Konten Bajakan: Kerugian Konsumen dan Upaya Mengurangi Penyebarannya

Ilustrasi konsumen konten bajakan
Ilustrasi konsumen konten bajakan (Foto: freepik.com)

Konten digital sudah menjadi konsumsi keseharian bagi masyarakat. Berbekal dengan internet, semua orang dapat menikmati berbagai karya kreatif, mulai dari lagu, film, game, webtoon/komik hingga literatur seperti novel dan dokumen akademik lainnya.

Namun demikian, tidak semua situs menyediakan konten tersebut melalui cara yang semestinya sesuai dengan hukum yang berlaku. Situs-situs ini memuat sesuatu yang dikenal sebagai “konten bajakan”.

 

Undang-Undang Hak Cipta

Berdasarkan UU Hak Cipta, pembajakan didefinisikan sebagai “Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait secara tidak sah dan pendistribusian barang hasil penggandaan dimaksud secara luas untuk memperoleh keuntungan ekonomi”.1

Dengan kata lain, pelaku pembajakan yang menggunakan konten bajakan untuk keperluan komersial dapat dipidana penjara maksimal 10 tahun atau denda paling besar Rp4.000.000.000.2

Meskipun sudah ada hukum yang jelas bagi pembajak konten, kenyataannya situs yang memuat konten bajakan masih bertebaran di internet dan jumlah orang yang mengakses situs tersebut pun terbilang tinggi.

 

Berdasarkan Data MUSO

Berdasarkan data MUSO dari Januari hingga Agustus 2022, Indonesia menempati posisi ke-11 secara global dengan total hampir 3,6 milyar kunjungan ke situs konten bajakan. Angka ini bahkan tertinggi di kawasan Asia Tenggara.3

Parahnhya 5 (lima) dari 50 (lima puluh) situs paling dikunjungi di Indonesia pada kurun waktu April 2023 memuat konten video/komik bajakan.4 Meskipun ribuan sudah ditutup oleh pemerintah5, namun situs seperti ini seolah mampu bertahan hidup bahkan berduplikasi seiring berjalannya waktu.

Hal ini tidak lain karena kuatnya demand masyarakat untuk konten tersebut dan potensi keuntungan ekonomi untuk pengelola situs konten bajakan, salah satunya dari ads.

 

Mengapa Konten Bajakan

Beberapa faktor yang melatarbelakangi seseorang beralih ke konten bajakan antara lain biaya dan ketersediaan konten yang terbatas. Berdasarkan sebuah survei yang dilakukan oleh YouGov terhadap 18 negara termasuk Indonesia, rata-rata 35% orang lebih memilih untuk mencari konten illegal jika harus membayar untuk mengakses konten resmi.

Di Indonesia sendiri, hanya 17% orang yang memilih bertahan untuk tidak beralih ke situs bajakan.6 Selain itu, ada beberapa konten eksklusif yang hanya ada di aplikasi tertentu.

Misalnya, seseorang ingin menonton film animasi buatan Disney harus berlangganan Disney Hotstar. Jika ingin menonton drama produksi Netflix, maka ia harus mengeluarkan biaya tambahan untuk berlangganan Netflix.

Maka bayangkan jika orang tersebut ingin menonton konten eksklusif pada aplikasi lainnya, maka pengeluaran yang harus dihabiskan untuk membayar langganan platform streaming akan membengkak tiap bulannya.

 

Keterbatasan Konten

Keterbatasan ketersediaan konten juga memotivasi orang untuk mencari alternatif lain agar tetap menikmati konten yang mereka inginkan. Misalnya konten yang ditayangkan di wilayah tertentu sedangkan aplikasi tersebut belum tersedia atau lisensi/hak tayangnya belum dibeli oleh pihak diluar wilayah tersebut seperti yang terjadi pada drama Squid Game.

Drama ini diproduksi oleh Netflix dan hanya dapat diakses melalui aplikasi tersebut. Alih-alih bersabar menunggu ditayangkan di negaranya secara legal, pecinta drama Korea yang berdomisili di Cina mencari situs streaming/file sharing illegal yang dapat membantu mereka menonton drama tersebut.7

 

Bahaya Konten Bajakan

Konsekuensi dari konten bajakan tidak hanya dirasakan oleh pihak industri, pemerintah, dan penyedia konten bajakan (jika tertangkap dan diproses secara hukum) saja, melainkan pengakses konten bajakan. Mengapa demikian? Pertama, karena dengan mengkonsumsi konten bajakan maka perangkat yang digunakan berpotensi terpapar malware.

Malware mampu merusak perangkat/menghapus file, mencuri file hingga melacak perangkat. Malware jenis ransomware akan ‘menyandera’ perangkat dan memaksa korban untuk membayar sejumlah uang jika tidak ingin perangkat mereka rusak/seluruh file mereka hilang.

Sebuah investigasi di Amerika pada tahun 2022 menemukan bahwa hampir 80% situs konten bajakan menampilkan malvertising (iklan online yang digunakan untuk menyebarkan malware8) dan mekanisme ini diestimasi mendatangkan keuntungan hingga USD 121.000.000 bagi pengelola situs.9

Kerugian kedua tidak terasa secara langsung karena berbentuk potential loss. Dengan mengakses konten bajakan, maka revenue yang didapatkan oleh industri menurun dan dana untuk produksi konten baru menjadi tidak optimal.

Sebagai contoh, di tahun 2021 tercatat industri anime Jepang mengalami kerugian karena pembajakan konten hingga mencapai USD 15 milyar.10

Jika biaya produksi berada di kisaran USD 150.000 per episode11, maka tindakan menikmati konten bajakan secara tidak langsung menyebabkan 100.000 episode anime lainnya tidak dapat dibuat oleh studio produksi sehingga tidak dapat dinikmati oleh konsumen.

 

Langkah Pemerintah

Untuk memerangi konten bajakan, selain penutupan situs konten illegal oleh pemerintah, berbagai inovasi telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun industri. Misalnya, Naver menggunakan program AI dengan nama “Toon Radar” untuk memblokir akses pembajak atas platform webtoon mereka.12

Pembentukan International Anti-Piracy Association (IAPO) dalam rangka kerja sama internasional dan information sharing dalam upaya perlindungan hak cipta dan pencegahan pembajakan online.13

Namun demikian, pendekatan melalui penargetan para pengelola situs konten bajakan sampai saat ini belum mampu mengendalikan tingginya tingkat pembajakan konten.

Ada baiknya jika kita menggeser fokus dari memburu para pengelola situs konten bajakan ke upaya mengurangi jumlah penikmat konten bajakan. Mempertimbangkan akar masalah yang mendorong mereka mengakses konten bajakan, maka pengurangan biaya dan kemudahan dalam mendapatkan konten menjadi kunci.

Sebuah survei di Selandia Baru menemukan ketersediaan alternatif streaming yang resmi mampu menurunkan tingkat akses terhadap konten bajakan. Dari 1.000 orang, 50% mengaku telah mengkonsumsi konten bajakan, namun setelah Netflix maupun over-the-air antenna (antena digital) tersedia, angka tersebut turun ke 11%. Beberapa studi lainnya pun menemukan hal yang sama.14

 

Upaya Yang Perlu di Kaji

Untuk menguji feasibility teori ini di Indonesia, ada beberapa langkah yang harus dikaji kembali seperti tingkat kesadaran dan kemauan masyarakat untuk berhenti mengkonsumsi konten bajakan, harga yang dinilai terjangkau oleh konsumen untuk menikmati konten yang tidak merugikan industri, serta bagaimana memastikan agar semua jenis konten yang diminati dapat diakses dengan mudah dan resmi misalnya melalui aplikasi aggregator yang menggabungkan beberapa platform streaming.15

 

Sumber

  1. UU 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Pasal 1 angka 23
  2. UU 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Pasal 113 ayat (4)
  3. https://www.muso.com/magazine/piracy-data-overview-january-2022-to-august-2022
  4. https://www.similarweb.com/top-websites/indonesia/
  5. https://avia.org/indonesia-continues-to-lead-the-way-in-site-blocking/
  6. https://business.yougov.com/content/42344-global-consumer-content-piracy-poll
  7. https://www.scmp.com/tech/big-tech/article/3151533/squid-game-sees-booming-piracy-china-where-netflix-unavailable-amid?module=perpetual_scroll_0&pgtype=article&campaign=3151533
  8. https://en.wikipedia.org/wiki/Malvertising
  9. https://www.prnewswire.com/news-releases/piracy-to-ads-to-ransomware-investigation-finds-121-million-in-dangerous-malicious-ads-on-piracy-sites-designed-to-trick-users-into-infecting-their-devices-301625117.html
  10. https://www.japantimes.co.jp/news/2023/04/22/business/tech/online-piracy-japan-losses/
  11. https://screenrant.com/most-expensive-anime-series-produce-how-much/#attack-on-titan-2013—2023-150-000-per-episode
  12. https://www.koreatimes.co.kr/www/art/2023/06/398_344709.html
  13. https://www.asiapacific.ca/publication/operation-anime-global-crackdown-pirated-japanese
  14. https://www.vice.com/en/article/3kg7pv/studies-keep-showing-that-the-best-way-to-stop-piracy-is-to-offer-cheaper-better-alternatives
  15. https://www.makeuseof.com/how-to-combine-streaming-services-in-one-apps/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *