Dalam kehidupan sehari-hari, kita kerap melakukan aktivitas yang tanpa disadari menambah jejak karbon (carbon footprint). Kebanyakan dari kita pasti pernah mendengar istilah ini, namun belum benar-benar mengetahuinya secara jelas. Apa itu jejak karbon? Aktivitas apa saja yang dapat menghasilkan jejak karbon?. Serta, langkah-langkah apa saja yang efektif untuk mengurangi jejak karbon? Simak penjelasannya berikut ini.
Baca juga: Pentingnya Konservasi untuk Pembangunan Berkelanjutan
Apa itu Jejak Karbon?
Jejak karbon adalah ukuran jumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dalam kurun waktu tertentu. Gas-gas ini, antara lain, karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrogen oksida (Nox). Gas-gas tersebutlah yang berkontribusi terhadap pemanasan global dan perubahan iklim, dengan memerangkap panas di atmosfer bumi.
Dengan kata lain, jejak karbon adalah ukuran seberapa besar kontribusi kita terhadap dampak pemanasan global. Atau, seberapa besar kontribusi kita untuk memperlambatnya, agar jejak karbon yang kita hasilkan dapat berkurang.
*Karbon dioksida (CO2)* merupakan salah satu gas rumah kaca yang paling berpengaruh pada pemanasan global. Gas ini terbentuk dari pembakaran bahan bakar fosil, dalam fermentasi, dan respirasi hewan. Siklus karbon juga terjadi melalui proses fotosintesis oleh tumbuhan, yang mengubah karbon dioksida menjadi oksigen.
*Metana (CH4)* merupakan salah satu gas rumah kaca yang paling utama. Bahkan potensi dampak pemanasan global dan perubahan iklimnya 25 kali lebih besar dari CO2, namun umur metana di bumi lebih pendek, sehingga pengaruhnya tidak sebesar CO2. Oleh karena itu metana memiliki dampak tinggi pada pemanasan dalam jangka pendek, tetapi dampak rendah dalam jangka panjang.
*Nitrogen oksida (Nox)* gas yang berkontribusi terhadap sejumlah dampak lingkungan, seperti hujan asam, eutrofikasi (pencemaran air), dan sebagai komponen pembentuk ozon. Nox sering dikaitkan dengan masalah polusi udara seperti “kabut asap fotokimia”.
Mengapa Jejak Karbon Penting?
Di tengah krisis iklim yang semakin mendesak, pemahaman tentang jejak karbon menjadi sangat penting. Apalagi, kita tahu bahwa apapun aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari menghasilkan jejak ini. Bahkan, ponsel “barang wajib” yang sering kita gunakan setiap hari, rata-rata menghasilkan 55 kilogram karbon dalam pembuatannya. Bayangkan, berapa banyak ponsel di seluruh dunia? Dan berapa banyak jejak karbon yang berdampak pada lingkungan secara global?
Setiap aspek kehidupan kita, dari cara kita bepergian hingga apa yang kita makan, memengaruhi jejak karbon kita.
Jejak Karbon dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Transportasi
Mengemudikan mobil pribadi, ataupun kendaraan umum terutama yang berbahan bakar fosil, adalah salah satu penyumbang utama emisi karbon. Kendaraan berbahan bakar bensin dan diesel melepaskan CO2 dan polutan lainnya ke atmosfer.
Emisi dari kendaraan bermotor bertanggung jawab atas polusi udara (terutama di banyak wilayah perkotaan). Ini akan berdampak buruk terhadap kesehatan manusia seperti, gangguan pernafasan, hingga gangguan kesehatan jantung.
Berdasarkan data International Energy Agency tahun 2015, 30 persen dari total emisi CO2 yang dihasilkan adalah berasal dari transportasi darat.
2. Konsumsi Energi Rumah Tangga
Penggunaan listrik di rumah, terutama jika berasal dari energi tidak terbarukan seperti batu bara atau gas berkontribusi pada jejak karbon. Sistem pemanas, penerangan, pendingin udara, dan peralatan elektronik (seperti: televisi, mesin cuci, kulkas, dll) semuanya berperan menghasilkan jejak karbon.
*Energi tidak terbarukan* adalah sumber daya alam yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui. Bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam merupakan sumber energi utama dunia saat ini.
Menurut “The Shift Project” Konsumsi energi dari teknologi digital yang memancarkan 4 persen gas rumah kaca, meningkat sebesar 9 persen per tahun. Konsumsi energi dari teknologi digital memang lebih besar menyumbang jejak karbon, dibandingkan untuk produksi peralatannya.
3. Makanan
Makanan yang kita konsumsi juga memengaruhi jejak tersebut. Jejak karbon dalam makanan ada di sepanjang siklus hidup makanan, mulai dari tahap pertanian hingga pembuangan.
Produksi daging, terutama dari sapi, menghasilkan lebih banyak emisi karbon dibandingkan dengan produk nabati. Dengan perkiraan yang menunjukkan bahwa seperempat dari semua emisi gas rumah kaca global terkait dengan kebiasaan konsumsi kita saat ini.
Berdasarkan penelitian, secara global produksi makanan menyumbang sekitar 13,7 miliar metrik ton emisi gas rumah kaca. Jumlah tersebut merupakan seperempat (25%) dari total emisi gas rumah kaca di seluruh dunia.
4. Konsumsi Barang dan Jasa
Setiap barang yang kita beli dan setiap jasa yang kita gunakan, melalui proses produksi dan distribusi yang memengaruhi jejak ini. Misalnya, barang-barang yang diproduksi jauh dari tempat tinggal kita, dan kita pesan secara online diantar menggunakan kendaraan bermotor.
Cara Menguranginya
Menilai dan mengurangi jejak karbon adalah langkah penting dalam upaya melawan perubahan iklim. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat kita ambil:
1. Transportasi Ramah Lingkungan
Menggunakan transportasi umum, bersepeda, atau berjalan kaki dapat secara signifikan mengurangi jejak karbon pribadi. Beralih ke kendaraan listrik atau hibrida juga merupakan pilihan yang lebih ramah lingkungan.
2. Efisiensi Energi
Menghemat energi di rumah dengan menggunakan peralatan yang efisien, mematikan lampu dan peralatan yang tidak digunakan, serta menggunakan sumber energi terbarukan seperti tenaga surya dapat mengurangi emisi.
3. Pola Makan Berkelanjutan
Mengurangi konsumsi daging dan produk hewani serta lebih memilih makanan lokal dan musiman dapat mengurangi jejak karbon makanan kita.
4. Konsumsi yang Bijaksana
Mengurangi pembelian barang-barang yang tidak perlu dan memilih produk dengan jejak karbon yang lebih rendah dapat membantu mengurangi jejak karbon.
Kesimpulan
Jejak ini adalah cerminan dari gaya hidup dan pilihan kita sehari-hari. Kita harus menyadari dampak dari tindakan yang kita lakukan, dan kita konsumsi, serta mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menguranginya.
Solusi terbaik adalah dengan menerapkan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan cara tersebut, kita tidak hanya membantu mengurangi emisi GRK, tetapi juga berkontribusi dalam upaya melawan perubahan iklim secara global.
Setiap langkah kecil dalam mengurangi jejak karbon, dapat berdampak besar bagi kesehatan planet dan generasi mendatang.