Cerutu sebuah Pengenalan Awal
Cerutu acapkali diidentikkan dengan tingkat kesejahteraan, bahwa ketika ia telah menghisap cerutu maka ia telah mencapai tahap keberhasilan ekonomi. Sejatinya cerutu tidak lepas dari sebuah upaya melawan penjajahan guna mencapai kemerdekaan sebuah bangsa. Tulisan sederhana ini mencoba menguak peran cerutu dalam upaya mencapai sebuah revolusi kemerdekaan.
Cerutu adalah gulungan daun tembakau yang dipergunakan untuk merokok. Kata Cigar dalam bahasa Spanyol yang bermakna menghisap cerutu atau rokok diadaptasi dari bahasa Suku Maya sik’ar. Kegiatan Suku Indian Maya menghisap cerutu sendiri diperkirakan telah telah ada sejak Abad X. Christopher Columbus beserta anak buahnya adalah orang yang memperkenalkan tradisi menghisap gulungan tembakau kepada masyarakat luas (https://www.britannica.com/science/nicotine).
Beberapa antropolog dan arkeolog meyakini bahwa tradisi menghisap tembakau sendiri telah ada sejak 10.000 SM. Pada Abad XVI tembakau bukanlah dianggap buruk seperti saat ini. Pada masa itu tembakau dianggap sebagai herba yang dapat menyembuhkan beberapa penyakit. Bahkan tembakau pada era tersebut disebut sebagai The Queen’s Herb (https://lapatiala.com/history-of-cigars/).
Tembakau pertama kali diperkenalkan pertama kali oleh penduduk asli Kepulauan Bahama di abad XVI. Tanaman tembakau kemudian dibawa ke Filipina untuk dicoba ditanam melalui jalur perdagangan Acapulco. Benih tanaman ini kemudian dibagikan kepada komunitas Umat Katolik di Filipina untuk coba ditanam dengan perkiraan bahwa Filipina memiliki iklim dan tanah yang mampu menghasilkan tanaman tembakau berkualitas tinggi. Cerutu sebagai salah satu produk turunan tanaman tembakau menjadi popular di Amerika Serikat. Setidaknya terdapat sekitar 1962 keluarga dengan 7924 orang yang bekerja dan menggantungkan hidupnya di sektor usaha industri cerutu di Kota New York pada tahun 1883. Hingga tahun 1905 setidaknya terdapat sekitar 80.000 industri cerutu berdiri di Long Island Virginia pada tahun 1905 (diklatkerja.com, 2024).
Pemimpin Dunia, Cerutu dan Revolusi
Cerutu acapkali menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perjuangan kemerdekaan kaum revolusioner di dunia. Che Guevara adalah salah satu revolusioner penggemar cerutu, ia memiliki sebuah kalimat yang cukup terkenal di kalangan kaum revolusioner: “cerutu adalah teman yang sejati bagi seorang prajurit yang kesepian.” Cerutu bagi seorang Che Guevara menjadi sahabat sejati yang menemaninya berjuang melawan penjajahan. Ketika ia ditangkap dan dijatuhi hukuman mati, ia menikmati sebatang cerutu sebelum menjalani eksekusi hukuman mati. (https://www.cigaraficionado.com/article/ches-habanos-7488).
Presiden Kuba Fidel Castro, menjadi teman perjuangan Che Guevara yang sekaligus merupakan penikmat cerutu. Ia menjadi presiden Kuba yang sukses memberantas buta huruf di negaranya dan berhasil melawan dominasi ekonomi negara barat di negaranya. Bbersama dengan Che, Fidel Castro berhasil menumbangkan pemerintahan Batista yang korup. Bagi Castro, cerutu merupakan teman setia yang menemaninya dalam melakukan diplomasi internasional, dan menggerakkan revolusi. Melalui cerutu para lawan politiknya berusaha membunuh Castro dengan membubuhi racun pada cerutunya, tetapi tak satupun berhasil membunuhnya. Ketika ia meninggal rakyat Kuba membuat cerutu sepanjang 90 meter, sesuai dengan umur Castro saat meninggal yaitu 90 tahun (cigarindonesia.id).
Tidak hanya Che Guevara, beberapa tokoh dunia lainnya juga merupakan penikmat cerutu dalam memperjuangkan kemerdekaan atau dalam menghadapi agresi dalam Perang Dunia 2. Winston Churchill, Perdana Menteri Inggeris era Perang Dunia 2 merupakan seorang penikmat cerutu. Churchill pertama kali mengenal cerutu ketika ia berkunjung ke Kuba pada tahun 1895. Ia menjadi penggemar berat cerutu sejak itu, dan setidaknya menghabiskan 10 batang cerutu perhari. Dua buah merek cerutu Kuba yang menjadi kegemarannya adalah: Romeo y Julieta dan La Aroma de Cuba. Cerutu terssebut menemaninya dalam menghadapi kondisi terburuk dalam Perang Dunia 2. Sebagai salah satu tokoh dunia penikmat cerutu, Churchill merupakan tokoh yang sangat lekat dengan cerutu. (https://www.biography.com/political-figures/winston-churchill-cigars).
Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy adalah salah seorang penggemar berat cerutu Kuba. Presiden Kennedy adalah penandatangan embargo ekonomi (akibat Krisis Kuba) atas Kuba, tetapi problemnya ia adalah pecinta cerutu. Untuk itu ia melakukan langkah cerdik. Sebelum ia menandatangani sanksi ekonomi atas Kuba, ia memerintahkan sekeretarisnya, Pierre Salinger untuk mendapatkan cerutu Kuba sebanyak-banyaknya. Pada akhirnya Salinger berhasil mendapatkan sebanyak 1200 batang cerutu Kuba. Setelah ia mendapatkan cerutu tersebut, tak lama kemudian Presiden Kennedy menandatangani sanksi ekonomi atas Kuba (https://www.cigarsdirect.com/blogs/cigar-aficionado/american-presidents-who-loved-their-cigars).
Presiden Sukarno juga merupakan pemimpin negara yang juga penikmat cerutu selain rokok. Beliau ketika berkunjung ke Kuba pada Tahun 1960 terlibat diskusi yang hangat dengan Presiden Kuba, Fidel Castro. Presiden Soekarno dan Presiden Fidel castro saling bertukar tembakau dalam jamuan di Havana Kuba. Presiden Kuba memberikan sebatang cerutu kepada Presiden Sukarno untuk dinikmati. Ketika Presiden Sukarno memberikan sebatang rokok merek Players asal Inggeris Fidel Castro terkejut. Menurut Castro mengapa Sukarno tidak menghisap rokok asli Indonesia, justru memilih rokok asal Inggeris? Sukarnopun menjawab: “Betul, kaum imperialis dan kalpitalis itu hars dihisap sampai jadi abu dan debu.” (National Geographic Indonesia, 2023).
Presiden RI Soeharto juga salah satu tokoh dunia yang sekaligus penikmat cerutu. Jenderal TNI (Pur) Rudini menjelaskan bahwa cerutu menjadi pertanda bagaimana suasana hati Soeharto. Jika Presiden Soeharto tengah menghisap cerutu itu merupakan pertanda bahwa suasana hatinya sedang riang (in good mood). Menurut Azwar Anas (Menteri Perhubungan 1988-1993) juga mengenali suasana hati Soeharto melalui cerutu. Dia akhir-akhir masa kepresidenan, beliau Soeharto tidak menghisap cerutu ataupun merokok karena ada larangan dokter. Sebagai gantinya ia akan menggigit cerutu, jika beliau menggigit cerutu besar maka itu pertanda hati dan pikirannya sedang baik, jika beliau tengah menggigit cerutu kecil berarti suasana hati dan pikirannya sedang tidak baik (Historia.id, 2024).
Penutup
Cerutu bukan sekedar rokok yang dihisap dan dibuang setelahnya. Cerutu menjadi simbol dari banyak tokoh dunia dalam menghadapi masa-masa perjuangan dan revolusi bangsanya. Jauh sebelum rokok kretek atau rokok jenis filter terkenal, cerutu telah menjadi sarana bagi para pejuang melawan tirani kaum penjajah. Cerutu bukanlah sekedar gaya hidup, bahwa ketika ia telah menghisap cerutu ia telah berada dalam barisan kaum bangsawan kaya-raya. Cerutu adalah bentuk dari perjuangan anak manusia dalam menghadapi kerasnya hidup. Ia menjadi simbol perjuangan berat anak manusia dalam mewujudkan cita-citanya. Dari revolusi Kuba, Perang Dunia di Eropa, hingga tokoh pemimpin Indonesia menjadikan sebatang cerutu sebagai bagian yang tak terpisahkan dari perjuangan bangsanya melawan tirani penjajahan.
Baca juga: 11 Kunci Panjang Umur Secara Ilmiah Menurut Para Ahli