“One Highschool Heroes” Luka Batin Menciptakan Pahlawan

Elsa Silalahi
One Highschool Heroes
One Highschool Heroes

Korea Selatan tak henti melahirkan drama bertema bullying dan aksi di lingkungan sekolah, namun “One Highschool Heroes” tampil beda. Dibintangi oleh Lee Jungha—yang sebelumnya sukses lewat Moving—drama ini menggabungkan aksi, trauma psikologis, dan kritik sosial dalam satu alur yang penuh luka dan harapan. Drama ini sudah tayang dengan 4 episode terbarunya.

Baca juga: Review Drama Korea Resident Playbook

Rumah yang Seharusnya Aman, Justru Jadi Awal Derita

Cerita dimulai saat Kim Euigyeom pindah ke sekolah baru setelah tragedi besar melanda keluarganya. Namun penderitaan Euigyeom tak berhenti di sana—justru rumah tempatnya tumbuh menjadi sumber luka paling dalam.

Ayahnya adalah sosok yang terobsesi pada kepintaran dan kekuasaan, melihat anak-anaknya bukan sebagai pribadi, tapi sebagai proyek ambisi. Ia kerap menoyor kepala Euigyeom ketika jawaban soal salah, disertai kalimat-kalimat yang merendahkan harga diri anaknya. Tekanan psikologis ini berlangsung bertahun-tahun, membuat Euigyeom tumbuh dalam diam, menyembunyikan luka, dan tidak tahu bagaimana mengekspresikan kesedihan.

Sementara itu, ibunya hadir sebagai figur yang hampa, tidak hangat, tidak melindungi. Alih-alih menjadi pelindung, sang ibu seolah memilih diam dan menjauh, membiarkan kekerasan emosional itu terjadi tanpa campur tangan. Dalam ruang keluarga yang kosong, Euigyeom menjadi remaja yang penuh rasa bersalah dan ketakutan, bahkan terbiasa mencekik dirinya sendiri sebelum tidur agar pikirannya tenang.

Jeritan Kecil, Perubahan Besar

Saat masuk sekolah baru, Euigyeom kembali menyaksikan kekerasan kali ini dalam bentuk perundungan antarsiswa yang brutal. Awalnya, ia hanya menjadi saksi bisu. Namun suatu ketika, walkman kesayangannya jatuh di tengah aksi perundungan. Dalam momen kecil itulah, sesuatu dalam dirinya pecah. Ia berteriak, melawan, dan menolak diam meskipun tubuhnya dihajar habis-habisan.

Momen itu menandai kelahiran Euigyeom yang baru—bukan lagi anak penurut yang memendam semua emosi, melainkan remaja yang mulai menyadari kekuatan dan pilihannya sendiri.

Lahirnya Masked High School Heroes

Kemudian hadir Yoon Ki, siswa yang biasa saja dalam nilai akademis, namun memiliki kemampuan bertarung yang mumpuni dan kecerdasan taktis yang luar biasa. Ia mengenali potensi terpendam Euigyeom dan mengajaknya membentuk High School Heroes, tim pahlawan bertopeng yang diam-diam melawan para pembully di sekolah.

Yoon Ki menjadi pemantik, tapi Euigyeom-lah yang menjadi api. Didorong oleh luka masa lalu dan ketidakadilan yang ia lihat setiap hari, Euigyeom menemukan pelampiasan dan pembebasan lewat pertarungan. Ia tak lagi bersikap egois hanya demi kepentingan menyenangkan ayahnya demi mendapatkan pengakuan dengan belajar, tapi demi keadilan. Ia bertarung bukan untuk angka di atas kertas, melainkan untuk menegakkan keadilan miliknya maupun orang lain yang selama ini dibungkam.

Lebih dari Sekadar Drama Aksi Sekolah

“One Highschool Heroes” menyuguhkan lebih dari pertarungan fisik. Ini adalah perjalanan emosional yang menyayat, menyoroti isu-isu berat seperti bunuh diri remaja, self-harm, kekerasan emosional dalam keluarga, dan pembullyan sistemik di sekolah. Dengan narasi yang menyentuh dan akting mendalam dari Lee Jungha, drama ini membawa penonton pada pertanyaan penting: Apa yang membuat seorang anak berubah? Lingkungan? Trauma? Atau justru kurangnya kepekaan orang dewasa?

Kesimpulan: Luka yang Menjadi Senjata

Seperti Istilah  “Zero to Hero”, Euigyeom bukanlah pahlawan biasa. Ia adalah simbol dari remaja yang terluka, tapi memilih untuk melawan, bukan menyerah. Ia hadir membawa pesan: dari keluarga yang retak, sekolah yang kejam, jiwa yang nyaris runtuh—kekuatan untuk berubah dan menyembuhkan tetap bisa lahir.

Memang, kekerasan tidak selalu menjadi solusi dari sebuah masalah. Tapi ketika seseorang mampu berdiri untuk jujur pada dirinya sendiri dan membela keadilan, seperti yang dilakukan Euigyeom, maka di sanalah letak nilai sejati dari menjadi manusia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *