‘Six Thinking Hats,’ Metode Efektif Saat Rapat! Pernah Coba?

Izhar Arjuna
Six Thinking Hats, Metode Efektif Saat Rapat! (Foto: Dokumen Pribadi)
Six Thinking Hats, Metode Efektif Saat Rapat! (Foto: Dokumen Pribadi)

Pernahkah kamu mendengar metode Six Thinking Hats? Metode ini merupakan metode berpikir dengan menggunakan perantara topi yang memiliki peran masing-masing.

Metode ini ditemukan oleh seorang dokter asal Perancis yang bernama dr. Edward de Bono. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan proses berpikir dalam rapat secara berurutan. Penyederhanaan ini tentunya akan menciptakan efektivitas dalam pelaksaan rapat atau diskusi.

Metode ini cocok digunakan untuk orang yang sering mengadakan rapat organisasi, tapi tak kunjung usai karena pembahasannya sering ngalor-ngidul. Hal ini dapat terjadi karena dalam rapat tersebut biasanya tidak ada alur yang tersusun dengan jelas. Oleh karena itu metode Dr Edward de Bono ini mungkin perlu kamu coba untuk membantu jalannya rapat yang sedang dijalankan!

Sebenarnya ada berbagai macam metode yang biasanya digunakan untuk mempercepat rapat. Namun pada kesempatan kali ini penulis menyarankan metode Six Thinking Hats untuk digunakan saat rapat, karena sifatnya terstruktur, sistematis dan lebih efektif. Penasaran dengan metodenya? Let’s talk about it!

Mengenal Metode Six Thinking Hats

Metode Six Thinking Hats dirancang untuk menentukan arah dari jalannya sebuah rapat atau diskusi. Penggunaan masing-masing topi dilakukan secara bertahap. Jadi secara sederhana, metode ini seperti sedang melakukan permainan peran ketika memakai topi tertentu.

Sama seperti namanya, metode six thinking hats menggunakan 6 topi dalam pelaksanaannya. Topi-topi tersebut diwakili oleh warna Putih, Merah, Hitam, Kuning, Hijau dan Biru. Masing-masing warna memiliki karakteristiknya sendiri. Warna putih misalnya mewakili sifat kepolosan, sehingga ketika menggunakannya seseorang bebas menyampaikan apapun tanpa mendapat intervensi. Begitupun warna-warna lain seperti merah, hitam, kuning, hijau hingga biru. Semuanya mempunyai tugas dan tujuan masing-masing.

  1. Six Thinking Hats Warna Putih

Posisi topi putih dalam metode ini dapat disamakan dengan sebuah lembaran kertas putih. Ibarat kertas putih, tentunya seseorang perlu mengisinya dengan berbagai macam informasi baik berupa tulisan ataupun gambar.

Informasi tersebut merupakan fakta-fakta yang tidak dapat disangkal berupa angka dan data. Topi berwarna putih biasanya bersifat objektif dan netral karena bertujuan untuk mencari dan memaparkan informasi dalam sebuah rapat. Hal terpenting yang dilakukan dengan topi putih adalah menentukan informasi yang hilang dan apa saja yang diperlukan.

Pemikiran topi putih dalam metode six thinking hats bertujuan untuk mendorong si pembicara memisahkan mana fakta dan mana interpretasi. Artinya saat digunakan, top putih hanya fokus pada fakta tanpa perlu tambahan argumentasi. Dalam penggunaan topi putih, sebisa mungkin menghilangkan dugaan, intuisi, opini, kesan dan segala macam penilaian yang menggunakan perasaan.

  1. Six Thinking Hats Warna Merah

Six thinking hats berwarna merah memiliki fokus pembahasan pada emosi dan perasaan peserta rapat. Topi ini melibatkan pemakaian emosi seorang pembicara terhadap apa yang dipikirkannya. Oleh karenanya merah merupakan lawan dari topi putih yang memilki sifat netral dan objektif.

Singkatnya topi ini memperbolehkan menggunakan prasangkanya atau emosinya dalam menyampaikan argumen terkait materi pembahasan. Secara sederhana topi ini disebut “topi emosional.

Namun perlu digarisbawahi, ketika menggunakan topi merah, seorang pembicara tidak dibenarkan untuk melakukan pembenaran perasaan yang dimilikinya. Oleh karena itu, keberadaan topi merah menegaskan bahwa perasaan patut dilibatkan dalam sebuah rapat atau diskusi.

  1. Six Thinking Hats Warna Hitam

Topi Hitam menjadi topi yang terpenting dalam metode Six Thinking Hats. Topi ini menyimbolkan tanda peringatan atau kehati-hatian terhadap suatu ide atau pembahasan. Tujuannya adalah mencegah seseorang dalam rapat melakukan hal-hal yang berbahaya, melanggar hukum, mencemarkan dan dampak negatif lainnya.

Sederhananya topi ini melindungi dari tindakan yang membuang waktu dan sumber daya. Atau bisa dikatakan topi ini bersifat waspada dan hati-hati.

Topi hitam harus menggunakan dasar yang logis. Jika dalam sesi rapat saat menggunakan topi hitam peserta melibatkan emosinya, maka sebenarnya dia memakai topi berwarna merah.

Kegunaan paling penting topi hitam terletak pada penaksiran dan penanggulangan risiko. Oleh karenanya fokus topi ini terletak pada kesesuaian, apakah sesuatu sesuai atau tidak.

Perlu digarisbawahi, meskipun merupakan topi terpenting, sebaiknya topi ini tidak dipakai terlalu sering dalam sebuah rapat. Karena penggunaan yang terlalu sering membuat topi hitam menjadikannya tidak bermanfaat. Hal ini disebabkan dengan terbiasa memakai topi hitam, seseorang cenderung mengabaikan peran topi lain seperti topi hijau dan kuning.

  1. Six Thinking Hats warna Kuning

Topi kuning dalam metode Six Thinkng Hats merupakan topi yang membawa nilai optimisme. Tak heran kalau pemikiran pada topi kuning mencakup segala hal yang bernilai positif. Penggunaan topi ini menekankan untuk menemukan manfaat-manfaat yang mungkin ada dari suatu ide. Oleh karenanya pemikiran topi ini cenderung optimis, positif dan membawa harapan.

Penilaian positif ini biasanya terbentuk berdasarkan pengalaman, kesimpulan logis, dugaan, dan harapan. Namun dalam kasus topi kuning, semua yang bersifat perasaan tersebut harus dibarengi dengan penjelasan dan alasan. Pemikiran topi kuning cenderung bersifat spekulatif dan menciptakan peluang serta memberikan kesempatan kepada visi dan impian

Berbeda dengan topi hitam yang berspekulasi dalam pengertian bahaya, topi kuning justru menjadikan spekulasi positif sebagai sesuatu yang disebut peluang.

Salah satu contoh sederhana untuk menggambarkan bentuk optimisme pemikiran topi kuning adalah kalimat berikut:

Gelas ini bukan setengah kosong, tapi setengah penuh dengan air.

Bagaimana? Sangat optimistis bukan?!

  1. Six Thinking Hats warna Hijau

Di antara 6 topi yang lain, topi berwarna hijau merupakan topi yang paling kreatif dalam metode Six Thinking Hats. Topi ini digunakan untuk menyampaikan hal-hal yang masih baru. Karena itu, topi ini juga disebut sebagai topi kreasi dan inovasi. Ketika menggunakan topi hijau, sudah seharusnya peserta diskusi aktif memberikan kreativitas yang mereka miliki. Sebab, kreativitas merupakan unsur terpenting dalam berpikir.

Topi hijau dalam metode in menandakan sifat kreativitas dan gagasan baru. Saat topi hijau diaktifkan dalam sebuah rapat, maka seseorang pemikir haruslah menciptakan ide yang tidak logis secara sengaja. Namun jangan khawatir, pemikiran yang tidak logis tersebut justru menurut Dr. Edward, dapat membuat provokasi tercipatanya gagasan baru.

Secara sederhana Topi hijau seolah menciptakan konsep out of the box dalam metode Six Thinking Hats. Dapat dikatakan, penggunaan topi ini berfungsi untuk membantu menyelesaikan hambatan yang disampaikan ketika memakai topi hitam.

  1. Six Thinking Hats warna Biru

Topi terakhir yang digunakan dalam metode Six Thinking Hats adalah Topi berwarna biru. Topi ini berperan sebagai seorang “dirigen” dalam dalam sebuah rapat atau diskusi. Pemikiran pada topi biru biasanya bertugas mengawasi jalannya alur diskusi dan memastikan aturan dalam diskusi berjalan dengan baik. Biasanya topi biru digunakan oleh satu orang secara spesifik.

Topi biru biasanya dipakai di awal maupun di akhir oleh seseorang. Sebab topi ini berurusan dengan kendali dan pengaturan dari proses berpikir topi-topi lain.Dr. Edward mengumpamakan jika sedang mengendarai mobil, topi biru bukan pengemudi. Namun, dia adalah orang yang mengawasi si pengemudi dan mencatat rute-rute yang diambil.

Singkatnya topi ini memetakan segala macam pemikiran yang muncul dari rapat atau diskusi lalu mengambil kesimpulan akhir. Penggunaan topi biru menjadi rangkaian terakhir dalam metode Six Thinking Hats.

Kesimpulan

Itu tadi jenis-jenis topi yang berperan dalam metode berpikir Six Thinking Hats. Keenam topi itu memainkan perannya masing-masing dalam sebuah forum.

Namun, perlu menjadi catatan bahwa topi tersebut bukan berarti membagikan peran masing-masing ke tiap individu. Akan tetapi menjadi sebuah direksi atau mengarahkan jalannya sebuah rapat.

Metode ini menjadi petunjuk untuk mengarahkan jalannya sebuah rapat yang dibagi berdasarkan sesi yang diawali topi biru sebagai “dirigen”. Kemudian topi lain satu persatu membuat sesinya, dimulai dengan sesi putih, lalu merah, hitam dan hijau. Setelah itu topi biru menutup dan menyimpulkan hasil rapat.

Jadi skemanya, dibuka warna biru lalu diikuti warna-warna lain dan ditutup warna biru lagi. Lihat skema pada gambar

Skema Metode Six Thinking Hats
Skema Metode Six Thinking Hats. (Foto: Dokumen Pribadi)

Skema di atas tidak bersifat pakem, tapi bisa diacak sesuai kebutuhan saat rapat. Bisa saja top merah atau kuning mendahului topi hitam. Meletakkan topi putih sebelum topi hijau juga bukan sebuah masalah. Hal yang harus diperhatikan hanyalah posisi topi biru yang wajib membuka, mengawasi dan menutup jalannya rapat.

Penggunaan metode ini dapat menjadi sarana mempermudah proses rapat karena memberikan arahan dan alur yang jelas kepada peserta rapat. Selain mempercepat rapat dan diskusi, metode ini pun dapat menyederhakan proses berpikir yang kompleks menjadi lebih sederhana.

Namun kembali lagi, metode Six Thinking Hats ini hanya akan menjadi sebuah konsep jika tidak diaplikasikan dalam rapat maupun diskusi. Oleh karenanya mari mulai mencoba mengaplikasinnya dalam sebuah forum bersama.

Sekian artikel dari saya, semoga bermanfaat. Sampai bertemu di artikel selanjutnya!

Sumber: De Bono, Edward. “Six Thinking Hats: Kelola Rapat Lebih Baik dan Buat Keputusan Lebih Cepat”. (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2017)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *