Review Film: Siksa Kubur (2024)

Implikasi Trauma dalam Mencari Kebenaran Agama

Irene Tatyana

Joko Anwar merupakan salah satu sineas lokal ternama yang cukup dikenal dengan karya bertemakan horor psikologis. Ia kembali merilis karya terbarunya yang berjudul “Siksa Kubur” di triwulan kedua tahun 2024 ini. Tepatnya  kamis, 11 April 2024, hari yang dipilih untuk merilis film lokal ini. Hari perdana dimana film ini rilis di seluruh sinema Indonesia. Siksa Kubur cukup dinantikan oleh para penikmat film terutama yang menyukai karya Joko Anwar ataupun film yang bertemakan horor. Film ini cukup dinantikan selain karena Joko Anwar sebagai sutradaranya juga deretan pemeran yang ada dalam film ini.

Film ini menampilkan sederet aktor dan aktris terbaik lintas generasi, seperti Reza Rahadian, Christine Hakim, Slamet Rahardjo, Fachri Albar, Jajang C. Noer, Faradina Mufti, Happy Salma, Djenar Maesa Ayu, Mian Tiara, Putri Ayudya, Widuri Putri Sasono (putri dari Dwi Sasono dan Widi Mulia, mantan personil grup AB3), serta sejumlah aktor dan aktris lainnya.

Review Film Indonesia

(Warning: tulisan ini mengandung spoiler dan cenderung melalui sudut pandang yang “bias”⚠️)

Sumber: Cut scene trailer Siksa Kubur

Menurut informasi yang disampaikan dari akun Twitter Habisnontonfilm sepanjang sejarah, ada 12 film Indonesia yang mendapatkan 1 (satu) juta penonton pada opening week (OW: 4 hari pertama dari hari rilis perdana, Kamis-Minggu), SIKSA KUBUR & Badarawuhi di Desa Penari sukses masuk dalam 12 film tersebut.

Sita (Diperankan oleh Widuri) | Sumber: cut scene trailer Siksa Kubur

Premis film ini berlandaskan trauma masa kecil Sita (diperankan oleh Widuri) dan Adil (kakak dari Sita). Di usia yang belum dewasa mereka harus kehilangan orang tuanya orang tuanya (diperankan oleh Fachri Albar dan Happy Salma). Sejak itu, Sita dan Adil memiliki trauma membekas, terutama Sita. Ia menyimpan rasa ketidakpercayaan yang begitu besar akan agama sejak kejadian itu.

Ayah Sita (diperankan oleh Fachri Albar)

Sita mempertanyakan kenapa agama bisa membuat orang bisa melakukan kejahatan. Sita mempertanyakan jika agama itu benar  lantas tidak menjadikan orang melakukan hal jahat namun yang terjadi malah sebaliknya. Kejadian sewaktu ia kecil menjadi alasan Sita ingin membuktikan bahwa siksa kubur itu tidak ada.

Perbedaan Film Siksa Kubur Dengan Film Lain

Film Siksa Kubur tidak banyak menampilkan penampakan. Berbeda seperti film terdahulunya Joko Anwar, Pengabdi Setan. Siksa Kubur cenderung ingin menyiksa psikis juga keraguan serta kemarahan orang yang kurang percaya akan agama dan iman. Sita tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya akan agama dan terus mencari jawaban atas segala pertanyaan tentang agama yang tidak lagi relevan baginya. Terlebih setelah kejadian itu, Sita dan Adil dipindahkan ke pesantren yang jauh dari pemukiman oleh keluarganya.

Mereka berusaha kabur dari pesantren, sayangnya tertangkap pihak pesantren dan menempatkan Sita sebagi pendosa karena berperilaku buruk. Luka yang diterima Sita atas kepergian orang tuanya belum sembuh, ia harus menjumpai lagi patah hati yang kedua kalinya, melihat sang kakak diperlakukan tidak baik dari petinggi pesantren. Hal ini semakin menguatkan keyakinnyaa bahwa agama tidak menjadikan manusia berperilaku baik. Pada akhirnya, Sita dan Adil akhirnya berhasil kabur dengan bantuan salah satu guru di pesantren tersebut.

Sita semakin berambisi dan memiliki obsesi berlebihan untuk membuktikan apa yang diyakininya itu benar. Ia tidak lagi memikirkan konsep moral kemanusiaan dan melakukan tindakan nekat juga kurang etis yang dapat diterima akal sehat manusia. Secara tidak langsung, yang dilakukan Sita menjadikan ia pribadi yang tidak jauh berbeda dari sosok agamis yang ia benci. Secara persepektif, konsep “untuk mempunyai standar tolak ukur jahat dan baik tidak perlu agama melainkan cukup dengan akal pikir dan moral kemanusiaan” yang ia yakini tidaklah salah.

Namun, hal itu tidak bisa dijadikan pembenaran atas apa yang telah dilakukannya. Tindakan Sita semakin bertolak belakang dengan apa yang telah diyakini yaitu moral kemanusiaan. Ia menjadi pribadi yang superior dan berlebihan menganggap dirinya lebih baik dibandingkan sang kakak. Karena ia selalu berusaha bergerak maju memimpin Adil yang cederung lebih diam dan menerima. Peran Adil tidak bisa dirasakan Sita sebagai sosok seorang kakak yang mampu melindunginya.

Sita dewasa (tokoh utama yang diperankan oleh Faradina Mufti)

Karakter Joko Anwar dan Film Siksa Kubur

Siksa Kubur sendiri memang sungguh menggambarkan bagaimana karakter Joko Anwar dalam membuat film, sama seperti film terdahulunya, dengan colour-grading bertemakan muram, temaram, kelam, dan warm-tone dan sentuhan vintage serta dengan plot-twist yang bisa membuat penonton tidak menduga.

Film ini berlangsung mencekam dan perlahan, menciptakan suasana bawah sadar yang tidak menyenangkan serta membuat penonton terus mengantisipasi hal buruk apa lagi yang akan terjadi. Namun, bagian awal film terkesan terlalu lambat dalam mengembangkan cerita secara detil menuju intrik dan inti cerita yang hendak disampaikan.

Karena film ini berfokus pada pentingnya memegang teguh keyakinan dan prinsip-prinsip Islam dalam menghadapi situasi dan sudut pandang yang beragam, isinya mungkin kurang relevan bagi pemeluk agama selain Islam.

Ajaran mengenai siksa kubur sepertinya hanya ada dalam keyakinan agama Islam. Mungkin film ini ingin menarik animo dan antusiasme yang besar dari mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam, atau alasan pribadi sang sutradara, Joko Anwar, yang merupakan seorang Muslim. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa antusiasme yang tercipta dari segmentasi pasar yang dituju juga dapat menumbuhkan ketertarikan di kalangan non-Muslim.

Sayangnya, Siksa Kubur ini masih belum bisa melebihi standar karya terdahulu Joko Anwar yang bisa dibilang salah satu “masterpiece” dari sekian karya yang telah ia buat. Pengabdi Setan masih cukup relevan dan mudah diterima dengan baik untuk semua kalangan karena tidak ada sudut pandangan dari salah satu agama, sesederhana mengambil premis sebagai pengikut iblis untuk mendapatkan sesuatu dengan perjanjian, ide cerita seperti ini tidak terlalu niche karena tema cerita seperti ini bisa ditemui dalam beberapa film horor lainnya. Terlepas dari itu, semua pemain tampil dengan begitu memukau terutama Widuri dan Faradina Mufti sebagai tokoh utamanya.

Penilaian Tergantung Sudut Pandang

Ya, bagaimana pun, pengalaman menonton setiap orang pastinya akan berbeda. Sudut pandang ini juga terbentuk atas dasar hasil apa yang diyakini setiap individu. Untuk kalian yang penasaran, bisa coba menonton film ini dan atur ekspektasi kalian film ini, ya. Hal ini bisa memposisikan kalian pada sisi yang netral. Film selain mempunyai makna personal bagi setiap orang yang menikmatinya juga sebagai sarana hiburan untuk mengisi waktu.

Jadi, tidak perlu ragu untuk menonton Siksa Kubur dan datanglah ke bioskop terdekat selama masih dalam masa tayang. Dengan tingkat antusiasme yang cukup tinggi, diperkiraan masa tayang Siksa Kubur akan berhasil tayang lebih dari satu bulan.

Satu hal lain yang cukup menarik perhatian dan menjadi pertanyaan dengan serangkaian yang dilakukan oleh Sita, apa iya ada orang yang senekat itu membuktikan kebenaran agama dan melakukan hal yang sangat kurang etis?

Bukankah untuk tidak percaya, hanya perlu tidak percaya saja? dan untuk menjadi percaya tidak perlu melihat melainkan percaya saja yang menjadi highlight dalam film ini dan untuk siapapun di luar sana.

Pada akhirnya, manusia memiliki keyakinan sendiri dalam mengimani apa yang telah ia pilih dalam hidupnya. 

*Important notes: Untuk para orang tua yang memiliki anak balita dan ingin menonton film ini DIMOHON tidak membawa anak ikut menonton, karena film ini tidak ramah untuk anak kecil dan bisa menimbulkan rasa trauma.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *