Iran vs Israel: Babak Awal Perang Dunia III? Musuh bebuyutan. Begitulah dunia mengenal Iran dan Israel. Meski tak pernah damai. Namun, sebelumnya perang mereka berlangsung secara terselubung, lewat serangan siber, operasi drone terhadap milisi proksi, hingga pembunuhan ilmuwan dan komandan militer. Tapi, kali ini tensinya bukan lagi sekadar gesekan di balik layar. Perang terbuka kini jadi kenyataan.
Operation Rising Lion
Jum’at 13 Juni 2025, Israel mengawali serangan udara besar-besaran yang mereka sandikan dengan nama “Operation Rising Lion”. Dalam operasi tersebut, Israel menarget lebih dari seratus titik vital di Iran. Situs militer, pangkalan IRGC (Korps Garda Revolusi Iran), hingga pusat nuklir di Teheran, Natanz dan Isfahan.
Dilaporkan sekitar 200 unit jet tempur dikerahkan dalam misi ini. Pemerintah Israel mengklaim bahwa serangan itu berhasil menewaskan sejumlah pejabat senior serta beberapa ilmuwan nuklir Iran. (Times of Israel, 2025)
Ini bukan sekadar aksi militer biasa. Sejumlah pengamat menilai langkah ini sebagai bentuk deklarasi perang terbuka, yang pertama kali terjadi sejak Revolusi Iran 1979. (Kompas, 2025)
Dampak langsung di Iran
Serangan udara Israel langsung terasa di jalanan Teheran. Ribuan warga panik dan berbondong-bondong meninggalkan ibu kota, menimbulkan antrean panjang BBM, jalanan macet parah, dan stok bahan pokok menipis. Operasi ini sedikitnya menewaskan 224 jiwa dan lebih dari seribu lainnya mengalami luka-luka di pihak Iran. Sebagian besar warga sipil. (AP news, 2025).
Baca juga: Hamas: Organisasi Teroris atau Pejuang Kemerdekaan?
Drone dan Rudal Balasan Iran
Iran tak tinggal diam. Tidak lama setelah serangan itu, ratusan rudal balistik Iran dan drone balasan langsung ditembakkan ke wilayah Israel. Beberapa diantaranya berhasil menembus sistem pertahanan udara Israel, menghancurkan bangunan sipil dan merusak infrastruktur penting. 27 warga Israel tewas dan ratusan lainnya luka-luka dalam serangan balasan ini.
Tidak hanya itu, Iran juga mengancam akan keluar dari NPT (Non Proliferation Treaty), Perjanjian untuk membatasi kepemilikan dan atau penggunaan senjata nuklir. Satu hal yang bisa memicu krisis keamanan global dan membuat perang makin meluas. Meski Iran terus bersikukuh pihaknya tidak berniat kembangkan senjata nuklir. (The Guardian, 2025)
Mossad dan Strategi Perang Modern
Operation Rising Lion bukan sekadar kekuatan serangan udara. Di balik itu, tersembunyi peran penting intelijen yang sudah disiapkan jauh sebelum operasi pertama dilancarkan. Mossad sudah masuk lebih dulu ke wilayah Iran, menyusupkan drone kecil dan senjata otomatis. Mereka memetakan titik-titik peluncuran rudal serta sistem pertahanan musuh secara diam-diam tanpa terdeteksi radar lawan.
Bahkan disebut-sebut juga ada keterlibatan kecerdasan buatan (AI) dalam seleksi target. Dengan ini Operation Rising Lion disebut sebagai strategi baru dalam peperangan modern. Sunyi tapi mematikan. (AP News, 2025)
Dukungan Militer AS
Amerika Serikat bergerak. Tiga kapal induknya, USS Nimitz, USS Carl Vinson, dan USS Gerald R. Ford tengah bersiap menuju Timur Tengah. Ini dilakukan sebagai bentuk dukungan bagi Israel dan menangkal serangan Iran. (nypost, 2025)
Trump desak Iran menyerah tanpa syarat. Bahkan Trump mengaku tahu dimana tempat pemimpin Iran, Ayatollah Khamenei bersembunyi, Trump menyebutnya sebagai “easy target”. Namun, dia belum ada niat untuk melancarkan serangan langsung terhadap pemimpin tertinggi Iran tersebut. Trump juga memperingatkan akan adanya “langkah lebih brutal” jika Iran tetap tak menunjukkan niat damai.
Ayatollah Khamenei tegas menolak. Ia menyebut bahwa intervensi AS hanya akan membawa “kerusakan permanen” yang tidak bisa dipulihkan. (Tempo, 2025)
Ancaman Selat Hormuz dan Reaksi Dunia
Iran juga memainkan kartu pamungkasnya, mengancam menutup Selat Hormuz. Jalur ini bukan sembarang lintasan, ia membawa 18 juta barel minyak tiap hari, hampir 20 persen dari konsumsi dunia, menjadikannya pusat denyut nadi perdagangan energi global. Parlemen Iran menyebut bahwa penutupan selat hormuz akan dipertimbangkan, jika AS terlibat secara militer membela Israel. (Reuters, 2025)
Langkah ini mengguncang pasar energi dunia. Harga minyak mentah sudah naik lebih dari 13 persen sejak serangan pertama Israel. Sejumlah negara mulai menyusun skema darurat untuk menjaga stabilitas pasokan energi. (Tempo.co, 2025)
Dunia bereaksi. Rusia dan Turki mengutuk Operation Rising Lion Israel, menyebutnya ilegal, dan melanggar hukum internasional. Sejumlah negara menyerukan dialog damai segera (Metrotvnews, 2025)
Sementara itu, di tengah situasi ini, Iran diminta oleh Jerman, Prancis, dan inggris untuk tidak mundur dari perjanjian nuklir NPT. (Gamereactor, 2025)
(Opini) Awal Perang Dunia III?
Narasi soal World War III bukan lagi sekadar candaan netizen di media sosial. Kini sudah jadi tajuk resmi di berita, jadi bahan pidato pejabat, dan memenuhi ruang diskusi para analis. Tapi menurut saya pribadi, menyebut ini sebagai awal dari Perang Dunia Ketiga masih terlalu dini.
Kita hidup di era yang jauh berbeda dari masa PD I atau PD II, bahkan sangat kontras jika dibanding dengan masa Perang Dingin. Tidak ada dua blok militer yang siap perang terbuka. Bahkan negara-negara yang saling curiga sekalipun terhubung secara ekonomi, politik, dan energi. Perang besar bukan cuma balas-membalas rudal, tapi juga soal siapa yang siap menghadapi dampak panjangnya. Yaitu, inflasi, instabilitas politik dalam negeri, dan krisis kepercayaan internasional.
Tapi ya, bukan berarti semuanya aman-aman saja. Ancamannya nyata. Saat Iran bilang ingin keluar dari NPT, jelas itu bukan ancaman main-main. Itu adalah sinyal bahwa Iran sudah tidak lagi mempercayai jalur diplomasi, tentu hal ini bisa memicu perlombaan senjata nuklir di kawasan.
Apalagi, ancaman penutupan Selat Hormuz yang bukan sekadar lokasi strategis, tapi urat nadi perdagangan energi global. Dampaknya bukan hanya ke Iran dan Israel, tapi ke semua negara. Harga minyak naik, rantai pasok terganggu, dan ekonomi dunia bisa masuk resesi.
***
Jika Israel terus menjadikan tokoh-tokoh penting Iran sebagai target, meluaskan operasi ke negara-negara seperti Lebanon, Yaman, dan Suriah, maka konflik ini bisa menyebar menjadi perang kawasan.
Amerika memang mendukung Israel. Tapi, sejauh ini belum terlihat tanda-tanda siap terjun langsung ke medan perang. Meski dikenal blak-blakan, Trump masih memberi celah untuk damai, asalkan Iran mau menahan hasratnya membuat senjata nuklir.
Rusia dan negara-negara Teluk mulai aktif mendorong upaya diplomatik. Sebab mereka sadar betul, konflik ini berpotensi melibatkan lebih dari sekadar dua bendera, dan jika terus berlarut, dunia bisa ikut terguncang.
Kesimpulan
Apakah konflik ini adalah babak awal Perang Dunia III? Jawabannya: belum, tapi kita jelas sedang berdiri di ambang jurangnya. Jika semua pihak terus mengedepankan ego dan kekuatan, tanpa upaya untuk meredam konflik, maka kemungkinan dunia tergelincir ke jurang perang terbuka yang tidak bisa dihindari.
“Peace can’t be kept by force; it can only be achieved by understanding”
-Albert Einstein-
Sumber Referensi
https://www.kompas.com/stori/read/2025/06/13/163000979/sejarah-hubungan-iran-dan-israel–menjadi-rival-sejak-1979
https://apnews.com/article/israel-iran-missile-attacks-nuclear-news-tehran-trump-06-17-2025-3f08988b5e8fd375645967b6e22916f3
https://www.theguardian.com/world/2025/jun/16/iran-threatens-to-leave-nuclear-weapons-treaty-as-israeli-bombing-enters-fourth-day
https://www.reuters.com/world/middle-east/irans-options-against-foreign-aggression-include-closing-strait-hormuz-lawmaker-2025-06-19/