Hastag #KaburAjaDulu kini tengah meramaikan jagat media sosial, banyak anak muda yang berkehendak untuk keluar dari Indonesia. Mereka berkeinginan untuk sekolah, bekerja, dan bertempat tinggal di luar negeri meninggalkan negerinya Indonesia.
Pilihan hengkang ini mendapat reaksi dari berbagai pihak. Salah satunya menyatakan bahwa generasi muda yang hengkang tersebut dianggap tidak memiliki jiwa nasionalisme yang kuat. Gagasan #KaburAjaDulu kemudian dikaitkan dengan jiwa nasionalisme, bahwa mereka yang hengkang keluar negeri dianggap tidak memiliki semangat cinta bangsa.
Baca juga: Arti Kebhinekaan
Nasionalisme & Persinggungan Globalisasi
Nasionalisme merupakan sebuah faham cinta bangsa, sebuah semangat untuk mencintai bangsanya, hal ini juga berkaitan dengan identitas yang ditanamkan sebagai karakter khusus yang membedakannya dengan bangsa lainnya. Untuk itu, nasionalisme sangat dibutuhkan untuk memperkokoh fondasi berbangsa dan bernegara, karena problem disintegrasi acapkali muncul sehingga berpotensi menghancurkan eksistensi sebuah negara. Pada abad XX muncul problem nasionalisme yang mengakibatkan terbelahnya beberapa negara mulai dari terpisahnya Jerman Barat -Jerman Timur (1949), keruntuhan Uni-Sovyet yang terpecah menjadi beberapa negara baru (1990), terbelahnya Korea Utara – Korea Selatan (1948) dan juga munculnya kasus konflik di beberapa negara Balkan (Kusumawardani & Faturochman, 2004).
Nasionalisme juga menjadi sarana penguat menghadapi ancaman disintegrasi di Indonesia. Munculnya Gerakan DI/TII, Organisiasi Papua Merdeka, Gerakan Aceh Merdeka, hingga munculnya kasus terorisme dan lainnya. Nasionalisme menjadi penguat sekaligus pereketa kokoh berdirinya sebuah bangsa dari beragam ancaman yang muncul baik secara internal maupun eksternal. Nasionalisme juga perlu dibangun dengan mempertahankan beragam keragaman yang terjadi yang hidup di tengah warganya. Ketika nasionalisme dijalankan tanpa memperhatikan ragam perbedaan maka yang muncul adalah chauvinism, sebuah faham nasionalisme sempit yang mengutamakan kebesaran bangsa tetapi pada saat bersamaan ia merendahkan bangsa lainnya.
Era Postmodernisme
Pada era postmodernisme ini nasionalisme bertemu dengan problematika globalisasi yang menuntut terbukanya batas-batas kewilayahan juga keluasan pemikiran. Bahwa peristiwa yang terjadi di suatu wilayah akan menjadi perhatian dari semua wilayah lainnya di penjuru dunia. Dalam era global ini nasionalisme mendapat tantangan (challenge) baru untuk mampu mendeskripsikan kembali makna dan hakikat nasionalisme.
Jaringan internet dan sosial media mencoba membuka sekat-sekat dan batas antar bangsa. Jaringan ini terus memberikan pengaruh baik secara positif dan negatif terhadap pola fikir, tindakan dan perilaku setiap individu dan kelompok sosial dimanapun dengan menerobos sekat-sekat dan batas negara. Munculnya proses dinamika era postmoderen ini sedikit banyak mempertanyakan kembali makna dan hakikat nasionalisme yang secara tradisional telah diwariskan turun-temurun. Bagaimana setiap bangsa memaknai kembali konsep dan gagasan nasionalisme di tengah perubahan zaman yang terjadi.
#KaburAjaDulu & Kritik Sosial
Hastag #KaburAja Dulu muncul sebagai reaksi dari beragam problematika hidup yang ada di dalam negeri saat ini. Sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak, banyaknya kasus korupsi yang terjadi, beragam masalah sosial yang menjadikan generasi muda bertalenta serta berbakat ini memilih hengkang dan menetap di luar negeri.
Dalam dunia yang terus berubah, Nasionalisme harus pula mampu memberikan rekonstruksi makna, apakah bekerja dan bermukim di negara luar sebagai hilangnya kesadaran akan arti berbangsa dan bernegara? Apakah ini bermakna menipisnya atau bahkan tidak hadirnya jiwa nasionalisme dalam sanubari generasi muda berbakat dan bertalenta tersebut? Apakah seorang warga negara Indonesia yang menetap untuk bekerja dan berkarir di luar negeri dapat dinyatakan tidak memiliki rasa cinta dan bangga atas negara dan bangsanya?
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah nasionalisme berkait erat dengan pemaknaan geografis wilayah tertentu? Sejatinya konsep mencintai bangsa dan negara adalah sebuah ide kesadaran, dan bukan ide ruang geografis semata. Kesadaran mencintai Indonesia diwujudkan melalui sebuah tindakan nyata untuk berkontribusi secara aktif membangun bangsa dan negaranya. Ketika kesadaran itu tidak muncul, dan bahkan menimbulkan kerusakan bagi bangsanya maka hakikatnya kesadaran cinta bangsa itu tidak tumbuh dalam jiwanya.
Makna Sesungguhnya
Inti dari Nasionalisme adalah kecintaan terhadap bangsanya, dan bukan bermakna wilayah geografis semata. Ketika seseorang berbuat merusak bangsa dan negaranya, sejatinya ia telah merusak semangat nasionalismenya. Bahwa nasionalisme tidak sepatutnya disandingkan dengan makna geografis semata, melainkan lebih pada mentalitas jiwa manusia. Jika seseorang berada dalam ruang geografis Indonesia, tetapi pada saat yang sama ia justru melakukan perbuatan koruptif & destruktif sejatinya ia tak memiliki rasa cinta itu. Seseorang yang mencintai bangsanya tentu tidak akan melakukan kerusakan terhadap bangsanya sendiri. Mencintai bangsa diwujudkan dalam perilaku konstruktif dan bukan destruktif. Ketika terdapat anak bangsa berbuat yang terbaik dengan mengharumkan nama bangsanya walau ia tengah berada di luar negeri sekalipun hakikatnya ia telah mewujudkan rasa cinta tanah air melalui perbuatan konkrit.
Sebuah Kritik Sosial
#KaburAjaDulu harus difahami sebagai sebuah kritik sosial terhadap proses kehidupan berbangsa & bernegara. Bahwa terjadinya beragam perilaku sosial yang merugikan negara sejatinya harus segera dibenahi. Sulitnya warga negara mendapatkan pekerjaan yang layak hingga berlangsungnya korupsi yang mendera menuntut segera dilakukannya berbagai perbaikan secara komprehensif. Hilangnya anak-anak muda berbakat Indonesia tentu akan dengan mudah dimanfaatkan oleh negara-negara lain. Sedikit banyak hal ini akan berpotensi merugikan kepentingan juga eksistensi Indonesia yang tengah melangkah menuju cita-cita Indonesia Emas. Kehidupan berbangsa memerlukan generasi muda berkualitas. Bagaimana sebuah bangsa akan maju ketika mayoritas warga bangsa berkualitas berbondong-bondong meninggalkan negerinya dan yang tersisa hanyalah generasi manusia yang tak berkualitas?
Diaspora dan Wajah Indonesia
Bagi generasi muda yang memilih untuk hengkang atau telah hengkang ke luar negeri sejatinya terus mengobarkan rasa cinta tanah air. Bawa terus nama baik Indonesia melalui kapasitas dan kemampuan apapun yang dimiliki. Kehadiran para diaspora Indonesia di luar negeri tentu menjadi representasi wajah Indonesia di mata dunia. Belajar, bekerja, dan memupuk prestasi dalam kancah global menjadi bukti nyata para diaspora Indonesia di luar negeri bahwa ia masih tetap memiliki kecintaan dan kepedulian terhadap bangsanya.

