News, Opini  

Risiko Tersembunyi dibalik Penerapan Carbon Capture and Storage (CCS)

Ressy Octaviani
Carbon Capture and Storage (foto: freepik.com)
Carbon Capture and Storage (foto: freepik.com)

Teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) menjadi bahasan yang sering muncul saat ini, sebagai salah satu solusi alternatif untuk mengurangi emisi karbon dioksida (CO2). CCS terlihat sangat menjanjikan, karena dapat menjadi kunci utama dalam upaya mengatasi pemanasan global dan krisis iklim. Namun dibalik kelebihannya itu, terdapat beberapa risiko lingkungan yang mungkin terjadi akibat dari penerapannya. 

Artikel ini akan membahas apa saja risiko atau dampak negatif dari penerapan CCS, dengan studi kasus kegagalan di beberapa negara.

Baca juga: Jejak Karbon dalam Kehidupan Kita

Apa Itu Carbon Capture Storage (CCS)?

CCS adalah teknologi yang dirancang untuk menangkap CO2 yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar fosil. Hal ini mengacu pada pembakaran minyak, batu bara atau gas, sebelum dilepaskan ke atmosfer. Setelah ditangkap, CO2 kemudian diangkut dan disimpan di bawah tanah dalam formasi geologi yang aman. Tujuannya adalah untuk mencegah CO2 berkontribusi pada efek rumah kaca dan perubahan iklim.

Jadi, cara kerja CCS meliputi tiga proses, yaitu :

1. Proses Capture (Menangkap CO2)

Dalam proses awal, CO2 yang dihasilkan dari sumber industri seperti, pembangkit listrik batu bara dan gas alam harus dipisahkan terlebih dahulu. 

2. Proses Transport (Mengangkut CO2)

Selanjutnya, CO2 dikompresi (diubah tekanannya) agar lebih mudah diangkut ke lokasi yang sesuai untuk penyimpanan geologis. Kemudian diangkut menggunakan jaringan pipa, kapal, atau truk.

3. Proses Storage (Menyimpan CO2)

Setelah itu, proses akhir adalah CO2 disuntikkan ke formasi batuan bawah tanah yang dalam.

Kelebihan Teknologi CCS

Dalam penerapannya, CCS memiliki kelebihan sebagai berikut :

1. Pengurangan Emisi

CCS dapat mengurangi emisi CO2 dari pembangkit listrik berbasis fosil, yang merupakan salah satu sumber utama emisi global.

2. Transisi Energi

CCS dapat menjadi solusi sementara yang membantu transisi menuju energi terbarukan. Dengan memungkinkan penggunaan pembangkit fosil yang lebih bersih, meski dalam jangka pendek.

3. Lapangan Kerja Baru

Teknologi CCS dapat menciptakan lapangan kerja baru, di berbagai bidang yang berkaitan dengan proyek ini, seperti konstruksi, teknik, dan pemeliharaan. Hal ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan membantu merevitalisasi perekonomian lokal.

Risiko Tersembunyi dibalik Penerapan CCS

Meskipun CCS menawarkan banyak kelebihan, ada beberapa risiko dan potensi dampak negatif yang perlu dipertimbangkan, di antaranya :

1. Biaya yang Tinggi

Salah satu risiko terbesar dari penerapan CCS adalah biaya yang sangat tinggi. Teknologi CCS memerlukan investasi yang sangat besar untuk pembangunan infrastruktur, operasional, dan pemeliharaan. Biaya ini sering kali menjadi beban tambahan yang dapat dialihkan dari pengembangan energi terbarukan yang lebih ekonomis dalam jangka panjang.

Contoh kasus : Proyek CCS di pembangkit listrik Boundary Dam, Kanada yang menghabiskan sekitar $1,5 miliar untuk fase pertama. Tingginya biaya yang dikeluarkan sering kali tidak sebanding dengan manfaat ekonomi langsung yang diperoleh. Sehingga, memerlukan subsidi dan dukungan finansial dari pemerintah dan pihak swasta. Ketergantungan pada subsidi ini dapat menjadi masalah di masa depan, terutama jika terjadi perubahan kebijakan atau prioritas anggaran. 

Bahkan bisa mendapatkan denda dari pihak investor, jika terjadi kegagalan dalam penerapannya. Seperti denda yang dibebankan kepada Boundary Dam, sebesar C$12 juta karena kegagalan dalam menangkap CO2 yang dijanjikan kepada pihak investor.

2. Risiko Lingkungan

Penyimpanan CO2 dalam formasi geologi dapat menimbulkan risiko lingkungan jika tidak dikelola dengan benar. Risiko kebocoran adalah risiko terbesar yang dapat terjadi akibat dari penerapan teknologi CCS ini. Jika CO2 dari penyimpanan bawah tanah mengalami kebocoran, maka akan berpotensi mencemari tanah dan sumber air, serta mengganggu kesehatan manusia. 

Seperti yang disebut oleh The International Council on Clean Transportation yaitu 

“Banyak telur dalam keranjang yang berpotensi bocor”.

Contoh kasus : Proyek CCS di Weyburn, Kanada, yang mendapat tuduhan dari warga sekitar karena kebocoran CO2 yang menyebabkan kematian ternak dan merusak vegetasi. Meskipun perlu investigasi lebih lanjut agar tidak menimbulkan kesalahpahaman, namun dengan adanya kasus ini menunjukkan bahwa risiko kebocoran tidak boleh diabaikan.

3. Distraksi dari Solusi Lain

Penerapan CCS yang lebih diutamakan, akhirnya mengalihkan fokus kita, bahwa solusi utama adalah menghilangkan penyebabnya, yaitu mengurangi konsumsi energi fosil. Selain itu, investasi besar yang diperlukan untuk CCS bisa digunakan dalam pengembangan energi terbarukan dan solusi lain yang lebih berkelanjutan.

Ketergantungan pada CCS bisa menghambat peralihan menuju ekonomi rendah karbon yang lebih luas dan merata.

Rencana PLN yang akan Menerapkan CCS

Di Indonesia, PLN (Perusahaan Listrik Negara) berencana menerapkan teknologi CCS sebagai upaya untuk mengurangi emisi karbon dari sektor kelistrikan. Implementasi ini merupakan komitmen PLN untuk mendukung transisi energi bersih dan mencapai target Net Zero Emission (NZE) tahun 2060.

Namun, melihat dari risiko yang sudah dijabarkan di atas, setidaknya ada dua poin pertimbangan untuk PLN, yaitu :

1. Integrasi dengan Energi Terbarukan

PLN seharusnya tidak hanya fokus pada implementasi CCS dan kelebihannya yang sementara. Tetapi juga harus mengintegrasikan strategi untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan dan efisiensi energi, atau solusi lain yang lebih berkelanjutan. 

2. Penelitian dan Pengawasan

Penting untuk melakukan penelitian dan pengawasan yang ketat terhadap teknologi CCS untuk mengurangi risiko kebocoran dan dampak lingkungan lainnya.

Kesimpulan

Carbon Capture Storage (CCS) bisa menjadi alat yang berguna dalam mengurangi emisi CO2 dari pembangkit listrik berbasis fosil. Tetapi penerapannya harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Tanpa integrasi yang kuat dengan kebijakan energi terbarukan dan pengelolaan lingkungan yang baik, CCS dapat memperparah krisis iklim. 

Rencana PLN yang akan menerapkan teknologi CCS harus dievaluasi dengan sangat hati-hati. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, ada potensi bahwa teknologi ini bisa memperparah krisis iklim. Karena bagaimanapun, penerapan teknologi CCS akan sia-sia jika penyebab mendasar emisi karbon, yaitu mengurangi konsumsi bahan bakar fosil tidak dilakukan. 

Sumber

https://www.nationalgrid.com/stories/energy-explained/what-is-ccs-how-does-it-work

https://storegga.earth/blog/carbon-capture-and-storage-risks-explained

https://theconversation.com

https://sequestration.mit.edu

https://itrade.cgsi.co.id/pln-siap-terapkan-ccs-dorong-dekarbonisasi-sektor-kelistrikan

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *