Opini  

Di Balik Aturan Sekolah: Fondasi Karakter dan Kunci Harmoni

Oleh: Shanti Hekmawati (Mahasiswi Pasca Sarjana PPKn STKIP Arrahmaniyah)

admin
Di Balik Aturan Sekolah (Foto: freepik.com)
Di Balik Aturan Sekolah (Foto: freepik.com)

Di Balik Aturan Sekolah: Fondasi Karakter dan Kunci Harmoni – Setiap pagi, ratusan siswa datang ke sekolah melangkah masuk membawa semangat belajar, harapan, impian, cita-cita, juga membawa karakter dan kebiasaan yang beragam dari rumah mereka masing-masing Dalam keberagaman itu, norma hadir sebagai pagar sosial yang menyatukan. Sayangnya, norma sering kali hanya dianggap sekadar aturan tertulis, bukan sebagai budaya yang hidup. Maka muncul pertanyaan penting: menjaga harmoni sekolah dengan norma, tanggung jawab siapa?

Pernahkah Anda membayangkan seperti apa suasana sekolah jika tidak ada aturan? Siswa bisa datang kapan saja, berbicara sesuka hati, bahkan mencontek tanpa rasa malu. Sekilas mungkin terlihat seperti “kebebasan”, namun bisa Anda bayangkan betapa kacaunya situasi yang terjadi. Di sinilah peran norma menjadi sangat penting bukan hanya sekedar aturan untuk membatasi, melainkan untuk membimbing sebagai bekal hidup di masa depan.

Norma adalah Fondasi Utama 

Di tengah semangat merdeka belajar dan gempuran isu pendidikan digital kebebasan berpendapat, dan sistem belajar yang semakin fleksibel sering muncul pertanyaan: apakah norma masih relevan di lingkungan sekolah? Bukankah siswa seharusnya diberi ruang untuk bebas berekspresi? Di sinilah muncul dilema: antara kebebasan dan ketertiban, mana yang harus diutamakan? Padahal, norma adalah fondasi utama dalam membentuk karakter dan kepribadian siswa sejak dini.

Sebuah Peran Besar

Penerapan norma yang efektif membutuhkan keterlibatan semua pihak Di sekolah, tanggung jawab menjaga dan menegakkan norma harus dibagi secara adil dan proporsional. Guru berperan sebagai panutan utama. Keteladanan dalam sikap, konsistensi dalam menerapkan aturan, serta kepekaan sosial mereka sangat memengaruhi cara siswa memaknai norma. Ketika guru hanya menegur pelanggaran ringan secara acak, siswa akan menganggap norma sebagai aturan yang bisa dinegosiasi.

Namun, siswa juga bukan sekadar objek. Mereka harus dilibatkan dalam proses penyusunan dan evaluasi norma. Dengan begitu, rasa memiliki terhadap aturan akan tumbuh, dan kepatuhan pun bukan karena takut, tapi karena paham. Orang tua pun memegang peran besar. Pendidikan karakter sejatinya dimulai dari rumah. Jika nilai yang diajarkan di rumah sejalan dengan norma di sekolah, harmoni akan lebih mudah tercipta.

Sekolah adalah Fasilitator

Sementara itu, pihak sekolah sebagai institusi harus menjadi fasilitator utama dalam membangun budaya normatif yang sehat. Bukan sekadar menuliskan aturan, tapi juga menghidupkannya lewat kebijakan, reward, dan sanksi yang adil dan transparan.

Menjaga harmoni sekolah bukan tugas guru saja, bukan pula hanya tanggung jawab kepala sekolah. Ini adalah kerja kolektif, yang hanya akan berhasil jika semua pihak merasa ikut memiliki peran. Norma bukan untuk membatasi, tapi untuk membentuk. Dan harmoni bukan hasil instan, tapi buah dari kebersamaan dalam menjaganya setiap hari.

Referensi:

Pengertian Norma: Fungsi, Jenis, Contoh dan Ciri-cirinya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *