Penamaan Jatinegara bermula dari tempat ini yang terdapat banyak pohon Jati di masa lalu
Jejak Budaya di Jatinegara: Menjelajah Keindahan dan Sejarahnya – Kali ini saya berkesempatan menjelajahi daerah seputar Jatinegara. Berkunjung ke Jatinegara, enaknya kemana saja ya…? Yuk ikuti kisah perjalanan saya berkeliling Jatinegara.
Kereta yang saya tumpangi telah tiba di Stasiun Jatinegara, saya cukup kagum dengan arsitektur stasiun ini. Dibangun tahun 1910 dengan nama Station Meester Cornelis, S.S lalu direnovasi pada tahun 2018, membuat bangunan stasiun ini lebih modern namun tetap mempertahankan keasliannya.
Stasiun Jatinegara yang telah menjadi cagar budaya (foto: dokumen pribadi)
Cornelis Senen adalah seorang pria keturunan Portugis yang menjadi guru agama Kristen serta menjadi penerjemah bahasa Melayu dan Portugis pada tahun 1600-an. Meester adalah sebutan untuk pemuka agama atau pemimpin masyarakat yang dihormati pada masa itu.
2. Museum Benyamin Sueb
Museum Benyamin Sueb di Jatinegara
Tidak terlalu jauh dari stasiun Jatinegara, saya berjalan kaki menuju Museum Benyamin Sueb. Bangunan museum yang megah itu sebelumnya adalah kediaman dari Meester Cornelis lalu menjadi markas kodim 0505 dan diresmikan oleh Bapak Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta pada 9 Agustus 2018 menjadi Museum Benyamin Sueb.
Sebagian koleksi museum yang rapi tertata
Museum ini berisi koleksi seniman Betawi terkenal Benyamin Sueb, diantaranya adalah foto, piagam penghargaan, kaset, piringan hitam dan masih banyak yang lain lagi.
3. Bio Shia Jin Kong
Tampilan masuk kelenteng yang khas
Memasuki jalan kecil saya menuju kelenteng di antara perumahan penduduk Kelurahan Rawa Bunga, di sana terletak kelenteng (bio) bernama Shia Jin Kong.
Foto Thung Djie Hoey yang dipajang di dalam kelenteng
Pengunjung yang datang kesini biasanya memanjatkan doa khusus kepada Dewa Pengobatan. Kelenteng ini dibangun pada tahun 1944 oleh seorang pakar pengobatan tradisional dari Tionghoa bernama Thung Djie Hoey
4. Masjid Jami’ Al Anwar
Masjid Jami’ Al Anwar
Masih di kelurahan Rawa Bunga, terdapat sebuah masjid yang cukup megah bernama Masjid Jami’ Al Anwar, di dalamnya terdapat makam pendiri masjid yaitu seorang ulama bernama Datuk Umar (Datuk Biru) dan anaknya, Datuk Ali. Walau tidak ada bukti otentik tentang waktu berdirinya masjid, namun diyakini masjid ini sudah berdiri sejak ratusan tahun lalu.
5. Jakarta Gems Center
Penampakan Jakarta Gems Center dari luar
Awalnya saya ragu saat memasuki tempat ini, penampakan dari luar yang sepi dan gelap membuat saya tidak yakin kalau tempat ini masih aktif.
Koleksi batu mulia di salah satu toko
Saya mulai masuk dan cukup takjub karena ternyata suasana di dalam cukup ramai. Banyak toko yang buka dan adanya transaksi jual beli membuktikan kalau Jakarta Gems Center memiliki daya tarik sendiri bagi penggemar batu mulia.
6. Sari Murni Kopi-Ho
Selain kopi di Toko Kopi Sari Murni juga dijual Teh Tong Dji
Bagi anda penggemar kopi, silakan mampir ke toko kopi Sari Murni, letaknya tidak jauh dari stasiun Jatinegara. Berdiri sejak 1952 dan menjual kopi robusta dan arabika dengan nama Kopi Cap Sedan. Kopi dapat digiling sesuai permintaan konsumen dan dibungkus dengan kertas sampul cokelat.
7. Rumah Makan Ayam Goreng Ibu Haji
Kunjungan saya berakhir di rumah makan Ibu Haji yang berdiri sejak 1948. Selain ayam goreng kampung, disini juga menjual sayur asem dan sayur lodeh serta beberapa pilihan lauk lainnya seperti tahu dan tempe goreng.
Rumah Makan Ayam Goreng Ibu Haji
Walaupun hanya berkeliling seputar Jatinegara namun saya cukup puas karena mendapatkan kesan berbeda dari tempat yang saya kunjungi.
Sekian dulu review jalan-jalan “Jejak Budaya di Jatinegara: Menjelajah Keindahan dan Sejarahnya”. Sampai jumpa di artikel berikutnya.