Berbagai upaya mungkin telah dilakukan oleh para penggiat kesetaraan gender, termasuk sebuah upaya dengan tujuan mencapai taraf kehidupan yang layak bagi seluruh perempuan, tak terkecuali. Seruan ini tidak semata-mata hanya ingin meramaikan lini masa, ini adalah salah satu komponen penting untuk menuju keseimbangan dalam kehidupan.
Menurut saya, pendidikan adalah cara paling ampuh untuk meningkatkan peluang guna mencapai emansipasi bagi perempuan. Mengapa demikian? Setidaknya jika seorang perempuan terdidik, paling tidak ia memiliki kekuasaan yang besar terhadap dirinya sendiri. Untuk cakupan lebih luas, dengan pendidikan seorang perempuan memiliki peluang yang mumpuni untuk bersaing dalam dunia kerja.
Artinya, dengan pendidikan perempuan sudah memiliki dua opsi dengan potensi keberhasilan yang cukup tinggi untuk menjadi versi lebih baik bagi dirinya. Mungkin ini adalah pembahasan yang klise di kalangan kita, namun nyatanya kesadaran terhadap pendidikan juga masih minim oleh masyarakat kita.
Tulisan opini kali ini akan membahas tentang seberapa krusial pendidikan untuk mencapai emansipasi wanita. Ya, bisa dikatakan ini adalah tulisan yang memuat salah satu cara untuk menjadikan perempuan menjadi percaya diri dan tidak mudah menjadi pemeran sampingan dalam kehidupan nyata.
Pendidikan dan Terdidik
Sebenarnya, saya pribadi memiliki penafsiran yang berbeda tentang apa itu pendidikan. Pendidikan bagi saya bukan sekedar sekolah dan dibuktikan dengan lembaran ijazah dan diakui oleh negara. Lebih dari itu, di sini yang saya maksud adalah buah dari pendidikan itu, yaitu sikap terdidik dan terpelajar.
Artinya, dengan pendidikan yang telah ditempuh, komponen utamanya bukanlah seberapa lama kamu mengenyam sekolah, melainkan seberapa kuat kamu menjadi seorang yang terpelajar dan mengetahui nilai diri sehingga menjadi percaya diri.
Maka buah dari pendidikan ini paling tidak menjadikan perempuan lebih percaya diri dan tidak merasa dirinya lemah. Serta, dengan terdidik maka perempuan akan bisa menentukan sikap dengan pertimbangan yang lebih matang untuk ke depannya.
Mengapa sebagai kunci kesetaraan?
Saya menganggap bahwa kesetaraan taraf kehidupan perempuan dan laki-laki itu dapat ditunjang oleh pendidikan. Karena, perempuan yang terdidik dan berpendidikan akan memiliki peluang yang sama untuk bersaing dengan karir laki-laki. Sederhananya, dalam segi pekerjaan serta karir, pendidikan bisa memberikan posisi yang setara dengan laki-laki secara umumnya.
Memang benar, semua itu tidak menjamin kesuksesan atau kesetaraan, tapi jika kita membaca peluang, mana yang memiliki peluang lebih besar untuk berkarir dan mendapat kesempatan yang sama dengan laki-laki. Bukankah yang kita perjuangkan adalah hak untuk mendapat kesempatan yang sama antara perempuan dan laki-laki.
Dari situlah saya berpendapat bahwa pendidikan merupakan kunci yang sangat berperan untuk mencapai kesetaraan dan kelayakan hidup serta mendapatkan hak sebagai manusia yang sebenarnya. Meskipun jika dikemudian hari tidak berkarir, paling tidak seorang perempuan harus terdidik dalam jiwanya.
Peluang yang didapat oleh perempuan terdidik
Seperti yang saya sampaikan sejak awal, bahwa tulisan ini berfokus pada pendidikan bagi kehidupan perempuan. Maka selanjutnya, saya akan mencoba untuk mengurai peluang atau manfaat yang akan perempuan dapatkan jika berpendidikan dan terdidik. Berikut uriannya:
1. Meningkatkan Kualitas diri
Selain pendidikan sebagai pembuka peluang pekerjaan. Pendidikan juga menjadikan seorang perempuan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam dirinya. Hal inilah yang bisa mengatasi stereotip gender dalam pilihan karir. Nyatanya, semakin kesini pola pikir masyarakat sudah tidak tabu dengan perempuan yang berkarir.
Meski masih ada yang berpikir bahwa perempuan itu di rumah saja, tapi bagi saya itu sudah tidak bisa dikatakan sebagai penghalang untuk menjadi terdidik. Pasalnya, sekarang sudah banyak kampus atau lembaga pendidikan yang memiliki sifat fleksibel, ada banyak kursus gratis untuk menambah skill dan masih banyak lagi peluang yang tersedia di era modern ini.
Namun kembali lagi pada tekad, minat serta upaya masing-masing untuk menjadi terdidik.
2. Meningkatkan Taraf Berpikir
Dikatakan pendidikan karena di dalamnya pasti berisikan ilmu, artinya sudah bisa dipastikan seseorang yang berpendidikan sudah seharusnya berilmu. Dengan begitu ini akan menentukan pola serta arah berpikir seseorang. Khususnya seorang perempuan, dengan begitu akan memiliki pola pikir yang bisa diandalkan untuk menjaga dirinya sendiri.
Dengan pola pikir yang berisi, tentu ini akan membangun kepercayaan diri dan kemandirian. Saya tidak ingin menyuarakan untuk mendapat hak serta kekuatan seorang perempuan. Karena, menurut saya kekuatan itu bisa kita ciptakan tanpa harus meminta dari pihak tertentu, apalagi pihak patriarki.
Perempuan sudah sejak awal ia dilahirkan memiliki hak yang sama, jika dikemudian hari tidak mendapat hak yang sama maka tugas kita bersama mendapatkan hak itu untuk perempuan lain yang membutuhkannya. Namun, sebelum melangkah sejauh itu untuk meminta hak, maka akan lebih baik jika kita mulai untuk berupaya menjaga dan memperkuat hak tersebut dengan cara mengisi diri dengan pengetahuan.
Pergeseran Stigma Masyarakat
Dalam salah satu jurnal pada Journal on Education terdapat hasil penelitian menyatakan bahwa masyarakat saat ini mengalami pergeseran stigma tentang perempuan yang berpendidikan. Mayoritas masyarakat sangat mendukung dan menganggap bahwa pendidikan adalah komponen yang penting untuk semua kalangan, tak terkecuali.
Memang ada beberapa masyarakat yang masih menganggap bahwa perempuan tidak perlu mengenyam pendidikan yang tinggi. Namun, opini tersebut masih kalah dengan opini yang menyatakan bahwa masyarakat sangat mendukung dan berharap bahwa perempuan harus berpendidikan dan terdidik.
Maka masalahnya di sini bukan lagi pandangan masyarakat yang tabu terhadap wanita yang berkarir, tatapi sudah bergeser pada kemauan dan tekat untuk menjadi terdidik bagi setiap individu masing-masing. Pertanyaannya, apakah semua perempuan menganggap bahwa pendidikan itu penting bagi dirinya?
Tantangan kita semua
Setelah kita mengetahui pergeseran stigma masyarakat yang mulai mendukung perempuan untuk berpendidikan dan berkarir, maka akan ada pergantian urgensi dalam tantangan kita sebagai penggerak emansipasi wanita. Apa itu?
Kita perlu adanya upaya untuk saling menyadarkan kepada sesama perempuan untuk saling membangun semangat menuju perubahan diri menjadi lebih baik. Salah satunya dengan pendidikan. Kita sudah seharusnya saling menyuarakan kepada sesama perempuan untuk menganggap bahwa pendidikan adalah komponen dasar yang krusial bagi kesejahteraan diri di kemudian hari.
Ini saya katakan demikian, karena saya juga menemukan kenyataan bahwa perempuan sendiri yang kerap memiliki rasa malas untuk menjadikan dirinya lebih baik, lebih berkualitas dan lebih terdidik. Maka, masalahnya juga bisa saja timbul dari perempuan itu sendiri, karena kurangnya kesadaran terhadap pentingnya pendidikan.
Kesempatan pendidikan yang tidak merata? rasanya justru hal ini yang sudah menjadi tabu untuk sekarang. Pasalnya, seperti yang sudah saya jelaskan di awal. Pendidikan itu bukan hanya sekolah dan kuliah atau seberapa lama duduk di bangku sekolah, bukan.
Kita perlu mengutarakan tentang pendidikan yang dimaksudkan ya termasuk mengasah kemampuan non akademik bagi perempuan. Seperti misalnya, mengasah kemampuan kreativitas, mengasah skill, mengasah bakat dan lain sebagainya. Dengan kemampuan khusus yang dimiliki oleh seorang perempuan, maka secara tidak langsung akan menjadikan perempuan itu menjadi seseorang yang khusus dan berharga.
Maka, kembali pada point awal bahwa yang dimaksudkan terdidik adalah buah dari pendidikan yang ia upayakan. Terdidik adalah termasuk sikap, pola pikir, kualitas diri, mengenal bakat, memiliki keahlian dan mampu menghargai diri dengan menempatkan diri di tempat yang baik.
Kesimpulan
Pendidikan menjadi pondasi utama untuk menjadikan perempuan terdidik dan mampu menciptakan peluang untuk mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki. Serta menjadikan seorang perempuan memiliki nilai atas dirinya, tahu apa yang harus diperbuat dan bisa menghargai dirinya sebagai perempuan yang terhormat.
Pendidikan di sini bukan hanya pendidikan pada bangku sekolah atau kuliah, melainkan segala bentuk keilmuan yang mampu menjadikan seorang perempuan menjadi percaya diri atas kemampuan yang ia miliki. Misalnya seperti membuka diri untuk mempelajari hal yang diminati, mengembangkan hobi, serta segala hal yang bernilai baik untuk dirinya.
Tidak melulu berputar pada fakta lama bahwa masyarakat menentang perempuan berpendidikan dan berkarir. Karena, pada nyatanya banyak penelitian yang menunjukkan hasil bahwa mayoritas masyarakat telah mendukung perempuan untuk terdidik. Maka tantangan kita saat ini adalah, maukah perempuan didukung untuk menjadi terdidik? Bersediakah perempuan juga menganggap bahwa pendidikan penting baginya?
Perempuan yang terdidik tidak akan merasa dirinya lemah dan bisa mempertahankan haknya. Sekian opini tentang peran pendidikan dari saya, sampai jumpa di opini selanjutnya. Salam Perempuan Terdidik!
Sumber:
Journal On Education, Persepsi Masyarakat Terhadap Pentingnya Pendidikan Tinggi Untuk
Kaum Perempuan, [Vol.06, No. 01, September-Desember 2023, pp. 3635-3634]