Opini  

Cyberchondria Merajalela: Cari Info Kesehatan Malah Makin Cemas?

Ketika Niat Cari Tahu Malah Jadi Takut Sendiri: Kenali Cyberchondria, Kecemasan Kesehatan Akibat Googling Berlebihan

Untung Sudrajad
Ilustrasi Cyberchondria (foto: freepik.com)
Ilustrasi Cyberchondria (foto: freepik.com)

Cyberchondria Merajalela – Bayangkan kamu sedang merasa tidak enak badan. Tenggorokan sedikit gatal, kepala agak pusing, dan tubuh lelah. Daripada langsung ke dokter, kamu memutuskan untuk mencari tahu dulu lewat internet. Ketik di Google: “penyebab tenggorokan gatal dan pusing.” Dalam hitungan detik, muncullah sederet artikel dan forum yang membahas mulai dari flu ringan… sampai kanker tenggorokan!

Jantungmu mulai berdebar. Tangan dingin. Muncul ketakutan: “Jangan-jangan aku kena penyakit serius?” Padahal tadinya niatmu cuma ingin tahu, supaya lebih tenang. Tapi yang terjadi malah sebaliknya: kamu makin gelisah, makin parno, dan makin sering ngecek gejala-gejala lainnya. Kalau ini terdengar familiar, bisa jadi kamu sedang mengalami Cyberchondria.

Apa Itu Cyberchondria?

Cyberchondria adalah istilah gabungan dari kata cyber (yang merujuk pada dunia digital) dan hypochondria (kecemasan berlebihan tentang kesehatan). Sederhananya, cyberchondria adalah kondisi ketika seseorang mencari informasi kesehatan secara berlebihan di internet lalu merasa cemas atau takut berlebihan terhadap kesehatannya sendiri.

Fenomena ini mulai marak sejak internet jadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Siapa pun kini bisa mengakses informasi medis kapan saja, bahkan lewat ponsel. Awalnya memang niatnya baik, mencari pengetahuan agar lebih peduli dengan kesehatan. Tapi ketika informasi yang ditemukan justru menimbulkan kecemasan, bisa jadi kita melewati batas.

Kenapa Kita Jadi Cemas Setelah Cari Info Kesehatan?

Ada beberapa alasan kenapa niat baik mencari informasi kesehatan malah berujung pada kecemasan:

1. Informasi yang Tidak Terfilter

Internet itu ibarat laut informasi. Di dalamnya ada mutiara pengetahuan, tapi juga banyak “sampah” hoaks atau informasi yang belum tentu akurat. Kita bisa dengan mudah menemukan artikel medis dari jurnal terpercaya, tapi di saat yang sama juga bisa terjebak dalam blog pribadi, forum yang tidak kredibel, atau konten clickbait.

2. Kecenderungan “Overdiagnosis”

Saat kita mengetik gejala umum seperti sakit kepala atau nyeri perut, hasil pencarian sering kali mencantumkan kemungkinan terburuk. Padahal bisa jadi penyebabnya sangat ringan, seperti kelelahan atau kurang tidur. Tapi karena kita membaca bahwa gejala itu juga bisa mengarah ke penyakit berat, otak langsung lompat ke kesimpulan terburuk.

3. Efek “Confirmation Bias”

Tanpa sadar, kita cenderung mencari informasi yang mendukung ketakutan kita. Misalnya, kalau kita sudah curiga punya penyakit tertentu, kita lebih tertarik membaca konten yang membenarkan dugaan itu, ketimbang yang menenangkan.

4. Siklus Cemas – Cari Informasi – Makin Cemas

Semakin kita cemas, kita makin terdorong untuk mencari informasi. Tapi semakin banyak yang kita baca, makin banyak pula “kemungkinan buruk” yang kita temukan. Siklus ini berputar tanpa henti dan membuat kecemasan makin parah.

Apa Saja Gejala Cyberchondria?

Cyberchondria bukan cuma soal kebiasaan mencari info medis. Ini sudah masuk ranah gangguan kecemasan. Berikut beberapa tanda yang patut kamu waspadai:

1. Sering mencari informasi gejala penyakit di internet, bahkan untuk keluhan kecil.

2. Merasa makin cemas setelah membaca informasi tersebut.

3. Berpikir bahwa kamu menderita penyakit serius, meski belum ada diagnosis dari dokter.

4. Sering berpindah-pindah dari satu kemungkinan penyakit ke penyakit lain.

5. Sulit percaya pada dokter, karena merasa lebih yakin dengan hasil “riset” sendiri.

6. Merasa butuh mencari informasi lagi untuk menenangkan diri, tapi hasilnya justru makin gelisah.

7. Gejala fisik terasa makin parah karena efek psikosomatik (dari stres atau kecemasan).

Kalau beberapa dari tanda di atas terasa familiar, mungkin sudah waktunya kamu lebih waspada.

Apa Dampaknya Jika Dibiarkan?

Cyberchondria bisa berdampak serius, baik secara mental maupun fisik:

1. Kecemasan Kronis: Rasa takut terhadap penyakit bisa terus mengganggu pikiran dan membuatmu sulit fokus atau tidur.

2. Hubungan yang Terganggu: Keluarga atau pasangan bisa merasa lelah menghadapi kecemasan yang terus-menerus, apalagi jika kamu terus membicarakan kemungkinan penyakit yang belum tentu ada.

3. Biaya Kesehatan yang Tidak Perlu: Kamu bisa jadi terlalu sering periksa ke dokter, minta tes lab yang tidak dibutuhkan, bahkan coba pengobatan yang belum tentu tepat.

4. Mengabaikan Diagnosis Nyata: Ironisnya, terlalu fokus pada kemungkinan penyakit parah bisa membuat kamu tidak percaya saat dokter bilang kondisimu baik-baik saja. Akibatnya, perawatan yang sebenarnya dibutuhkan malah diabaikan.

Bagaimana Cara Mengatasi Cyberchondria?

Berikut beberapa langkah yang bisa kamu coba untuk mengendalikan cyberchondria:

1. Sadari Polanya

Langkah pertama adalah sadar bahwa kamu sedang terjebak dalam pola pikir ini. Perhatikan kapan kamu mulai cemas, apa yang memicu keinginan mencari informasi, dan bagaimana perasaanmu setelah membaca.

2. Batasi Waktu Mencari Informasi Kesehatan

Tentukan batas waktu. Misalnya, hanya 10–15 menit sehari, dan hanya dari sumber yang tepercaya. Jangan mencari informasi larut malam atau saat sedang lelah, karena itu bisa memperburuk kecemasan.

3. Gunakan Sumber yang Kredibel

Pilihlah website kesehatan dari institusi medis ternama, seperti WHO, Mayo Clinic, atau situs resmi rumah sakit. Hindari forum bebas, blog pribadi, atau akun media sosial yang tidak jelas keahliannya.

4. Konsultasikan Langsung ke Dokter

Kalau kamu merasa ada keluhan kesehatan, cara paling aman adalah berkonsultasi langsung ke dokter. Jangan mendiagnosis diri sendiri. Dokter punya ilmu, pengalaman, dan alat diagnosis yang tidak bisa digantikan oleh mesin pencari.

5. Berlatih Mindfulness dan Manajemen Stres

Latihan seperti meditasi, pernapasan dalam, journaling, atau yoga bisa membantu meredakan kecemasan. Ketika pikiran mulai kalut, alihkan perhatian dengan aktivitas fisik atau hobi yang menyenangkan.

6. Pertimbangkan Bantuan Psikolog

Kalau kecemasan sudah mengganggu kualitas hidup, jangan ragu mencari bantuan profesional. Terapi kognitif perilaku (CBT) terbukti efektif mengatasi gangguan seperti cyberchondria.

Kesimpulan

Internet bukan musuh. Justru, ia bisa jadi alat yang sangat membantu kalau digunakan dengan bijak. Tapi kalau kamu merasa malah makin cemas setelah cari informasi kesehatan, mungkin sudah waktunya berhenti sejenak, tarik napas, dan tanyakan pada diri sendiri: “Apakah aku benar-benar butuh informasi ini, atau aku hanya sedang mencari ketenangan yang salah arah?”

Cyberchondria bisa menimpa siapa saja, apalagi di era digital saat ini. Tapi dengan kesadaran, edukasi, dan bantuan yang tepat, kita bisa mengembalikan fungsi internet ke jalurnya: sebagai alat bantu, bukan pemicu kecemasan.

Kalau kamu merasa artikel ini menggambarkan kondisi yang sedang kamu alami, jangan khawatir. Kamu tidak sendiri. Banyak orang mengalami hal serupa. Yang penting adalah mulai mengenali, memahami, dan mengelola kecemasan itu dengan cara yang lebih sehat.

Dan ingat, kesehatan mental juga bagian dari kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Referensi

Keseringan Googling Penyakit, Awas Kena Cyberchondria
https://www.halodoc.com/artikel/keseringan-googling-penyakit-awas-kena-cyberchondria

Mengenal Cyberchondria, Cemas karena Sering Googling Gejala Penyakit
https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/cyberchondria/

Penjelasan Cyberchondria Beserta Penyebab dan Cara Mengatasinya
https://hodaiweb.com/penjelasan-cyberchondria-beserta-penyebab-dan-cara-mengatasinya/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *