Post Power Syndrome pada Lansia: Penyebab dan Cara Mengatasinya

Lansia, terutama mereka yang sebelumnya memegang posisi penting atau berpengaruh, rentan mengalami PPS setelah melepaskan jabatan atau kekuasaan yang dimiliki.

Untung Sudrajad
Ilustrasi Post Power Syndrome

Post Power Syndrome pada Lansia: Penyebab dan Cara Mengatasinya – Memasuki masa pensiun atau purna tugas seringkali menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang.

Namun, di balik kegembiraan tersebut, terdapat risiko terkena kondisi yang disebut Post Power Syndrome (PPS) atau Sindrom Pasca Kekuasaan.

Lansia, terutama mereka yang sebelumnya memegang posisi penting atau berpengaruh, rentan mengalami PPS setelah melepaskan jabatan atau kekuasaan yang dimiliki.

Dalam artikel ini, kita akan mencoba mengupas tentang PPS, penyebabnya, dan bagaimana cara mengatasinya.

Pengertian Post Power Syndrome (PPS)

Post Power Syndrome (PPS) atau Sindrom Pasca Kekuasaan adalah kondisi psikologis yang dialami oleh individu yang telah kehilangan posisi kekuasaan atau otoritas yang sebelumnya dimiliki.

Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. James David Forbes pada tahun 1973 setelah mengamati perilaku para pejabat tinggi pemerintah yang telah memasuki masa pensiun.

PPS dapat menyebabkan gangguan emosional, perilaku, dan kognitif pada individu yang terkena.

Mereka seringkali mengalami perasaan kehilangan identitas, kekosongan, ketidakberdayaan, depresi, kecemasan, dan bahkan denial (penolakan) terhadap situasi yang dihadapi.

Baca juga: 11 Kunci Panjang Umur Secara Ilmiah Menurut Para Ahli

Penyebab Post Power Syndrome (PPS)

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Post Power Syndrome (PPS) pada lansia, antara lain:

1. Kehilangan Status dan Kekuasaan

Setelah memasuki masa pensiun atau purna tugas, individu yang sebelumnya memegang posisi penting atau berpengaruh harus melepaskan status dan kekuasaan yang dimiliki.

Hal ini dapat menyebabkan perasaan kehilangan identitas dan harga diri, serta ketidakberdayaan.

2. Perubahan Gaya Hidup

Transisi dari kehidupan yang sibuk dan penuh tanggung jawab menjadi lebih santai dan memiliki banyak waktu luang dapat menjadi tantangan tersendiri.

Perubahan gaya hidup yang signifikan ini dapat membuat lansia merasa kehilangan arah dan tujuan hidup.

3. Kehilangan Interaksi Sosial

Setelah pensiun, lansia kehilangan interaksi sosial yang sebelumnya diperoleh dari lingkungan kerja.

Hal ini dapat menyebabkan rasa kesepian, isolasi, dan kurangnya stimulasi mental.

4. Masalah Keuangan

Penurunan pendapatan setelah pensiun dapat menjadi sumber stres bagi lansia, terutama jika mereka tidak mempersiapkan secara finansial untuk masa ini.

5. Penurunan Fungsi Kognitif

Dengan bertambahnya usia, lansia dapat mengalami penurunan fungsi kognitif seperti daya ingat, konsentrasi, dan kemampuan pengambilan keputusan.

Hal ini dapat memperburuk kondisi PPS.

Gejala Post Power Syndrome (PPS)

Gejala-gejala yang dapat dialami oleh lansia yang terkena Post Power Syndrome (PPS) meliputi:

1. Depresi dan Kecemasan

Lansia dapat merasa sedih, putus asa, cemas, dan kehilangan semangat hidup setelah melepaskan kekuasaan atau posisi yang dimiliki.

2. Perilaku Berlebihan

Beberapa lansia mungkin berusaha mempertahankan kekuasaan atau status mereka dengan cara yang berlebihan, seperti memerintah atau mengontrol orang lain di sekitar mereka.

3. Isolasi Sosial

Mereka cenderung menarik diri dari lingkungan sosial dan menghindari interaksi dengan orang lain.

4. Gangguan Tidur dan Pola Makan

Perubahan pola tidur dan pola makan yang tidak sehat dapat terjadi sebagai akibat dari stres dan depresi yang dialami.

5. Penurunan Fungsi Kognitif

Lansia yang terkena PPS dapat mengalami penurunan daya ingat, konsentrasi, dan kemampuan pengambilan keputusan.

Mengatasi Post Power Syndrome (PPS)

Untuk mengatasi Post Power Syndrome (PPS) pada lansia, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan dukungan dari keluarga, profesional kesehatan, dan lingkungan sosial.

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

1. Melakukan Persiapan Mental dan Finansial

Sebelum memasuki masa pensiun, penting bagi individu untuk mempersiapkan diri secara mental dan finansial.

Konseling atau pelatihan pra-pensiun dapat membantu meminimalisir dampak negatif dari PPS.

2. Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental

Olahraga teratur, pola makan sehat, dan aktivitas yang menyenangkan dapat membantu menjaga kesehatan fisik dan mental lansia.

Terapi kognitif-perilaku juga dapat membantu mengelola emosi dan perilaku yang terkait dengan PPS.

3. Membangun Jaringan Sosial

Lansia perlu didorong untuk tetap terlibat dalam aktivitas sosial dan membangun jaringan baru di luar lingkungan kerja sebelumnya.

Ini dapat membantu mencegah isolasi sosial dan memberikan dukungan emosional.

4. Mencari Kegiatan dan Hobi Baru

Menemukan kegiatan atau hobi baru yang bermakna dapat memberikan rasa tujuan dan kepuasan bagi lansia.

Ini juga dapat membantu mengisi waktu luang dengan aktivitas yang positif.

5. Mengikuti Terapi atau Konseling

Jika gejala PPS sudah parah, lansia dapat mencari bantuan profesional melalui terapi atau konseling.

Terapi ini dapat membantu mengelola emosi, memperbaiki pola pikir, dan menemukan strategi koping yang sehat.

6. Dukungan Keluarga dan Lingkungan

Keluarga dan lingkungan sosial memiliki peran penting dalam memberikan dukungan dan pemahaman kepada lansia yang mengalami PPS.

Mereka dapat membantu menciptakan lingkungan yang positif dan membantu lansia beradaptasi dengan perubahan hidup.

Kesimpulan

Sindrom Pasca Kekuasaan adalah kondisi yang dapat memengaruhi kesehatan mental dan kualitas hidup lansia, terutama mereka yang sebelumnya memegang posisi penting atau berpengaruh.

Dengan memahami penyebab dan gejala PPS, kita dapat mengambil langkah-langkah preventif dan memberikan dukungan yang diperlukan untuk membantu lansia mengatasi tantangan ini.

Melalui persiapan mental dan finansial yang baik, menjaga kesehatan fisik dan mental, membangun jaringan sosial, mencari kegiatan bermakna, serta dukungan dari profesional dan lingkungan, lansia dapat meminimalisir risiko terkena Post Power Syndrome (PPS) dan mempertahankan kualitas hidup yang baik di masa pensiun.

Selain itu, masyarakat juga memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang ramah dan inklusif bagi para lansia.

Dengan menghargai kontribusi dan pengalaman mereka, serta memberikan dukungan sosial yang diperlukan, kita dapat membantu lansia merasa dihargai dan tetap terlibat dalam kehidupan bermasyarakat.

Kesadaran dan edukasi tentang ini juga perlu ditingkatkan, baik di kalangan profesional kesehatan, keluarga, maupun masyarakat umum.

Dengan memahami kondisi ini, kita dapat memberikan dukungan yang tepat dan membantu lansia mengatasi tantangan yang dihadapi selama transisi menuju masa pensiun.

Referensi

https://www.diadona.id/family/post-power-syndrome-pada-lansia-240323r.html

https://hellosehat.com/lansia/mental-lansia/post-power-syndrome/

https://www.kavacare.id/post-power-syndrome-rentan-menyerang-lansia/


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *