Pada awal tahun 2025, Indonesia secara resmi diumumkan sebagai anggota penuh aliansi BRICS, sebuah kelompok ekonomi yang awalnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
BRICS adalah salah satu aliansi perdagangan terbesar di dunia, yang mewakili seperempat dari ekonomi global, menyumbang 26,2% dari Gross World Product (GWP). Dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat di negara-negara anggotanya, masuknya Indonesia dalam aliansi ini menjadi langkah strategis yang diharapkan dapat memberikan banyak manfaat. Namun, ada juga beberapa risiko yang perlu diwaspadai.
Yuk, kita bahas lebih dalam tentang apa saja keuntungan dan tantangan yang mungkin dihadapi Indonesia sebagai anggota BRICS.
Baca juga: Keuntungan Indonesia Menjadi Mitra BRICS
Keuntungan Indonesia Bergabung dengan BRICS
1. Akses Lebih Mudah ke Pasar Negara Berkembang
Sebagai anggota BRICS, Indonesia mendapatkan akses ke pasar yang luas dari negara-negara berkembang lainnya seperti Brasil, India, dan Afrika Selatan. Hal ini dapat meningkatkan perdagangan antar negara anggota, yang pada gilirannya memperkuat hubungan ekonomi dan membuka peluang baru bagi ekspor Indonesia. BRICS juga memungkinkan Indonesia untuk mengembangkan kolaborasi di bidang teknologi, kesehatan, dan energi.
Selain itu, bergabungnya Indonesia dengan aliansi perdagangan terbesar di dunia merupakan kesempatan untuk memperkuat kerja sama Selatan-Selatan, yang mengacu pada kemitraan antara negara-negara berkembang. Dalam kerangka ini, Indonesia dapat memastikan suara dan kepentingan negara-negara berkembang terdengar di forum-forum global, serta berperan aktif dalam pengambilan keputusan global.
2. Harga Minyak yang Lebih Murah
Salah satu keuntungan signifikan dari bergabungnya Indonesia ke BRICS adalah akses ke komoditas yang lebih murah, seperti minyak mentah dari Rusia. Selama ini, Rusia banyak diembargo oleh negara-negara Barat, yang membuat mereka kesulitan menjual minyak mentah. Dengan bergabung dalam BRICS, Indonesia dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk membeli minyak Rusia dengan harga lebih rendah, yang tentu akan membantu mengurangi beban negara dalam hal subsidi BBM.
Menurut Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, hal ini sangat penting karena subsidi BBM selama ini menjadi beban besar bagi anggaran negara. Pembelian minyak dengan harga lebih murah dapat memberikan dampak positif bagi stabilitas fiskal Indonesia.
3. Penguatan Kolaborasi di Bidang Investasi dan Infrastruktur
Indonesia dapat menggunakan keanggotaannya di BRICS untuk menarik investasi lebih besar di bidang infrastruktur dan energi bersih. Bhima Yudhistira, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), menyebutkan bahwa BRICS menyediakan peluang untuk mengembangkan proyek infrastruktur yang dapat membantu memperkuat kemandirian ekonomi Indonesia. Terutama di sektor-sektor strategis seperti energi terbarukan, green investment, dan pembangunan berkelanjutan.
Keuntungan lainnya, model kerja sama dalam BRICS berbeda dengan sistem perdagangan negara-negara Barat. BRICS mengandalkan transaksi dengan sistem SWAP, yang lebih fleksibel dibandingkan sistem SWIFT yang lebih umum di Barat. Dengan pendekatan ini, Indonesia dapat menjalin kerja sama yang lebih efisien dengan negara-negara anggota.
Risiko yang Dihadapi Indonesia
1. Ancaman Tarif Impor dari Amerika Serikat
Meskipun ada banyak keuntungan dari bergabungnya Indonesia dengan BRICS, ada juga risiko yang tidak bisa diabaikan. Salah satu ancaman yang paling nyata datang dari Amerika Serikat. Presiden terpilih AS, Donald Trump, pada beberapa kesempatan telah menyatakan bahwa ia akan mengenakan tarif impor 100 persen kepada negara-negara yang tergabung dalam BRICS, terutama jika aliansi ini benar-benar menciptakan mata uang baru yang akan menyaingi dolar AS.
BRICS diketahui sedang mengembangkan rencana untuk menciptakan mata uang sendiri, yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS dalam perdagangan internasional. Jika ini terjadi, ancaman tarif impor dari AS bisa saja menjadi kenyataan, yang tentu akan berdampak negatif pada volume ekspor Indonesia, terutama untuk produk-produk yang sangat bergantung pada pasar Amerika Serikat.
2. Ketergantungan Terhadap China
Salah satu kekhawatiran utama yang diutarakan oleh para ekonom adalah risiko ketergantungan yang semakin besar pada China. Dalam BRICS, China adalah pemain utama dengan ekonomi terbesar. Jika Indonesia terlalu mengandalkan hubungan dengan China, ada kemungkinan negara kita akan terjebak dalam ketergantungan yang tinggi. Hal ini bisa berdampak pada stabilitas ekonomi Indonesia, terutama jika ekonomi China mengalami pelemahan.
Yeta Purnama, seorang peneliti dari CELIOS, mengingatkan bahwa meskipun ada banyak potensi keuntungan dari bergabungnya Indonesia ke BRICS, Indonesia perlu berhati-hati agar tidak terlalu fokus pada China. Sebaliknya, Indonesia harus lebih gencar mendiversifikasi mitra dagang dan memastikan kerja sama bilateral dengan negara lain juga berkembang. Ini penting untuk menjaga kemandirian ekonomi di tengah ketidakpastian ekonomi global.
3. Berpengaruh Terhadap Hubungan dengan Negara Barat
Keanggotaan Indonesia di BRICS juga bisa memengaruhi hubungan dengan negara-negara Barat, terutama yang berlawanan dengan kepentingan BRICS seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Misalnya, embargo terhadap Rusia yang diberlakukan oleh negara-negara Barat bisa menimbulkan persepsi negatif terhadap Indonesia jika kita memutuskan untuk membeli minyak murah dari Rusia.
Selain itu, beberapa analis juga menyebutkan bahwa bergabungnya Indonesia dengan BRICS bisa saja memengaruhi proses negosiasi Indonesia dengan organisasi internasional lain seperti OECD (Organization for Economic Co-operation and Development), yang merupakan organisasi negara-negara maju. Mengingat BRICS dan OECD berada di dua kutub yang berbeda, langkah Indonesia ini bisa dianggap kontroversial di mata negara-negara Barat.
Kesimpulan
Masuknya Indonesia ke dalam BRICS membuka banyak peluang, mulai dari akses pasar yang lebih luas, harga minyak lebih murah, hingga peluang investasi infrastruktur dan green investment. Namun, tantangan juga tidak kalah besar, seperti ancaman tarif dari Amerika Serikat dan risiko ketergantungan pada China. Penting bagi Indonesia untuk memainkan peran yang seimbang dan tidak terlalu fokus pada satu negara saja, serta menjaga keberlanjutan ekonomi melalui diversifikasi mitra dagang.
Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat memaksimalkan keuntungan dari keanggotaannya di BRICS tanpa harus terjebak dalam risiko yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi. Jadi, kita tunggu saja bagaimana langkah-langkah strategis pemerintah dalam menghadapi peluang dan tantangan ini.
Referensi
https://www.insibernews.com/news/102859538/indonesia-resmi-masuk-brics-terancam-kena-tarif-impor-100-persen-dari-trump?page=2
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-7722368/ri-masuk-brics-ekonom-wanti-wanti-ada-ancaman-trump-dominasi-china
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-7721047/apa-untungnya-indonesia-gabung-brics