News, Opini  

Belajar dari Aryanto Misel Sang Profesor Tanpa Gelar Penemu Nikuba

Oleh: Agustinus Hadi Nugroho (Analis Hubungan Masyarakat, Badan Riset dan Inovasi Nasional/BRIN)

admin
Aryanto Misel (Foto: MPI/Hasan Hidayat)
Aryanto Misel (Foto: MPI/Hasan Hidayat)

Belajar dari Aryanto Misel Sang Profesor Tanpa Gelar Penemu Nikuba.

Senin, 3 Juli 2023, publik Indonesia dikejutkan oleh berita yang meruak di berbagai surat kabar digital dan media sosial, kisah tentang invensi seorang anak bangsa yang berhasil menembus minat sejumlah perusahaan otomotif kelas dunia untuk mengadopsi teknologi penemuannya.

Dia bernama Aryanto Misel, seorang kakek berusia 67 tahun asal Cirebon, yang mampu merakit teknologi konversi air menjadi bahan bakar kendaraan berbasis hidrogen. Dia menamai alat ini Nikuba (Niku Banyu). Diusianya yang memasuki masa senja, beliau membuktikan bahwa batasan umur bukan penghalang bagi seorang insan bangsa untuk tetap bekerja secara produktif dan mengukir prestasi.

 

Pembelajaran Bersama

Lebih dari itu, apa yang justru luar biasa dari peristiwa ini dan dapat kita petik sebagai pembelajaran bersama; bahwa perhatian, dukungan dan pengakuan terhadap karya dan dedikasi justru seringkali tidak datang dari masyarakat di sekitar, bahkan dari pemerintah negaranya sendiri.

CEO Nikuba Hidrogen, Iwan Piliang, sebagaimana dikutip dari wawancara eksklusif oleh tim Disway.id menegaskan, “Di Indonesia setiap invensi tak mendapat perhatian, tidak (ada perhatian sama sekali) dari pemerintah Indonesia. Banyak bahkan inventor yang sudah mati dilupakan, seperti Haji Eeng di Bangka bisa bikin Kacang Panjang 2 meter, pisang sepohon bertandan dua dan empat. Di Jembrana Bali ada inventor untuk budidaya udang vaname pakai pola HDPE (High Density Polyethylene), akhirnya dilirik Malaysia, pun begitu juga dengan Pak Aryanto”.

 

Pemerintah dan Iklim Invensi dan Inovasi Nasional

Sebagai seorang pegawai yang bekerja pada lembaga riset plat merah, miris sekali rasanya mendengar ucapan itu secara langsung datang dari bibir pelaku inventor seperti Pak Iwan. Pemerintah yang semestinya mendorong terciptanya iklim invensi dan inovasi nasional, seringkali justru bertindak sebagai tukang ganjal.

Nikuba sejatinya telah diperkenalkan ke publik sejak tahun lalu, namun rupanya kurang mendapatkan atensi pemerintah sebagai salah satu proyek invensi yang potensial. Sebagaimana pendapat berbau sarkasme yang diutarakan oleh salah satu peneliti Laboratorium Motor Bakar, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Arifin Nur, dikutip dari laman Tempo.co. “Jika bisa sampai segitu, pasti yang bersangkutan akan menang lomba Shell Eco Marathon kelas Asia dan mungkin sudah dikontak dan dikontrak oleh pabrikan otomotif dunia”.

Pernyataan senada meragukan juga diutarakan oleh salah seorang pakar teknik mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Nur Yuniarto, “Berdasarkan lembaga-lembaga yang kredibel juga alat itu tidak bisa memberikan dampak yang cukup signifikan untuk mesin kendaraan”.

Untungnya pernyataan sikap yang berbeda diutarakan oleh Pangdam III/Siliwangi, Mayjen TNI Kunto Arief Wibowo. Bukan hanya telah menyatakan dukungan, namun pihak TNI juga telah melakukan pengawalan ketika Pak Aryanto dan tim bertemu dengan pihak pabrikan Italia di Milan belum lama ini.

Pihak TNI pun selama ini telah membantu proyek Nikuba dengan mengaplikasikannya pada sejumlah kendaraan taktis / motor dinas Babinsa milik TNI di wilayah Cirebon demi membantu mendapatkan data pengembangan yang lebih akurat.

 

Invensi Inovasi Nikuba Memiliki Masa Depan Potensial

Terlepas skeptisisme yang datang dari para pakar di bidang teknologi keilmuwan ini, tanpa tendeng aling-aling, pertemuan tim Nikuba dengan perusahaan otomotif bergengsi asal Italia membuktikan dengan sendirinya bahwa invensi inovasi Nikuba memiliki masa depan potensial yang perlu untuk terus dikembangkan lebih lanjut. Tentu saja tidak ada invensi teknologi manapun yang tiba-tiba muncul secara sempurna.

Oleh karena itu, sikap pemerintah, terutama lembaga terkait di bidang riset/iptek, semestinya bukan menyangkal maupun meragukan, namun merangkul para inventor kecil semacam Pak Aryanto. Apabila invensi semacam itu belum sempurna, mari bersama-sama menyempurnakannya!

Inovasi membutuhkan sikap kolaboratif, bukan saling menjatuhkan. Carilah kelemahannya, lalu bersama-sama mengembangkannya menjadi kelebihan. Kiranya kita semua perlu mencontoh dan mengapresiasi sikap kenegarawanan seperti yang ditunjukkan oleh satuan TNI Pangdam III/Siliwangi.

 

Inventor Lulusan SMP

Jika dilihat berdasarkan profilnya, Aryanto Misel hanyalah seorang pria lulusan SMP yang memiliki laboratorium kecil pribadi untuk mengembangkan berbagai temuan lainnya. Sejak muda Aryanto telah menunjukkan ketertarikan yang mendalam pada dunia otomotif.

Selama tujuh tahun terakhir ia telah menghabiskan waktu dan energinya untuk mempelajari berbagai aspek teknologi otomotif dan mengeksplorasi cara-cara baru untuk meningkatkan performa kendaraan, terutama dalam rangka mengurangi emisi gas buang dan meningkatkan efisiensi bahan bakar.

Terkait pengembangan Nikuba, ide ini sendiri berawal dari keprihatinan pada para tukang ojek di sekitar tempat tinggalnya yang harus mengeluarkan banyak uang hanya untuk membeli bensin, yang mana harga BBM terus menerus mengalami kenaikan dalam beberapa tahun terakhir.

Aryanto kemudian berupaya mencari sumber energi alternatif dan teknologi yang dapat menolong kondisi para tukang ojek tersebut. Panggilan Aryanto untuk melakukan invensi jelas berangkat dari sebuah kebutuhan riil yang dirasakan oleh masyarakat sekitarnya, guna menemukan solusi praktis yang dapat memberi manfaat.

Justru dengan cara inilah Aryanto telah menunjukan sikap sejati sebagai seorang inventor! Dia melakukan ini semua sebagai upaya untuk menjawab tantangan situasi kehidupan masyarakatnya.

 

Seorang Inventor Sejati

Aryanto tidak melakukan riset dan upaya invensi sekedar untuk mengejar gelar akademis, atau untuk mendapatkan reputasi ilmiah dalam berbagai jurnal akademis, bahkan lebih parahnya lagi sekedar untuk mendapatkan angka kredit minimal demi menjaga formalitas jabatan profesinya. Tidak, Aryanto tidak terjebak dengan itu semua!

Seorang inventor sejati, atau meminjam istilah yang biasa digunakan oleh Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, Sumber Daya Riset (SDM) Unggul bidang riset/iptek seharusnya adalah orang-orang yang melakukan kegiatan riset, inovasi dan invensi sebagai sebuah dedikasi, atas dasar keingintahuan dan rasa cinta, serta kepedulian untuk memberi kontribusi bagi perubahan lingkungan dan sosial ke arah yang lebih baik.

Aktivitas Riset menjadi sebuah praxis hidup, bukan sekedar berhenti di ruang-ruang arsip dan laboratorium. Kemudian, industri menangkap peluang riset dan inovasi semacam itu sebagai upaya untuk mendesiminasi kebaikan, bukan sekedar mencari profit belaka. Implikasi dari pertumbuhan ekonomi, harus berada di belakang daripada tujuan perubahan peradaban. Riset dan inovasi untuk peradaban yang lebih baik, yang berarti memprasyaratkan adanya kandungan moral pada seluruh aktivitas riset.

 

Bukanlah Yang Pertama Dikenal Publik Sebagai Pelaku Inovasi Asal Indonesia

Aryanto Misel bukanlah nama pertama yang pernah dikenal publik sebagai pelaku inovasi asal Indonesia yang mendunia. Ada begitu banyak nama, salah satunya adalah Tri Mumpuni, salah seorang ilmuwan dan  aktivis perempuan yang saat ini menjabat sebagai anggota Dewan Pengarah BRIN. Bu Puni, begitu ia akrab disapa, pernah berada dalam daftar ilmuwan muslim paling berpengaruh di dunia berdasarkan laporan The World’s 500 Most Influential Muslims 2021.

Sebagai seorang pelaku inovator pada bidang energi hidroelektrik, Bu Puni berkarya bukan sekedar untuk menghasilkan publikasi di banyak jurnal ilmiah ataupun demi sekedar mendapatkan gelar akademis. Ia adalah inovator yang lahir dari rahim masyarakatnya, serta memberikan banyak kontribusi bagi kehidupan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia.

Ia mendapatkan julukan sebagai ‘Wanita Listrik’ karena telah membangkitkan jaringan tenaga listrik berbasis hidroelektrik sebanyak kurang lebih 65 desa di Indonesia. Bu Puni berkarya sebagai buah-buah aktualisasi moral, manifestasi dedikasi dan keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan yang lebih baik bagi masyarakat.

Dalam berbagai kesempatan, Bu Puni seringkali menyatakan bahwa manfaat riset dan inovasi harus dapat dirasakan oleh masyarakat secara langsung. Riset untuk kehidupan yang lebih baik!

 

Problem Utama Dari SDM Unggul Dunia Riset dan Inovasi Nasional

Tentu ada banyak pelaku inventor, baik yang bergelar akademis maupun non-akedemisi, berasal pemerintah atau swasta, skala besar atau kecil. Problem utama dari SDM unggul dunia riset dan inovasi nasional bukanlah dalam perkara semakin memperbanyak sarjana untuk meraih gelar doktoral, atau akademisi yang menelurkan lebih banyak publikasi dan sitasi di jurnal ilmiah, bahkan peneliti yang mendapatkan jabatan strategis pada berbagai lembaga dan birokrasi negara.

Itu semua memang penting untuk diperhatikan, namun yang lebih penting adalah bagaimana menumbuhkembangkan semangat berinovasi daripada insan riset/iptek untuk membuat produk inovasi dan teknologi yang tepat guna yang memberi manfaat bagi masyarakat secara luas.

Bukan masalah apakah invensi yang dilakukan kemudian akan diterima oleh kalangan industri atau pun tidak, profitable ataupun tidak, karena begitu banyak kegiatan riset dan inovasi yang nyatanya tidak dapat dikalkulasi secara ekonomis. Jikalau itu memiliki dampak ekonomi, mari anggaplah itu sebagai bonus.

 

Pemerintah Bukanlah Perusahaan

Tugas pemerintah menjadi krusial pada titik ini. Pemerintah bukanlah perusahaan, sehingga memiliki peran yang berbeda dengan dunia swasta. Begitu pula di dunia riset dan inovasi. Pemerintah memang perlu mendorong meningkatnya kegiatan riset dan inovasi di sektor industri demi meningkatkan daya saing ekonomi, namun perlu juga untuk mengambil peran sebagai penggerak riset dan inovasi di bidang yang enggan dimasuki oleh sektor swasta.

Misalnya, riset dan inovasi untuk menghasilkan sumber air bersih di daerah rawan kekeringan di berbagai desa terpencil di NTT dan Papua. Contoh lainnya, riset dan inovasi mengenai alat pendeteksi gempa dan tsunami di daerah pesisir rawan bencana di sekitar wilayah selatan Sumatera dan Jawa.

 

Banyak Inovator Anak Bangsa Cerdas dan Brilian

Ada begitu banyak inovator anak bangsa cerdas dan brilian yang tinggal di berbagai wilayah desa dan kota di Indonesia. Mereka melakukan itu sebagai dedikasi dan semangat untuk membangun lingkungan dan masyarakatnya, namun sayangnya tenggelam tidak dikenal ataupun diremehkan.

Sebagai salah seorang pegawai yang bekerja di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), sebuah lembaga negara yang diserahi otoritas nasional pada bidang riset dan inovasi, saya mengusulkan agar BRIN melakukan scouting talent terhadap para inovator berbakat yang tinggal diberbagai daerah, serta produk inovasi potensial yang telah dihasilkannya.

BRIN perlu turun langsung terjun ke lapangan untuk saling belajar dengan para inovator tersebut, serta memastikan terjadinya kolaborasi yang bersifat mutalisme. Para inovator non-akademisi pada umumnya kesulitan untuk membuat publikasi di jurnal ilmiah dan dalam hal pengajuan paten. Untuk itu, bukan hanya dalam hal pembiayaan riset, BRIN juga perlu memberikan pendampingan dalam penulisan publikasi dan fasilitasi pengajuan paten.

Dengan langkah ini diharapkan tidak ada lagi inventor di berbagai wilayah di Indonesia yang merasa tidak diperhatikan dan didukung oleh pemerintah. BRIN tidak boleh bersikap pasif dengan menunggu proposal riset dan inovasi yang masuk ke kantor mereka, sebab tidak semua inovator pandai membuat proposal, namun perlu secara aktif hadir di tengah komunitas inovator itu sendiri.

Selain itu, BRIN dirasa perlu juga untuk melakukan kunjungan ke berbagai wilayah di Indonesia dalam rangka memetakan kebutuhan masyarakat akan inovasi. Misalnya, pada suatu daerah yang rawan banjir bandang, BRIN hadir memberikan solusi praktis akan kebutuhan teknologi yang dapat mengatasi atau memitigasi potensi bencana di daerah tersebut.

Selain akan mendapatkan input bagi bahan penulisan ilmiah, kiranya langkah ini akan dipandang secara positif karena memberi kontribusi nyata bagi kehidupan masyarakat. Semua ini akan memperbaiki citra BRIN yang selama ini agak berjarak dengan masyarakat dan seringkali meninggalkan pretensi negatif.

Baca juga: Langkah-langkah Pendaftaran Merek untuk Usaha

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *