Opini  

Pemanfaatan Limbah Pasar Sebagai Pupuk Organik Cair

Penulis: Ade Candra, PNS Dinas Pertanian Pasaman

Adhianti Wardhani
Bahan-bahan organik untuk pembuatan MOL. Foto: Dok. Pribadi / Ade Candra

Saat ini sektor pertanian indonesia mengalami persoalan besar seperti perubahan iklim yang ekstrim. Dampaknya menyebabkan banjir dimana-mana dan kekeringan kerap melanda di beberapa wilayah.

Hal ini menyebabkan lahan pertanian akan terkena gagal panen dan serangan hama yang tingi intensitasnya tidak kalah penting, petani pun sulit mendapatkan pupuk bersubsidi.

Jika dibeli pupuk kimia non subsidi tersebut harganya mahal dan tidak terjangkau oleh petani. Fakta di lapangan, pupuk non subsidi seperti npk 16:16:16, kcl, ss, borate harganya meningkat tiga kali lipat dibanding tahun 2020.

Sementara untuk menjaga ketahan pangan, petani harus tetap berproduksi walaupun ditengah kelangkaan dan mahalnya harga pupuk. Belum lagi fluktuasi cuaca yang cukup ekstrim.

Pertanyaannya, apakah petani mampu memproduksi bahan pangan dengan jumlah produksi yang diharapapkan? Secara teori tentu sulit. Namun sebetulnya ada jalan keluarnya. Apalagi Indonesia memiliki sumberdaya alam yang melimpah dan aset yang luar biasa.

Sebagai contoh limbah yang ada di pasar seperti sisa-sisa sayuran (lobak, bayam, sawi, kol) dan limbah buah-buahan (nanas, nangka, pepaya, pisang, semangka) bisa dijadikan pupuk alternatif untuk mengganti pupuk kimia. Caranya adalah dengan menjadikan limbah tersebut menjadi pupuk organik cair atau dikenal dengan nama mikroorganisme lokal (mol).

Mol (mikro organisme lokal) adalah sekumpulan mikroorganisme yang bermanfaat sebagai starter dalam penguraian atau fermentas untuk menjadi pupuk organik padat maupun cair. Fungsi pupuk organik cair atau mol sangat bermanfaat bagi tanaman karena mengandung bakteri yang  menguntungkan.

Beberapa mikroba yang terkandung dalam mol antara lain bakteri fotosintetik, yakni bakteri bebas yang mensintesis senyawa nitrogen, gula dan substansi bioaktif lainnya.

Hasil produksi  metabolisme bakteri dapat diserap langsung oleh tanaman dan sebagai substrat untuk perkembangan mikroorganisme yang menguntungkan.

Kandungan lainnya yaitu lactobacillus sp. Bakteri ini berfungsi untuk mengurai bahan organik dengan cepat. Bakteri ketiga yaitu streptomycetes sp yang menghasilkan streptomisin. Zat tersebut bersifat racun terhadap hama penyakit yang merugikan.

Keempat adalah ragi (yeast) yang berfungsi dalam pembelahan actinomycetes sebagai sel mikroorganisme menguntungkan dan bakteri asam laktat yang berfungsi menekan jamur serta bakteri berbahaya pada tanaman.

Walau khasiatnya tidak langsung bereaksi ketika diberikan pada tanaman seperti pupuk kimia, namun penggunaan mol secara rutin mampu menggantikan separuh pemakaian pupuk.

Contoh kasusnya bila kita memiliki 1 hektar sawah dimana membutuhkan pupuk urea sebanyak 150 kg dengan harga pupuk tersebut 2.700 rupia / kg, maka biaya yang dikeluarkan khususnya untuk pupuk adalah sebesar 405.000 rupiah. Sedangkan dengan memakai mol biaya yang dikeluarkan bisa separuhnya atau sebesar 202.000 rupiah saja.

 

Pembuatan Mol. Foto: Dok. Pribadi / Ade Candra

Cara Pembuatan Mol (Mikro Organisme Lokal)

Biaya pembuatan mol tersebut sangatlah murah, limbah sayuran atau buah dapat ditemukan di pasar terutama pada sore hari. Biasanya sampah tersebut berserakan dan bisa diambil dengan gratis.

Biaya yang dikeluarkan hanya sebatas untuk transportasi dan membeli gula jawa. Sedangkan bahan-bahan lainnya  seperti air kelapa dan air cucian beras bisa diproduksi sendiri oleh para petani. Berikut cara pembuatannya.

Peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan mol antara lain:

  • Ember/ Drum pakai tutup;
  • Pisau;
  • Jerigen;
  • Selang Kecil;
  • Botol air mineral bekas.

 

Cara pembuatan MOL adalah sebagai berikut

Pertama. persiapan bahan pembuatan mol yaitu buah-buahan atau limbah buat dan sayur. Contoh takarannya limbah pepaya 3 buah, limbah nanas 3 buah dan limbah pisang 1 hingga 2 sisir.  Siapkan pula air cucian beras dan air kelapa masing-masing 10 liter dan gula jawa sebanyak ½ kg.

Kedua. Limbah buah-buahan dipotong kecil-kecil atau kalau mau mudah dimasukan kedalam diblender dan haluskan.

Ketiga. Masukan limbah buah yang sudah di blender ke dalam ember atau drum sambil diaduk. Jangan lupa tambahkan air kelapa, air cucian beras dan gula merah  kedalamnya.

Keempat. Tutup rapat ember atau drum. Lubangi atas tutup dan tambahkan selang kecil untuk lubang aerasi. Fungsi lubang tersebut adalah mencegah masuknya oleh serangga ke dalam ember/drum. Tunggu selama 10-12 hari. Setelahnya mol sudah dapat digunakan.

Mol yang sudah jadi dapat digunakan untuk pengomposan maupun untuk penyemprotan tanaman. Untuk pengomposan,  encerkan mol dengan perbandingan 1:5,setelahnya bisa langsung disemprotkan ke bahan-bahan yang akan dikomposkan. Untuk penyemprotan tanaman, encerkan mol dengan perbandingan 1:30. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari atau sore hari ke permukaan daun. Penyemprotan dilakukan dengan jeda  dua minggu.

Nah, mudah bukan membuat pupuk organik cair dari limbah pasar. Sudahlah biayanya murah, lingkungan bersih dan tanaman pun sehat sehingga aman dikonsumsi keluarga. Anda tertarik silahkan mencoba.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *