Wisata Pendakian”merupakan sesuatu yang baru dipopulerkan kurang lebih 10 tahun belakangan. Sebelumnya, aktivitas sejenis hanya dianggap sebagai “Pendakian Gunung”. Kali ini Suara Kreatif akan membahas artikel tentang ‘Mempopularitaskan Kembali Wisata Pendakian Gunung Seusai Pandemi’.

Para pegiatnya disebut sebagai pendaki gunung. Hal tersebut di sampaikan dua tahun yang lalu oleh Ketua Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) dalam kegiatan Pameran Indofest 2019. Wisnu Wiryawan menyebutkan bahwa kenaikan tren wisata pendakian dimulai dari komunitas-komunitas kecil berbasis internet dan diikuti oleh kehadiran film-film berkaitan pendaki gunung khususnya Gunung Semeru.

Wisnu enggan menyebutkan nama film tersebut di lanjutan keterangannya. Namun beberapa pecinta pendakian pasti tahu, film tersebut adalah “5cm”. Film tersebut yang menjadi tonggak awal bergesernya aktivitas pendakian dari yang awalnya berupa petualangan alam terbuka menjadi aktivitas yang mudah dan menyenangkan.

Aktivitas yang sebelumnya hanya dekat bagi kalangan pecinta alam dan relawan yang terbatas, kini dilakukan oleh lebih banyak kalangan Pendakian gunung pun bisa disebut sebagai aktivitas wisata.

Tren Wisata Usai Pandemi

Namun saat Pandemi Covid-19 di Indonesia, hampir seluruh sektor Pariwisata terdampak. Tidak terkecuali wisata pendakian. Beberapa pos pendakian gunung di Pulau Jawa seperti Semeru, Merbabu dan Lawu tidak terhindarkan dari pembatasan sosial yang diterapkan.

Selama hampir dua tahun wisatawan internasional, wisata niaga, tidak luput dari pembatasan aktivitas tersebut. Dua tahun setelah pandemi, kini sudah banyak pembukaan tempat pariwisata. Banyak keramaian di obyek wisata yang sudah mulai  tercipta.

Faktanya, wisata alam yang juga merupakan rumpun dari wisata pendakian adalah wisata wisata alternatif yang direkomendasikan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Dilansir dari laman pedulicovid19.kemenparekraf.go.id tren wisata yang sesuai dengan kondisi pasca pandemi diantaranya ada lima yaitu : Staycation, Voluntourism, Virtual Tourism, Road Trip dan Wisata Alam. Dalam keterangannya, Kemenparekraf meyakini jika wisata alam akan menjadi tren karena posisinya lebih dekat, terjangkau dan bisa diakses dari tempat tinggal secara pribadi bersama keluarga.

Tips Saat Melakukan Pendakian Gunung

APGI menyebutkan, bahwa semenjak Pandemi ada beberapa prosedur tambahan yang diperlukan agar pendakian berjalan aman. Diantaranya adalah : melakukan pendakian secara berkelompok/kelompok kecil, memastikan kesehatan terjaga selama pendakian, memakai masker saat berinteraksi dengan orang lain, tetap menjaga tubuh dan peralatan dalam kondisi bersih, jaga jarak pada saat berjalan, menghindari kontak dengan membawa semua barang secara pribadi, mengurangi kapasitas tenda hingga 50%, dan masih banyak lagi.

Beberapa penjelasan menyebutkan, apabila aktivitas di luar ruangan lebih aman dilakukan dalam menjaga risiko terjadinya penularan. Wisata pendakian apabila dilakukan dengan protokol kesehatan yang disebutkan diatas, akan lebih aman.

Wisata Pendakian gunung saat melakukan kegiatan di Gunung Semeru
Pendaki saat melakukan kegiatan di Gunung Semeru. Haznimirsyad/ Pixabay

Salah satu dampak Pandemi Covid-19 yang dirasakan, yaitu pada malam pergantian tahun 2021 di Pos Pendakian Gunung Lawu, Jalur Cemoro Kandang, Karanganyar Jawa Tengah. Biasanya di malam pergantian tahun, ada ratusan pendaki memenuhi jalur tersebut.

Di malam pergantian tahun baru, jumlah penurunannya mencapai 80 persen, ujar Agus Saryadi selaku penjaga Pos Pendakian tersebut. Pihak pos pendakian meyakini dampak tersebut akibat dari pembatasan sosial yang masih diberlakukan menjelang malam pergantian tahun.

Kini, pembatasan sosial sudah tidak ada, kita perlu mendukung kembali keramaian di Gunung-gunung yang sudah popular sebelumnya. Beberapa tempat di Pulau Jawa seperti Gunung Bromo, Gunung Semeru, Gunung Gede Pangrango menanti setiap sudutnya untuk kembali ramai.

Hal tersebut bukan dalam rangka mencapai target kunjungan wisata seperti sebelum pandemi. Namun ada hal lainnya, yaitu dapat berdampak secara signifikan bagi perekonomian masyarakat di sekitar wisata alam tersebut.

Salah satunya ada di Desa Patak Banteng, Kejajar, Wonosobo yang merupakan pintu masuk wisata pendakian Gunung Prau. Dalam kajian yang dilakukan oleh RM Daris dan HB Wijaya di tahun 2017, saat itu terjadi dampak besar pada diversifikasi ekonomi.

Salah satu dampaknya adalah, tumbuh beragam jenis pekerjaan baru sebagai pemenuh kebutuhan wisata yang ada. Berbagai pekerjaan baru tersebut, melengkapi eksistensi pertanian dan perkebunan yang sudah ada. Apabila keramaian tidak kunjung tercapai, maka akan ada dampak pandemi yang serius akibat pergeseran yang sudah terjadi.

BACA JUGA: Mengenal Lebih Dekat tentang Thermal Tourism

Seperti judul tulisan ini, setelah pandemi mereda, kita bisa memanfaatkan wisata alam sebagai alternatif kunjungan wisata yang mudah dan menyehatkan. Beberapa bentuk wisata seperti berkemah, spot foto selfie, agrowisata, ataupun pendakian alam yang berada di gunung bisa berdampak bagi perekonomian warga sekitar sekaligus bermanfaat bagi pemulihan perekonomian pasca pandemi.

 

Sumber:

  • Daris , R. M., & Wijaya , H. B. (2017). Pengaruh Pariwisata Pendakian Gunung Prau Terhadap Ekonomi Masyarakat Desa Patak Banteng Kabupaten Wonosobo.  Jurnal Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Dan Kota
  • Putri Ayu Isnaini, (2021) EGSA Geografi Universitas Gadjah Mada.