Merdeka Dari Kolonialisme Belanda, Berkat Belanda Sendiri

iim maya sofa
Merdeka Dari Kolonialisme Belanda, Berkat Belanda Sendiri
Pic: koleksi tropenmuseum. Nationaal Onderwijs Instituut 'Taman Siswa' te Bandung, Java, circa 1923.

Mungkin bagi kita semua, sistem kolonialisme telah menciptakan sejarah yang kelam bagi bangsa Indonesia. Namun, pernahkah kalian berpikir bahwa berkat kolonialisme, banyak tokoh hebat yang terlahir hingga kita bisa merdeka dari kolonialisme Belanda pada masa itu.

Ini beberapa kali saya pikirkan terlebih saat membaca jurnal, atau buku-buku tentang sejarah kolonialisme. Ini membuka sudut pandang baru bagi saya. Di  tengah kutukan pribumi kepada Belanda, nyatanya saya menemukan satu titik cerah yang kemudian saya usung menjadi tulisan opini ini.

Satu titik cerah ini adalah, berkat kedatangan Belanda ke Nusantara kini kita mengenal sistem pendidikan formal yang mengusung keilmuan modern. Ya meskipun sekolah-sekolah ini hanya diperuntukkan untuk kalangan bangsawan, tetapi kenyataannya ini menjadi bibit pikiran terpelajar para proklamator bangsa kita.

Meskipun paradoksnya, pendidikan yang diberikan oleh pemerintah kolonial Belanda tidak hanya menciptakan para intelektual lokal, tetapi tidak dapat dipungkiri juga pendidikan masa Hindia Belanda juga melahirkan tokoh-tokoh besar yang memimpin perjuangan menuju kemerdekaan bangsa kita.

Siapa?

Sejarah Indonesia yang dipenuhi oleh capaian dan ketahanan dalam menghadapi penjajahan Belanda juga melibatkan peran signifikan dari tokoh-tokoh terkemuka yang lahir dan terbentuk dalam konteks pendidikan kolonial.

Siapa yang tidak mengenal bapak proklamator kita, Soekarno. Beliau mengenyam pendidikan HBS saat masa Hindia Belanda dan sampai akhirnya melanjutkan ke perguruan tinggi teknik pertama yang dibangun pada masa Hindia Belanda, yaitu Technische Hoogeschool te Bandoeng yang sekarang dikenal dengan ITB.

Tidak hanya Soekarno saja, Ahmad Soebarjo yang turut berperan dalam menyumbang gagasan naskah proklamasi kemerdekaan juga mengenyam pendidikan Hogere Burger School (HBS) yang saat ini dikenal dengan Sekolah Menengah Atas. Dari pendidikan HBS yang ia tempuh di Jakarta pada tahun 1917 mengantarkan beliau melanjutkan pendidikannya di Universitas Leiden Belanda, setara dengan jurusan Hukum.

Oemar Said Tjokroaminoto yang merupakan penyumbang gagasan-gagasan baru serta pemikiran yang maju kepada masyarakat Pribumi pada masa itu. Beliau juga mengenyam pendidikan yang didirikan oleh bangsa Belanda yaitu OSVIA (Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren) di Magelang.

Masih banyak tokoh-tokoh proklamator yang memanfaatkan keilmuannya untuk menyadarkan seluruh masyarakat pribumi pada masa itu, bahwa Nusantara saat sedang jajan oleh Belanda. Hingga menyuarakan semangat juang seluruh penduduk pribumi untuk mengambil paksa hak mereka sebagai tuan rumah dari kekuasaan kolonialisme Hindia Belanda.

Mengapa?

Sebenarnya, kita semua menyadari bahwa yang menjadikan sebuah bangsa maju dan merdeka adalah pendidikan. Karena dengan terdidik, menjadikan masyarakat sadar mana yang seharusnya, dan mana yang tidak seharusnya. Ini sebuah konsep yang sederhana.

Belanda bisa sampai ke Indonesia, dan menetap di Indonesia karena mereka sudah terpelajar sehingga mengetahui potensi alam negara kita. Namun, pada masa itu masyarakat kita tidak begitu mengetahui cara yang efisien untuk mendapat serta mengolah alam menjadi lebih maksimal.

Terlebih, masyarakat lokal yang terdidik pada saat itu sangatlah minim jumlahnya. Sistem pemerintahan Belanda bisa bertahan lama dengan masa kejayaannya karena Belanda membangun lembaga pendidikan yang dibutuhkan oleh pemerintahan masa Hindia Belanda saat itu.

Misalnya, belanda menganggap bahwa pemerintahan ini sudah semestinya teratur secara administratif dan terdata dengan rapi. Langkah yang diambil oleh Belanda masa itu, mereka mendirikan pendidikan administrasi yang kemudian lulusannya menjadi pegawai administrasi pemerintah. Seperti OSVIA di Magelang.

Nah, niat hati Belanda memperkuat sistem pemerintahan yang ia pimpin dengan mendirikan sekolah, justru ini menjadi bomerang bagi Belanda. Karena seiring perkembangan waktu, terlahirlah tokoh-tokoh intelektual lokal yang akhirnya menyadari kejanggalan yang ada pada masa itu.

Dari pendidikan inilah yang menjadikan beliau-beliau ini menyadari sistem pemerintah Hindia Belanda yang mulai ingin memanfaatkan Indonesia tanpa mempertimbangkan keuntungan bersama. Jadi, berkat beliau terdidik, beliau menyadari bahwa bangsa kita sedang dijajah.

Memicu Pemikiran yang Kritis

Sekilas sudah saya singgung terkait pendidikan pada masa kolonialisme yang justru memicu pemikiran kritis para masyarakat  lokal hingga kita dapat merdeka dari kolonialisme Belanda. Begini uraian lebih jelasnya terkait apa yang menjadikan para tokoh ini menyadari bahwa kehadiran Belanda adalah sebagai penjajah Nusantara masa itu. Di antaranya:

  1. Eksploitasi sumber daya alam. Bangsa Belanda ke Nusantara memang mengetahui potensi alam yang mereka anggap disia-siakan oleh pribumi. Alih-alih bekerjasama dan saling menguntungkan, Belanda menjadi tamak karena masyarakat kita yang dianggap masih awam dan terimo ing pandum pada masa itu.
  2. Penggunaan kekuasaan dan kontrol. Semakin lama, Belanda semakin kuat memegang kendali serta kontrol terhadap masyarakat kita. Mungkin bisa dibilang ketidaksengajaan. Namun, kekuasaan yang dipegang penuh oleh Belanda ini menjadikan masyarakat pribumi sadar bahwa mereka dianggap sebagai bawahan Belanda. Padahal, pribumilah yang menjadi tuan rumah sebenarnya.
  3. Pengabaian kesejahteraan masyarakat. Belanda hanya fokus pada keuntungan ekonomi serta politik. Belanda juga sering kali mengabaikan kesejahteraan masyarakat setempat, yang dapat menderita akibat eksploitasi dan penindasan.

Dari beberapa tindakan tidak manusiawi ini lah, dan dibarengi dengan pikiran para tokoh yang mulai terpelajar, mereka berani menyuarakan suara mereka, dan mengumpulkan masa untuk mengambil paksa kekuasaan mereka atas nama bangsa Indonesia.

Refleksi diri

Dari opini yang saya tuliskan pagi-pagi ini, saya mendapat titik balik perspektif kekejaman kolonialisme. Saya menjadi sadar, bahwa yang membebaskan bangsa dari sebuah keterbelengguan adalah pendidikan. Bahkan, untuk menciptakan kesadaran pribadi di setiap individu, nyatanya  membutuhkan pendidikan untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik.

Ini dapat menjadi pelajaran kita semua, bahwa yang menjadikan sebuah bangsa bangkit dari keterpurukan adalah cara pandang sumber daya manusia kita. Artinya, jika SDM kita memiliki pola pandang yang terpelajar, ini akan membebaskan bangsa dari keterbelengguan.

Di samping itu, nilai nasionalis generasi baru saat ini benar-benar perlu dipertanyakan. Kita lihat saja, banyak dari galangan muda yang tidak begitu peduli tentang isu yang penting atau isu yang mengancam kestabilan bangsa kita. Ini benar-benar PR besar bagi kita semua, untuk mengembalikan rasa cinta tanah air.

“Mengapa sih perlu, kan sudah tidak dijajah. Masa kolonial juga sudah habis kan?”

Tidak, penjajahan saat ini tidak melulu harus terjun ke lokasi dan merusak negara orang. Penjajahan saat ini juga bisa saja sedang kita alami. Contohnya, hilangnya empati dan kepedulian terhadap budaya bangsa, tidak mempedulikan hak asasi manusia, pemerintahan yang demokrasi sampulnya saja, pejabat yang memanipulasi rakyatnya dan banyak sifat-sifat yang lebih kolonial dibanding masa kolonial itu sendiri.

Garis tengah ini, akan saya tarik kesimpulan menurut opini saya sendiri. Yang bisa menyadarkan hal-hal kolonialisme yang sedang berlaku ini hanyalah pendidikan yang menjadikan masyarakat terdidik dan memiliki pemikiran yang kritis.

Kesimpulan

Pendidikan kolonialisme di Indonesia, terlepas dari niat awalnya, melahirkan pemimpin-pemimpin besar yang mengubah arah sejarah. Kritik dan ketidakpuasan terhadap ketidaksetaraan yang diakibatkan oleh penjajahan menginspirasi tokoh-tokoh tersebut untuk menciptakan identitas nasional yang kuat.

Sebagai bangsa, kita dapat melihat masa lalu sebagai tonggak pembelajaran dan memahami bahwa pendidikan, meskipun dalam konteks penjajahan, dapat menjadi kunci dalam melahirkan pemimpin-pemimpin besar yang membimbing Indonesia menuju kemerdekaan dan pembangunan.

Tidak hanya masa Hindia Belanda, namun untuk masa sekarang juga, menjadikan negara dengan SDM yang berkualitas itu membutuhkan pendidikan. Maka, jika ingin menjadi bangsa yang maju, cerdaskan anak bangsa. Karena, jika sebuah bangsa tidak mencerdaskan anak bangsa, bisa dikatakan bangsa itu sendiri yang sedang menjajah dirinya sendiri.

Sekian opini tentang Merdeka Dari Kolonialisme Belanda, Berkat Belanda Sendiri. Sampai jumpa di opini selanjutnya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *