Opini  

Apa Persamaan Antara Polisi Skena vs Polisi Moral?

Luna Septalisa
Ilustrasi skena musik di sebuah konser
Ilustrasi skena musik di sebuah konser (Foto: Sebastian Ervi from Pexels)

Apa Persamaan Antara Polisi Skena vs Polisi Moral? Nah, penasarankan. Yang penasaran yuk merapat!

Pernah tidak, ketika kamu memakai kaos band (band T-shirt) tertentu, lalu temanmu tanya tentang lagu-lagu karya band yang bersangkutan? Ketika kamu tidak bisa menyebutkan satu lagupun karena sebenarnya kamu tidak tahu apa-apa soal band tersebut, apakah kamu langsung diceramahi oleh temanmu itu? 

Kalau pernah, kemungkinan kamu sedang “ditilang” oleh polisi skena. Istilah apa lagi tuh? 

 

Skena (Sua, Cengkerama, Kelana)

Istilah ‘skena’ yang lagi ramai di TikTok ini merupakan singkatan dari sua, cengkerama, kelana. Adapun arti dari skena adalah sekumpulan orang yang memiliki minat atau kesukaan yang sama terhadap suatu hal, lalu bercengkerama untuk bertukar pikiran hingga berkelana bersama. Misalnya, kumpulan sesama penyuka musik rock bisa disebut dengan skena rock, sesama penyuka musik punk disebut dengan skena punk dan sebagainya. 

Melihat dari pengertiannya, tidak ada yang buruk dari istilah ini. Namun, setelah viral di TikTok dan disalahgunakan oleh beberapa oknum, istilah skena mengalami pergeseran makna jadi berkonotasi negatif. Gara-gara ulah segelintir oknum lah, skena jadi diidentikkan dengan sekumpulan orang yang suka mengkritik penikmat musik aliran lain. Mereka inilah yang disebut sebagai polisi skena

 

Polisi Skena

Kehadiran polisi skena yang merasa paling paham musik tak jarang mengomentari pendengar musik lain, baik itu perihal cara menikmati musik, pengetahuan musik dan sebagainya. Tidak cuma saat konser, polisi skena juga biasa muncul di media sosial dengan berbagai komentar soal musik. 

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan unggahan atau komentar-komentar mereka soal musik selama niatnya untuk berbagi wawasan atau tujuan-tujuan baik lainnya. Namun, bakal jadi annoying ketika seseorang bersikap seolah dirinya adalah “si paling ngerti musik”, kemudian merasa berhak menghakimi selera atau preferensi musik orang lain. 

Entah darimana bibit munculnya polisi skena di tengah pencinta musik yang damai. Kemungkinan ini sepertinya berawal dari kegandrungan beberapa anak muda akan musik indie. Prinsip mereka adalah semakin “indie” musik yang didengarkan dan digandrungi, semakin kerenlah mereka. Ironisnya, mereka sendiri masih sering salah kaprah soal musik indie itu sendiri.

 

Polisi Moral

Selain polisi skena, ada lagi yang juga sering menimbulkan keresahan di masyarakat, yaitu polisi moral. Di dunia nyata, kehadiran polisi moral kadang berhubungan dengan situasi sosial-politik suatu wilayah, terutama wilayah yang menerapkan hukum negara berlandaskan nilai atau ajaran agama tertentu. Hal ini dapat dilihat penerapannya di Iran, di mana polisi moralitas memiliki wewenang untuk menegakkan aturan soal ketidaksopanan dan kejahatan sosial. Mereka pun punya akses kekuasaan, senjata dan pusat penahanan. 

Keberadaan dan tindakan polisi moralitas ini kerap membuat geram masyarakat Iran maupun demonstran karena tindakannya yang represif. Salah satu tindakan represif mereka yang mengundang perhatian dunia adalah kasus Mahsa Amini. Amini ditangkap dan ditahan karena dianggap melanggar aturan berpakaian. Dalam tahanan itulah, ia meninggal akibat penganiayaan oleh aparat. 

 

Contoh Polisi Moral

Meski pun keberadaan polisi moralitas bukan hal yang umum di Indonesia, namun polisi moral dapat kita temukan di media sosial. Contoh polisi moral yang cukup militan di media sosial adalah kelompok beragama yang konservatif. Kelompok ini kerap menargetkan perempuan sehingga narasi-narasi yang disebarkan tidak jauh-jauh dari mengatur tubuh dan moral perempuan serta penekanan pada kerja-kerja domestik. 

Jika mereka menemukan seorang perempuan mengunggah foto tanpa jilbab atau jilbab yang dikenakan kurang panjang misalnya, mereka tak segan mengomentari cara berpakaian perempuan tersebut. Di akhir komentar yang menghakimi dan menyakitkan itu, seringkali dibubuhi kalimat penutup, “Maaf, sekadar mengingatkan”. 

Jadi, apa persamaan antara polisi skena dan polisi moral? 

 

Persamaan Polisi Moral dan Polisi Skena

Kesamaannya adalah keduanya sama-sama merasa diri dan kelompoknya sebagai “si paling superior”. Perasaan superior membuat mereka gemar mengomentari hal-hal yang dianggap tidak sesuai dengan perspektif mereka. 

Polisi skena merasa berhak untuk mengkritik selera, cara menikmati ataupun pengetahuan musik seseorang yang menurut mereka kurang. Padahal masalah selera musik itu personal dan tidak seharusnya diatur-atur. Tidak semua orang harus mengetahui semua lagu yang ada di dunia. Bahkan tidak ada masalah juga kalau seseorang hanya tahu satu dua lagu milik seorang musisi. 

Nah, kalau melihat temanmu memakai kaos Metallica, My Chemical Romance, Avenged Sevenfold atau band-band lainnya, plis, tidak perlu meminta dia buat nyebutin album plus lagu-lagu mereka dari zaman debut sampai yang terakhir dirilis. Toh, musisi yang bersangkutan malah santuy aja dan tidak pernah memaksa orang lain untuk harus tahu, baik nama maupun karya mereka. 

Sementara polisi moral merasa bahwa pemahaman agama mereka adalah yang paling benar sehingga lebih berhak atas kavling surga. Sama dengan polisi skena, polisi moral juga sering memaksakan perspektif mereka pada orang lain. Perilaku seperti ini sama saja dengan mengekang kebebasan berekspresi. Keduanya sama-sama membuat sesuatu yang seharusnya dapat dijalankan dengan cara yang menyenangkan jadi tidak asyik karena standarisasi kaku yang mereka buat. Wajarlah kalau kemudian orang-orang merasa risih. 

 

Hanya Bersifatnya Personal

Jadi, yang diperdebatkan baik oleh polisi skena maupun polisi moral, kebanyakan adalah hal-hal yang sifatnya personal. Mau diperdebatkan sesengit apa juga percuma. 

Untuk polisi moral sebenarnya bisa sih diperlukan dalam kondisi tertentu, yakni ketika apa yang dilakukan seseorang mengganggu ketertiban umum atau membahayakan keselamatan hidup orang lain. Yang menyebalkan itu, ketika urusan privat dicampuri oleh polisi moral sehingga jadi urusan publik, ramai lalu viral. Kayak moral sendiri udah baik aja

Referensi:

  1. https://beritadiy.pikiran-rakyat.com/viral/pr-706838645/skena-itu-apa-ini-arti-bahasa-gaul-yang-viral-di-tiktok-tentang-julukan-anak-skena-dan-polisi-skena
  2. https://www.cnnindonesia.com/internasional/20221205074949-120-882806/apa-itu-polisi-moral-iran-yang-bikin-geram-warga-dan-demonstran

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *