Turunnya Angka Pernikahan | Menikah adalah satu-satunya cara untuk tetap menjaga populasi manusia di muka bumi ini. Seiring perkembangan zaman, kini muncul sebuah istilah baru yang mampu mempengaruhi generasi muda memilih untuk menikmati hidupnya sendiri.
Turunnya angka pernikahan di Asia tidak hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan di Jepang dan Korea. Dua negara maju ini sudah tidak heran lagi dengan jumlah pernikahan yang turun setiap tahunnya.
Menurut beberapa rekan terdekat, saya beranggapan bahwa penurunan minat menikah ini karena pergeseran pandangan yang sampai pada akhirnya membentuk ideologi baru bahwa bahagia tak harus menikah.
Maka akan saya uraikan beberapa faktor yang menjadikan turunnya angka pernikahan di Indonesia. Ini saya dapatkan dari mengamati beberapa rekan terdekat, dan beberapa orang yang memang memiliki pandangan terdapat pernikahan bukanlah sebuah yang harus.
Berikut beberapa faktor yang saya dapatkan dari pengamatan saya:
Disebabkan karena Ekonomi
Permasalahan finansial memang sangat umum dijadikan sebuah alasan untuk tidak menikah. Mengingat bahwa kondisi finansial sangat menentukan keberlangsungan hidup manusia.
Terlebih jika kondisi finansial yang belum cukup matang, maka akan memunculkan kekhawatiran yang berlebih terhadap pemikiran generasi muda saat ini.
Oleh karena itu, banyak di antara kami, generasi muda memilih untuk membangun finansial yang lebih kuat sebelum menikah.
Generasi muda tidak serta merta tidak mau menikah dengan alasan finansial ini, banyak di antaranya yang hanya menunda pernikahan dan memilih untuk menyiapkan finansial yang lebih matang lagi.
Feminisme
Feminisme merupakan salah satu yang bisa menjadi faktor mengapa turunnya angka pernikahan. Bukan karena ideologi yang feminisme ajarkan. Melainkan pergeseran ideologi bahwa perempuan bisa melakukan apa yang bisa laki-laki lakukan.
Sederhananya seperti ini, jika dahulu seorang perempuan diharuskan untuk menjadi istri, ibu, dan merawat anak serta rumah, kini kami para perempuan mendapat pandangan baru bahwa perempuan juga memiliki dirinya atas kehidupannya.
Dari ideologi inilah yang menjadikan perempuan jaman saat ini dan jaman dahulu berbeda. Perempuan modern saat ini lebih memilih untuk mengejar pendidikan atau karir.
Namun, ideologi ini tidak serta merta menjadikan perempuan modern tidak mau menikah, akan tetapi lebih ingin mengejar cita-cita, keinginan, dan menyiapkan mental, diri dan banyak hal lainnya untuk menjadi seorang istri dan ibu yang lebih baik dari generasi sebelumnya.
Keluarga
Meski samar terlihat apa yang menjadikan keluarga sebagai salah satu faktor penyebab turunnya angka pernikahan di Indonesia. Namun ini adalah salah satu faktor yang tak kalah sering dijadikan sebuah alasan bagi para generasi muda.
Seperti misalnya, seorang anak yang mengalami broken home, menurut pengakuan rekan saya yang mengalami hal tersebut, hal ini menjadikannya enggan untuk menikah. Ini lebih ke dalam bentuk trauma terhadap suatu kondisi.
Kemudian munculnya generasi sandwich, sebuah istilah yang digunakan untuk mengistilahkan sebuah kondisi anak yang harus menanggung seluruh kebutuhan rumah, orang tua, dan adik-adiknya.
Adanya generasi sandwich dalam suatu keluarga, ini juga menjadikan salah satu penyebab yang menjadikan generasi muda saat ini enggan untuk menikah terlebih dahulu.
Trauma-trauma yang diciptakan dalam lingkungan keluarga sendiri ini lah yang menjadikan generasi muda saat ini memilih menunda pernikahan atau bahkan memilih untuk tidak menikah.
Karena kita hidup dan tumbuh dalam sebuah lingkungan yang akan menentukan bagaimana kita ke depannya, maka tidak heran jika keluarga merupakan faktor dasar yang menjadikan menikah itu adalah hal yang menyeramkan.
Toxic Media Sosial
Masih banyak faktor-faktor yang menjadikan turunnya angka pernikahan di Indonesia, yang terakhir adalah toxic media sosial yang sangat mudah kita konsumsi setiap harinya.
Kali ini tidak berangkat dari rekan-rekan saya, melainkan ini datang dari pengalaman saya pribadi terkait dunia pernikahan.
Dalam 24 jam, saya bisa menghabiskan hampir separuhnya untuk menggunakan media sosial. Hal inilah yang menjadikan saya mengonsumsi konten-konten yang pada akhirnya memunculkan stigma bahwa menikah adalah hal yang menyeramkan.
Misalnya, berita perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga, dan banyak hal mengerikan yang ditampilkan di media sosial dengan balutan “Rumah Tangga”. Ini benar-benar mempengaruhi minat saya ingin menikah.
Hal-hal negatif terkait pernikahan tersebut yang menjadikan saya khawatir hingga takut untuk menikah.
Kesimpulan
Penurunan angka pernikahan di Indonesia dan negara Asia lainnya seperti Jepang dan Korea disebabkan oleh beberapa faktor utama.
Pertama, masalah ekonomi di mana generasi muda cenderung menunda pernikahan untuk memperkuat kondisi finansial mereka.
Kedua, pengaruh feminisme yang memberikan pandangan bahwa perempuan dapat mengejar pendidikan dan karir terlebih dahulu sebelum menikah.
Ketiga, faktor keluarga, seperti pengalaman broken home dan kondisi generasi sandwich, yang dapat menyebabkan trauma dan keengganan untuk menikah.
Terakhir, pengaruh negatif dari media sosial yang sering menampilkan konten tentang masalah pernikahan seperti perselingkuhan dan kekerasan dalam rumah tangga, yang menimbulkan stigma negatif terhadap pernikahan.
Kombinasi dari faktor-faktor ini membentuk pandangan baru di kalangan generasi muda bahwa kebahagiaan tidak harus dicapai melalui pernikahan.
Sekian opini saya tentang beberapa faktor penyebab turunnya angka pernikahan khususnya di Indonesia, sampai jumpa di opini selanjutnya, hanya di Suara Kreatif.
Sumber: databoks.katadata.co.id