Bonus Demografi: Antara Peluang dan Tantangan – Di antara banyak negara yang dihadapkan dengan krisis demografi, ada pula beberapa negara yang mendapatkan bonus demografi, salah satunya Indonesia. Pernah mendengar istilah ini? Bonus demografi (Demographic Dividend) adalah sebuah kondisi langka yang dihadapi suatu negara. Hal ini terjadi ketika proporsi penduduk usia produktif (15-65 Tahun) lebih besar dibandingkan dengan usia non-produktif (di bawah 15 Tahun dan di atas 65 Tahun). (kompaspedia, 2024)
Bonus demografi dapat menjadi peluang besar bagi negara yang mengalaminya. Namun di sisi lain, juga bisa menjadi tantangan dan beban yang besar untuk masa depan suatu negara jika tidak dimanfaatkan dengan baik.
Baca juga: Krisis Demografi Jepang dan Korea Selatan
Apa Saja Peluang dan Tantangan tersebut?
Bonus Demografi di Indonesia
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), ada sebanyak 70,72% penduduk usia produktif di Indonesia pada tahun 2020, dan bonus demografi ini diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2030. Di saat sebagian besar penduduk dalam usia produktif, atau dengan kata lain jumlah pekerja akan sangat banyak dan jumlah orang yang menjadi tanggungannya lebih sedikit. (detiknews, 2022)
Kondisi ini akan menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, karena lebih banyak pekerja yang bisa berpartisipasi dalam sektor perekonomian. Jika dimanfaatkan dengan baik, peluang ini akan mewujudkan visi “Indonesia Emas 2045”. (cnbc, 2024)
Peluang
Berikut adalah peluang besar dari bonus demografi dalam beberapa aspek, antara lain:
1. Pertumbuhan Ekonomi
Dengan adanya tenaga kerja yang banyak, konsumsi pun meningkat, orang-orang memiliki penghasilan, membelanjakan uangnya, dengan begitu roda ekonomi Indonesia terus berputar. Tentu hal ini tidak lepas dari peran pemerintah yang mampu memanfaatkan peluang ini, dengan cara mencipta lapangan kerja yang lebih banyak. Kita bisa belajar dari Korea Selatan dan Jepang di masa lalu, disaat mereka sukses memanfaatkan bonus demografi hingga akhirnya tumbuh menjadi negara maju di Asia.
2. Inovasi dan Teknologi
Dengan populasi anak muda yang banyak, ide-ide baru dan inovasi pun akan bermunculan. Teknologi lebih cepat berkembang, dan pada akhirnya akan mendukung ekonomi negara. Apa lagi anak-anak muda zaman sekarang sudah tech-savvy alias melek teknologi atau memiliki pemahaman yang baik untuk menggunakan teknologi modern. (kumparan, 2023)
Akan banyak startup bermunculan dengan inovasi yang brilian. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa bonus demografi bisa mendorong inovasi di berbagai sektor.
3. Investasi
Banyaknya penduduk usia produktif berarti pasar tenaga kerja juga besar, kondisi ini bisa menarik investor dari luar negeri. Investor akan melihat peluang untuk menanamkan modal mereka di sektor-sektor yang membutuhkan banyak tenaga kerja.
Seorang pejabat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI bonus demografi Indonesia di tahun 2030 membuka peluang investasi di sektor kesehatan Tanah Air berkisar 84 miliar Dolar AS atau setara Rp1.200 triliun lebih. (antara, 2023)
Tantangan
Selain peluang, bonus demografi juga membawa tantangan tersendiri, antara lain:
1. Ketersediaan Lapangan Kerja
Jumlah angkatan kerja yang besar akan menimbulkan masalah jika tidak ada lapangan kerja yang memadai. Angka pengangguran akan meningkat, yang pada akhirnya hanya akan menambah beban negara. Masalah sosial seperti kriminalitas akan merajalela, tentu masalah-masalah tersebut akan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia masih cukup tinggi, pada Februari 2024 saja mencapai 7,2 juta orang. (bps, 2024)
Bayangkan jika ke depannya Indonesia masih belum menemukan solusi untuk masalah ini di era bonus demografi. Maka, cita-cita untuk menjadi negara maju akan sangat sulit.
2. Kualitas Pendidikan
Untuk memaksimalkan bonus demografi, pendidikan menjadi kunci utama. Saat ini, Indonesia masih dihadapkan pada masalah kualitas pendidikan yang belum merata. Jika penduduk usia produktif tidak memiliki basic pendidikan dan keterampilan yang memadai, maka sulit untuk bersaing aktif dalam pasar kerja. Oleh karena itu, negara harus bisa menyediakan akses pendidikan yang merata dan berkualitas.
Sebagai contoh : Korea Selatan pada tahun 1970-an sukses memanfaatkan bonus demografinya dengan cara memperkuat sistem pendidikan, sehingga menciptakan pekerja yang terampil dan siap kerja sesuai bidangnya. (cnn, 2016)
3. Ketimpangan Sosial Ekonomi
Tidak semua orang bisa merasakan bonus berharga tersebut. Jika pemerintah dan sektor swasta gagal mendistribusikan kesejahteraan secara merata, maka yang kaya akan makin kaya dan yang miskin akan semakin tertinggal. Ketimpangan ini akan memicu ketidakpuasan dan ketegangan sosial, sehingga akan menimbulkan pemberontakan.
Contoh kasus : kerusuhan Mei 1998, yang merupakan puncak ketidakpuasan terhadap pemerintahan orde baru. Saat itu, muncul sentimen anti-Tionghoa karena tingginya ketimpangan sosial-ekonomi, disebabkan oleh krisis moneter. Daya beli masyarakat menurun karena tingginya inflasi, kesulitan ekonomi dimana-mana. Untuk mengatasi kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, masyarakat pribumi melampiaskan kemarahan dengan cara menjarah toko-toko dari etnis Tionghoa, yang dikenal sebagai etnis pengusaha. (theindonesianinstitute, 2018)
Kesimpulan
Bonus demografi adalah peluang emas yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mewujudkan Indonesia Emas 2045 jika dikelola dengan tepat. Namun, tanpa persiapan yang matang bonus demografi bisa menjadi tantangan besar, bahkan bisa menimbulkan masalah sosial dan ekonomi yang sangat serius.
Indonesia perlu belajar dari pengalaman Korea Selatan, Jepang, dan Tiongkok di masa lalu, yang menunjukkan bahwa dengan kebijakan yang tepat, bonus ini dapat menjadi kunci utama dalam kemajuan suatu negara.
Referensi
https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/bonus-demografi-peluang-dan-tantangan-di-2045
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bonus_demografi
https://news.detik.com/kolom/d-6251110/menggapai-puncak-bonus-demografi
https://m.antaranews.com/berita/3717270/kemenkes-bonus-demografi-buka-peluang-investasi-84-miliar-dolar-as
https://www.theindonesianinstitute.com/ketimpangan-kerusuhan-1998-dan-konflik-laten-di-jakarta/