Kurikulum Merdeka sebagai penerapan dari konsep pengajaran Ki Hajar Dewantara dengan filosofinya Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, dan Tut wuri handayani mengedepankan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik serta terdiferensiasi. Sebagai penunjang utama dalam kegiatan ini adalah literasi. Peserta didik diharapkan mampu menggali pengetahuannya dengan membaca, guru sebagai fasilitator akan mengarahkan capaian yang disesuaikan dengan fasenya.
Namun pada prosesnya, Transisi PAUD-SD mengedepankan miskonsepsi pembelajaran ‘Calistung’ yang telah diterapkan pada jenjang sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pada tahapan yang kini dikembangkan dalam penguatan transisi PAUD-SD adalah lingkungan belajar yang mampu membangun jembatan yang layak agar anak didik dapat aman dan nyaman berjalan hingga mencapai kesiapannya bersekolah.
Jika melihat dari kesiapan sekolah, maka anak dikatakan siap memasuki jenjang PAUD saat anak menunjukkan:
- Kemandirian
- Membutuhkan pengalaman edukatif yang baru
- Stamina fisik yang cukup
Idealnya sebelum usia 4 tahun anak sudah mulai diajarkan ketiga hal tersebut, jadi saat usia anak mencapai 4-5 tahun anak sudah siap memasuki jenjang PAUD. Jika disesuaikan dengan tahap perkembangan membaca, maka transisi PAUD-SD sejalan dengan tahapan yang akan dibahas berikut ini:
Tahap Perkembangan Membaca Menurut Usia
Jeanne S. Chall, seorang psikolog, pendidik, dan ahli literasi anak usia dini dalam bukunya yang berjudul Stages of Reading Development mengidentifikasi tahap perkembangan kemampuan membaca termasuk memahami suatu bacaan. Tahapan tersebut terdiri dari:
1. Pre-Reading (6 bulan – 6 tahun)
Pada tahap ini kemampuan membaca masih dalam tahap belajar. Dapat dikatakan jika anak berpura-pura membaca saat membuka-buka buku. Anak akan merekam apa yang didengarnya, dari situlah anak berusaha menceritakan kembali apa yang didengarnya. Setelah mendengarkannya anak akan mengenal kata, huruf atau simbol.
2. Initial Reading and Decoding (6-7 tahun)
Pada tahap ini anak mulai mengenali huruf dan bunyi kata (fonologi). Anak juga mulai bisa membaca dengan sesungguhnya dengan kisaran 600 kata yang dapat dipahaminya. Membaca cerita bergambar menjadi daya tarik tersendiri pada tahap ini.
3. Confirmation and Fluency (7-8 tahun)
Kemampuan membaca mandiri semakin fasih dan mulai memahami konteks cerita, selain itu anak mulai bisa mengaitkan apa yang dibaca dengan yang dialami sendiri. Pada tahap ini anak sudah bisa membaca kurang lebih 3.000 kata.
4. Reading for Learning The New (9-14 tahun)
Pada tahap ini anak membaca dengan tujuan mempelajari pengetahuan baru, jenis bacaan mulai beragam. Mulai dari buku dengan cerita yang panjang, koran, majalah, dan lainnya. Mulai mampu menemukan ide dan berargumen melalui yang dibacanya.
5. Multiple Viewpoints (15-17 tahun)
Anak sudah mampu membaca tulisan yang lebih abstrak, kompleks dan mengandung banyak perspektif yang berbeda. Pada tahap ini juga diharapkan mulai dapat menganalisis dan berpikir kritis pada yang dibacanya.
6. Construction and Reconstruction (18 tahun ke atas)
Pada tahap ini anak sudah beranjak dewasa, maka diharapkan sudah dapat memahami bacaan dengan baik dan bersikap kritis dengan apa yang dibacanya. Dengan membaca juga diharapkan dapat mengintegrasikan pengetahuannya dengan pengetahuan orang lain.
Jika melihat dari keenam tahapan tersebut, dapat dipastikan jika kemampuan membaca anak yang perlu ditekankan adalah pada tahap 1 hingga 3. Hal ini berarti pada tahap usia 6 tahun menuju 7 tahun dilakukan adaptasi lingkungan belajar agar anak merasa aman dan nyaman saat sudah mencapai siap bersekolah.
Tahap pembelajaran yang membangun fondasi anak dalam transisi PAUD-SD
Satuan pendidikan perlu menerapkan pembelajaran yang membangun enam kemampuan fondasi anak. Beberapa hal yang diterapkan dalam transisi PAUD-SD adalah:
- Mengenal nilai agama dan budi pekerti
- Keterampilan sosial dan bahasa untuk berkomunikasi
- Kematangan emosi untuk berkegiatan di lingkungan belajar
- Kematangan kognitif untuk melakukan kegiatan belajar, memiliki kemampuan Literasi dan Numerasi
- Perkembangan keterampilan motorik dan perawatan diri untuk berpartisipasi di lingkungan sekolah secara mandiri
- Pemaknaan terhadap belajar yang positif
Pembiasaan mengenalkan buku dengan cara menceritakan isi cerita dalam buku menjadi kunci utama anak mengenal secara nyata buku cerita yang diperdengarkan.
Membacakan cerita sama halnya dengan membaca nyaring (read aloud). Saat ini kegiatan read aloud sering dilakukan untuk mengembangkan minat baca anak di usia sekolah dasar hingga menengah. Dengan kegiatan ini maka pembiasaan baik sudah berhasil diterapkan dan dikembangkan.
Melihat dari kesiapan anak dari segi usia maka proses membaca untuk menggali pengetahuan baru dapat dilakukan pada saat usia anak mencapai 9 tahun. Di usia tersebut anak mulai memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Dalam jenjang sekolah dasar hal ini terjadi di kelas 3.
Penulis teringat saat masih di jenjang sekolah dasar, Majalah Anak-Anak menjadi bacaan setiap bulannya B***, A*****, dan D**** B**** menjadi teman mengisi waktu luang. Saat beranjak remaja berganti dengan Majalah Remaja G**** dan A**** C******NG menjadi majalah yang wajib dimiliki, hingga saat akhir pekan kurun waktu sebulan sekali, kami sekeluarga akan berburu bacaan dan diperbolehkan membeli satu buku atau komik di Toko Buku G atau GA saat itu.
Dari sini terbersit pemikiran apakah ada benang merah antara yang telah dilakukan dahulu dengan kegiatan yang kini mulai ditekuni. Jika memang ada, maka pembiasan literasi (membaca dan menulis) memang harus dilakukan sesuai dengan perkembangan usia. Apakah akan menjadi minat atau tidak? Hal ini kembali pada diri masing-masing.
Membaca Melalui Digitalisasi yang Membudaya
Saat ini buku atau majalah bukan lagi hal yang menarik minat membaca, berbagai kemajuan teknologi membuat semua menjadi lebih mudah. Begitu juga pengetahuan, saat ini informasi sangat mudah diakses. E-book menjadi salah satu produk dari perkembangan teknologi. Inilah yang menjadi tantangan bagaimana kemudahan yang ada dimanfaatkan sebaik mungkin untuk membudayakan literasi.
Pemahaman dan pendampingan penggunaan gadget pada anak usia sekolah menjadi tanggung jawab orang tua di rumah dan guru di sekolah. Kolaborasi dan rasa saling percaya menjadi kunci keberhasilan pendampingan penggunaan gadget. Profil Pelajar Pancasila kembali dijadikan pedoman karakter yang harus dibangun. Kejujuran, kemandirian, dan tanggung jawab adalah kunci sukses pemanfaatan teknologi yang semakin maju.
Penulis: Dwi Yulianti, S.Mat, S.Pd. (Oase_biru)
Sumber Referensi:
file:///C:/Users/ACER/Downloads/Paparan%20Mendikbudristek%20Merdeka%20Belajar%20Episode%20Ke-24.pdf
https://www.ef.co.id/englishfirst/kids/blog/6-tahap-perkembangan-membaca-pada-anak-dan-remaja/