Benarkah Perempuan Lebih Kuat Menahan Rasa Sakit?

Pernah dengar tidak kalau perempuan katanya lebih kuat menahan rasa sakit daripada laki-laki? Banyak yang berpendapat begitu, tapi ada juga yang bilang, enggak ada bedanya. Lantas, apakah benar perempuan lebih tahan banting soal rasa sakit? Yuk, kita bahas!

Meisye Malya
Perempuan lebih kuat menahan rasa sakit daripada laki-laki
Perempuan lebih kuat menahan rasa sakit daripada laki-laki

Dimulai dari Faktor Fisik dan Biologis

Jadi gini, tubuh perempuan dan laki-laki itu punya cara berbeda dalam merespon rasa sakit, lho! Salah satunya karena faktor hormon. Misalnya, hormon estrogen yang dimiliki perempuan itu bisa bantu mengurangi rasa sakit. Beberapa penelitian bilang kalau estrogen ini bisa “mendem” rasa sakit, makanya perempuan kadang lebih tahan menghadapi beberapa jenis rasa sakit, kayak sakit menstruasi atau bahkan saat melahirkan.

Tapi jangan salah, laki-laki juga nggak kalah kok! Mereka punya hormon testosteron yang bikin mereka lebih kuat secara fisik, meski nggak berhubungan langsung dengan ketahanan rasa sakit. Testosteron lebih banyak ngaruh ke kekuatan otot dan energi. Jadi, bukan berarti laki-laki lebih lemah dalam hal menahan sakit, cuma memang mekanisme hormon mereka berbeda.

Selain itu, perempuan juga sering banget mengalami rasa sakit yang intens, seperti waktu menstruasi, kehamilan, atau bahkan proses melahirkan. Ini bisa dibilang mereka sudah terbiasa dan dilatih untuk menahan rasa sakit. Ibaratnya, mereka udah “ngalamin” banyak rasa sakit dari dulu, jadi bisa dibilang daya tahan mereka cukup terasah.

Penelitian Tentang Ketahanan perempuan dan laki-laki  Terhadap Rasa Sakit

Kalau kita ngomongin soal penelitian, ada satu studi dari Universitas McGill di Kanada yang bilang kalau perempuan punya ambang batas rasa sakit yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Artinya, perempuan bisa merasa sakit lebih cepat. Tapi yang menarik, meskipun perempuan lebih sensitif, mereka punya ketahanan mental yang luar biasa kalau rasa sakit itu berlangsung lama. Mereka cenderung bisa bertahan lebih lama dan nggak langsung kelihatan keluhan fisiknya.

Nah, di sisi lain, laki-laki itu biasanya lebih cepet ngelaporin rasa sakit atau minta bantuan kalau lagi sakit. Tapi hal ini nggak selalu berarti mereka nggak kuat ya, lebih karena ada pengaruh dari norma sosial yang mengharapkan laki-laki untuk lebih “tangguh” dan nggak terlalu menunjukkan kelemahan.

Ada pula Peran Psikologis dan Emosional

Selain faktor fisik, perasaan dan psikologi juga nggak kalah penting dalam cara kita menghadapi rasa sakit. Perempuan dikenal lebih emosional dan punya tingkat empati yang tinggi. Hal ini bisa bikin mereka lebih siap untuk mengelola rasa sakit. Contoh nyata banget, misalnya saat melahirkan. Tentu saja rasa sakitnya luar biasa, tapi dorongan untuk melindungi anaknya bisa memberi kekuatan ekstra yang nggak banyak dimiliki laki-laki.

Sementara itu, laki-laki lebih sering menahan rasa sakit dalam diam karena ada tekanan sosial yang bilang kalau mereka harus selalu kuat dan nggak kelihatan lemah. Jadi, mereka mungkin menahan sakit atau menghadapinya dengan cara yang lebih tertutup.

Dilihat dari Faktor sosial dan budaya perempuan dan laki-laki

Di luar faktor biologis, ada juga faktor sosial dan budaya yang nggak bisa dianggap remeh. Sejak kecil, anak laki-laki sering diajarkan untuk nggak menunjukkan rasa sakit. Biasanya, mereka lebih dikondisikan untuk terlihat “tangguh” dan nggak mengeluh. Kalau perempuan, sebaliknya, mereka lebih sering didorong untuk mengungkapkan perasaan dan nggak takut menunjukkan kalau mereka merasa sakit atau lelah. Jadi, pengaruh budaya ini bisa memengaruhi bagaimana laki-laki dan perempuan menanggapi rasa sakit dalam hidup mereka.

Apalagi, banyak orang yang ngeliat perempuan itu lebih kuat dalam menghadapi rasa sakit fisik, contohnya saat melahirkan. Proses melahirkan yang penuh tantangan ini bisa jadi alasan kenapa banyak orang berpikir perempuan lebih tahan terhadap rasa sakit dibanding laki-laki.

Jadi, Enggak Ada Jawaban yang Pasti ya!

Setiap orang, baik perempuan maupun laki-laki, punya cara masing-masing dalam menghadapi rasa sakit. Banyak sekali hal yang memengaruhi bagaimana seseorang bisa bertahan, dan setiap individu memiliki kekuatan dan batasan yang unik. Satu hal yang pasti, rasa sakit itu sangat subjektif. Apa yang satu orang rasakan mungkin berbeda jauh dengan apa yang dirasakan orang lain.

Sebagai contoh, dua orang yang mengalami jenis rasa sakit yang sama bisa saja merasakannya dengan cara yang sangat berbeda. Ada yang merasa bisa menghadapinya dengan tenang, sementara yang lainnya merasa kesulitan dan butuh bantuan. Semua itu tergantung pada banyak faktor, baik itu faktor fisik seperti kondisi tubuh, faktor emosional seperti ketahanan mental, dan juga bagaimana seseorang dibesarkan serta nilai-nilai yang mereka pegang.

Selain itu, kita juga harus ingat bahwa rasa sakit nggak selalu hanya bersifat fisik. Banyak dari kita yang juga merasakan sakit secara emosional, yang terkadang bahkan bisa lebih menguras energi daripada rasa sakit fisik. Ketahanan mental ini sangat penting dalam menghadapi tantangan hidup, dan tiap orang, baik perempuan maupun laki-laki, bisa punya kekuatan luar biasa untuk menghadapinya. Kekuatan untuk tetap bertahan meski segala sesuatunya terasa sangat berat, atau kemampuan untuk tetap bangkit setelah jatuh, adalah hal-hal yang menunjukkan ketahanan kita sebagai manusia.

Pada akhirnya, kita semua punya kekuatan untuk bertahan dan mengatasi rasa sakit, meskipun cara kita menghadapinya bisa berbeda-beda. Yang penting kita tidak boleh membandingkan diri kita dengan orang lain secara berlebihan, karena setiap individu itu unik dan punya cara tersendiri dalam menghadapinya. Jangan pernah meremehkan kekuatan orang lain hanya karena mereka terlihat berbeda dalam merespons suatu hal. Kadang, kita hanya butuh waktu untuk memahami kekuatan kita sendiri dan cara terbaik untuk menghadapinya. Jadi, yang terpenting adalah tetap menghargai diri sendiri dan orang lain, serta tidak meragukan kemampuan kita untuk melewati segala kesulitan yang datang.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *