Apa itu JOMO, Tren Baru yang Menggantikan FOMO?

Seiring dengan perkembangan pemikiran tentang kesehatan mental dan keseimbangan hidup, muncul pula istilah baru, yakni JOMO atau Joy of Missing Out, yang merupakan kebalikan dari FOMO.

Untung Sudrajad

Di era digital seperti sekarang, penggunaan media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Dari bangun tidur hingga menjelang tidur, tidak jarang kita selalu terhubung dengan dunia maya, menelusuri linimasa media sosial untuk melihat apa yang sedang dilakukan orang lain.

Dalam fenomena ini, istilah FOMO atau Fear of Missing Out muncul sebagai salah satu fenomena psikologis yang akrab dalam kehidupan modern.

Namun, seiring dengan perkembangan pemikiran tentang kesehatan mental dan keseimbangan hidup, muncul pula istilah baru, yakni JOMO atau Joy of Missing Out, yang merupakan kebalikan dari FOMO.

Apa Itu FOMO?

Sebelum membahas lebih jauh tentang JOMO, penting untuk memahami lebih dulu konsep FOMO. FOMO adalah rasa takut akan kehilangan momen atau pengalaman berharga yang orang lain mungkin alami.

Fenomena ini muncul sebagai akibat dari kebiasaan kita yang selalu terhubung dengan media sosial, yang membuat kita terus-menerus melihat apa yang orang lain lakukan, makan, kunjungi, atau alami.

FOMO sering kali memicu rasa cemas atau bahkan stres karena kita merasa tertinggal atau tidak ikut serta dalam kegiatan yang tampaknya menarik.

Contoh sederhana dari FOMO adalah ketika seseorang melihat teman-temannya pergi berlibur atau menghadiri pesta yang terlihat menyenangkan di media sosial. Melihat unggahan foto atau video tersebut bisa memicu rasa cemas atau iri, merasa bahwa diri sendiri tidak seberuntung mereka yang bisa berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Pada akhirnya, FOMO bisa membuat kita selalu ingin “ikut” atau terlibat dalam setiap acara atau kesempatan yang orang lain lakukan, hanya karena takut ketinggalan.

Apa Itu JOMO?

Berbeda dari FOMO, JOMO atau Joy of Missing Out adalah perasaan puas dan bahagia karena tidak mengikuti arus atau tidak merasa perlu untuk selalu terlibat dalam setiap kegiatan atau acara yang dilakukan orang lain.

JOMO bukan hanya sekadar tidak terlibat, tetapi juga merasakan kebahagiaan dalam ketenangan dan waktu pribadi tanpa harus membandingkan diri dengan orang lain.

Dalam dunia yang serba cepat dan penuh distraksi, JOMO hadir sebagai sebuah bentuk resistensi terhadap tekanan sosial. JOMO adalah bentuk penerimaan diri, di mana seseorang merasa nyaman dengan pilihannya untuk tidak selalu mengikuti tren atau ikut serta dalam semua kegiatan yang dilihat di media sosial.

Alih-alih merasa cemas karena ketinggalan, orang yang mengadopsi konsep JOMO justru menikmati momen-momen kesendirian, atau waktu yang lebih berkualitas dengan orang-orang terdekat, tanpa perlu khawatir apa yang sedang dilakukan orang lain.

Asal Usul Istilah JOMO

Istilah JOMO sendiri pertama kali dipopulerkan oleh seorang pengusaha asal Amerika Serikat, Anil Dash, pada tahun 2012. Dalam sebuah blog yang ia tulis, Anil Dash mengungkapkan bahwa ada banyak kebahagiaan yang bisa dirasakan dari “kehilangan” momen-momen tertentu yang justru memberikan kita ruang untuk bersantai dan melepaskan diri dari hiruk-pikuk kehidupan digital.

Sejak saat itu, konsep JOMO mulai mendapatkan perhatian karena relevansinya dengan tantangan psikologis yang dihadapi banyak orang di era digital.

Seiring waktu, istilah ini semakin dikenal dan menjadi bagian dari diskusi terkait kesehatan mental, kesejahteraan emosional, dan keseimbangan hidup. Banyak ahli psikologi dan aktivis kesehatan mental yang mulai mendorong orang untuk lebih sering menerapkan JOMO dalam kehidupan sehari-hari sebagai cara untuk melawan kecemasan yang disebabkan oleh FOMO.

Perbedaan Antara FOMO dan JOMO

Ada beberapa perbedaan mendasar antara FOMO dan JOMO yang bisa menjadi gambaran mengenai dampaknya terhadap kesejahteraan psikologis seseorang:

1. FOMO didorong oleh rasa cemas, sementara JOMO didorong oleh rasa damai.

Orang yang mengalami FOMO cenderung merasakan kecemasan, stres, atau bahkan iri ketika melihat orang lain melakukan sesuatu yang tampak lebih menarik atau menyenangkan. Sebaliknya, mereka yang mengadopsi JOMO merasa damai dan puas dengan pilihan mereka untuk tidak selalu terlibat dalam segala hal.

2. FOMO sering kali memicu rasa ingin selalu terlibat, sementara JOMO memicu rasa puas dengan tidak terlibat.

FOMO membuat seseorang merasa harus selalu berada di tengah keramaian, mengikuti setiap tren, atau hadir di setiap acara yang terlihat menarik. Di sisi lain, JOMO membuat seseorang merasa nyaman dengan keputusan mereka untuk tidak selalu ikut serta, dan bahkan menemukan kebahagiaan dalam momen-momen yang lebih sederhana dan personal.

3. FOMO menciptakan ketergantungan pada validasi sosial, sedangkan JOMO mendukung kemandirian emosional.

Orang yang mengalami FOMO cenderung mencari validasi dari orang lain, sering kali melalui media sosial, untuk merasa diterima atau diakui. JOMO, sebaliknya, adalah tentang kebebasan dari tekanan sosial dan merasa nyaman dengan diri sendiri tanpa harus mendapatkan persetujuan dari orang lain.

Manfaat JOMO dalam Kehidupan Modern

Mengadopsi konsep JOMO dapat memberikan banyak manfaat, terutama dalam kehidupan yang semakin terhubung dengan teknologi. Beberapa manfaat yang bisa dirasakan antara lain:

1. Mengurangi stres dan kecemasan.

Dengan tidak selalu merasa harus terlibat dalam semua hal yang dilakukan orang lain, kita bisa mengurangi tekanan untuk “selalu ada”. Ini membantu menurunkan tingkat stres dan kecemasan yang sering kali muncul karena perasaan tertinggal atau tidak cukup.

2. Meningkatkan fokus dan produktivitas.

Ketika kita tidak terus-menerus terganggu oleh keinginan untuk memantau apa yang orang lain lakukan, kita dapat lebih fokus pada hal-hal yang penting bagi diri kita sendiri, seperti pekerjaan, hobi, atau pengembangan diri. Ini juga memungkinkan kita untuk lebih produktif dalam menjalani rutinitas sehari-hari.

3. Memperkuat hubungan yang lebih bermakna.

Daripada menghabiskan waktu untuk berusaha “mengikuti” tren atau acara yang tidak selalu relevan bagi kita, JOMO memungkinkan kita untuk menghabiskan waktu dengan orang-orang yang benar-benar penting dalam hidup kita. Hal ini bisa memperkuat hubungan interpersonal yang lebih mendalam dan bermakna.

4. Meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan emosional.

JOMO memungkinkan kita untuk menerima dan menghargai momen-momen sederhana dalam hidup. Dengan demikian, kita bisa merasakan kebahagiaan yang lebih autentik dan berkelanjutan, tanpa tergantung pada persetujuan atau apresiasi dari dunia luar.

Cara Mengadopsi  dalam Kehidupan Sehari-hari

Untuk mengadopsi JOMO dalam kehidupan modern yang penuh dengan distraksi, ada beberapa langkah yang bisa diambil:

1. Kurangi penggunaan media sosial.

Batasi waktu yang Kamu habiskan untuk menelusuri media sosial. Jangan merasa perlu untuk selalu mengetahui apa yang orang lain lakukan setiap saat. Dengan demikian, Kamu bisa lebih fokus pada apa yang sedang Kamu lakukan.

2. Temukan kebahagiaan dalam kesendirian.

Belajar menikmati waktu sendiri tanpa merasa kesepian adalah kunci dalam JOMO. Cobalah untuk melakukan aktivitas yang Kamu nikmati, seperti membaca, menulis, atau berkebun, tanpa tergantung pada perhatian orang lain.

3. Praktikkan mindfulness.

Mindfulness atau kesadaran penuh adalah cara yang efektif untuk meningkatkan kepuasan hidup. Dengan mindfulness, kamu belajar hadir sepenuhnya di setiap momen tanpa terjebak memikirkan apa yang mungkin terlewat.

Kesimpulan

JOMO adalah kebalikan dari FOMO, dan menjadi konsep yang semakin relevan di era digital saat ini. Ketika FOMO didorong oleh kecemasan dan ketergantungan pada validasi sosial, JOMO menawarkan kebebasan, kemandirian emosional, dan kebahagiaan dalam momen-momen kesederhanaan.


Referensi:

Kenali Istilah JOMO, Joy of Missing Out Kebalikan dari FOMO
https://thephrase.id/kenali-istilah-jomo-joy-of-missing-out-kebalikan-dari-fomo

Apa Itu JOMO? Ini Pengertian dan Cara Melakukannya
https://kumparan.com/info-psikologi/apa-itu-jomo-ini-pengertian-dan-cara-melakukannya-23vmb5ykKs7/1

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *