Pelecehan di Metaverse: Dampak Trauma seperti di Dunia Nyata – Baru-baru ini publik dihebohkan dengan munculnya kabar dari seorang gadis berusia 16 tahun di Inggris yang mengaku mengalami pelecehan seksual secara virtual. Ia mendapatkan perlakuan tersebut secara beramai-ramai saat bermain game online di dunia Metaverse milik Meta, Horizon Worlds. Saat itu, dia sedang berada di ruang virtual bersama beberapa pengguna lain. Lalu, beberapa pria dewasa menyerang avatarnya (karakter digital di dunia metaverse) secara seksual.
Kepolisian Inggris mengungkapkan bahwa korban tidak memiliki luka fisik, namun diduga terserang secara psikologis dan mengalami trauma layaknya korban “pemerkosaan” di dunia nyata.
Mungkin publik bertanya-tanya, mungkinkah hal itu terjadi? Apakah trauma yang timbul dari kasus tersebut benar-benar nyata dan butuh penanganan khusus?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa itu metaverse? Bagaimana cara kerjanya? Kegiatan apa saja yang dapat dilakukan di dunia virtual tersebut dan apa saja dampak negatifnya bagi kehidupan nyata?
Apa itu Metaverse?
Di era digital yang sudah serba canggih seperti sekarang ini, banyak bermunculan istilah-istilah baru di dunia teknologi. Salah satunya yang semakin populer di kalangan masyarakat, yaitu dunia metaverse. Apa itu metaverse?
Kebanyakan orang mungkin mengira jika istilah metaverse baru saja terkenal setelah CEO Facebook, Mark Zuckerberg mengubah nama perusahaannya menjadi Meta Platforms Inc. Ia juga mengganti kode sahamnya menjadi MRVS pada 1 Desember 2021 silam. Publik menilai jika bos facebook itu melakukan Re-branding dengan merangkul ide yang futuristik dengan istilah metaverse.
Namun, tahukah kalian jika istilah metaverse telah diciptakan sejak tahun 1992 lalu?
Ya, istilah metaverse muncul pertama kali dalam sebuah novel karya Neal Stephenson yang berjudul Snow Crash. Dalam novel tersebut secara keseluruhan bercerita mengenai manusia sebagai avatar yang dapat berinteraksi dengan avatar lain di sebuah ruang virtual 3D. Ruang virtual 3D ini dianggap sebagai perbandingan dari dunia nyata. Uniknya, dalam novel tersebut juga menggambarkan bagaimana ruang virtual 3D yang ada secara detail.
Seiring berjalannya waktu banyak ahli yang mengembangkan istilah metaverse dalam beberapa definisi, sehingga dapat disimpulkan bahwa :
“Metaverse adalah konsep ruang virtual yang dibuat semirip mungkin dengan dunia nyata. Konsep ini merupakan bagian dari internet yang memungkinkan seseorang untuk dapat terlibat dan berinteraksi secara langsung di dalamnya”.
Cara Kerja
Bila seseorang ingin masuk ke dunia metaverse tergolong sangatlah mudah. Kita hanya perlu mendaftarkan diri ke platform yang telah disediakan, contohnya Decentraland. Jika sudah terdaftar, segeralah masuk ke dunia metaverse menggunakan perangkat yang ada. Perangkat tersebut meliputi headphone, kacamata Virtual Reality (VR), dan koneksi internet.
Selain itu, ada perangkat tambahan lain seperti sarung tangan haptic dan tangan robot. Perangkat tambahan ini tidak wajib, jika tidak memilikinya tidak apa-apa.
Kegiatan yang Bisa Dilakukan di Metaverse
Di dunia metaverse kita bisa melakukan hal-hal seperti pergi ke konser virtual, melakukan perjalanan online, membuat atau melihat karya seni, dan mencoba pakaian digital untuk dibeli.
Selain itu, metaverse bisa menjadi game changer untuk sistem shift kerja dari rumah (Work From Home), dalam hal ini karyawan bisa bekerja melalui kantor virtual, agar bisa mencoba cara selain melalui aplikasi video conference agar karyawan tidak merasa jenuh.
Dampak Negatif Metaverse
Kecanggihan teknologi tidak selamanya menguntungkan kita, semuanya pasti ada sisi gelap yang harus diwaspadai. Antara lain :
- Tidak baik untuk kesehatan
Semua teknologi jika digunakan secara berlebihan pasti akan berdampak buruk bagi kesehatan. Saking asyiknya bermain-main di dunia virtual, kita bisa lupa waktu, lupa makan, hingga tidur.
- Kecanduan
Di dunia metaverse pengguna bisa melakukan apapun tanpa batas, hal tersebutlah yang dapat membuat pengguna merasa nyaman, seperti halnya dampak sebelumnya saking nyaman dan asyiknya kamu di dunia virtual akan menjadi kecanduan dan lupa melakukan aktivitas lain di dunia nyata.
- Banyaknya Hacker
Di dunia metaverse, hacker dapat lebih mudah untuk melancarkan aksi kejahatannya. Karena semuanya mudah diketahui dan dilakukan dengan adanya kontak seperti di dunia nyata, contohnya mencuri.
- Terjadinya Pencurian Data
Pencurian data melalui dunia virtual sangatlah canggih dan mudah dilakukan. Cukup dengan mengirimkan kode lewat email, maka seluruh data pengguna bisa dicuri oleh pelaku kejahatan. Terlebih di dunia metaverse yang sudah mulai berkembang saat ini, data pengguna bisa diketahui dengan menggunakan kontak virtual yang sama seperti dunia nyata.
- Pembullyan Secara Virtual
Semakin mudah melakukan tindakan kejahatan di dalam dunia virtual, tak terkecuali pembullyan. Dampak yang akan terjadi dari tindakan ini akan berpengaruh terhadap mental pengguna yang menjadi korban. Akibatnya korban akan mengalami stress dan depresi secara nyata.
- Virus yang Canggih tidak Memperlihatkan Bentuk Aslinya
Virus dapat dengan mudah menyerang perangkat melalui email, pesan, dan juga telepon. Virus tersebut muncul dengan cara yang sulit diperkirakan oleh pengguna.
- Pelecehan Seksual
Inilah highlight dari pembahasan kita, seperti dalam kasus yang sedang ramai dibicarakan di atas dan menjadi perhatian penulis dalam artikel ini.
Pelecehan Virtual : Masalah Serius di Metaverse
Pelecehan virtual adalah sebuah fenomena yang sering muncul di dunia Metaverse. Hal ini terjadi ketika seseorang mengalami tindakan yang tidak pantas, baik dalam bentuk verbal maupun visual. Dalam hal ini, pelecehan secara virtual sama halnya dengan pelecehan secara dunia nyata yaitu memiliki beberapa jenis, antara lain :
Pelecehan Verbal : Hal ini melibatkan penggunaan kata-kata kasar dan kotor. Tindakan ini sangat tidak pantas dilihat di lingkungan virtual, karena dapat menyebabkan perasaan tidak nyaman terhadap pengguna.
Pelecehan Visual. : Pelecehan virtual jenis ini melibatkan penggunaan konten atau gambar yang mengganggu dan tidak pantas untuk ditampilkan. Hal ini dilakukan dengan cara membagikan gambar berbau pornografi.
Selain itu, jenis pelecehan virtual lain ada yang berbentuk langsung diarahkan kepada pengguna, seperti melakukan ancaman dimana si pelaku memaksa korban untuk mengirimkan gambar dirinya. Ini dilakukan dengan tujuan untuk memuaskan hasrat si pelaku pelecehan.
Masalah pelecehan virtual menjadi permasalahan serius yang sering terjadi saat ini. Seiring dengan berkembangnya dunia virtual dan meningkatnya jumlah pengguna, juga ikut memberikan peluang besar terhadap para pelaku kejahatan online untuk melancarkan aksinya. Oleh karena itu, perlunya penanganan serius untuk mengatasi masalah tersebut terutama kebijakan dari pihak perusahaan platform.
Apalagi, dunia maya saat ini sudah semakin mendekati realistis. Dimana pengguna dapat merasakan sensasi hampir seperti dunia nyata. Begitupun, dampak yang ditimbulkannya berpotensi sama.
Dampak Pelecehan Virtual di Metaverse
Dampak yang ditimbulkan dari tindakan pelecehan seksual secara virtual tidak boleh diabaikan dan dianggap remeh. Tindakan tersebut dapat mengakibatkan berbagai macam masalah kesehatan mental dan psikologis. Di antaranya, stress, depresi, serta gangguan kecemasan. Hal tersebut membuat korban merasa gelisah setiap kali bersentuhan dengan teknologi, sehingga dapat memicu munculnya rasa trauma.
Di samping itu, pelecehan virtual juga dapat menimbulkan perasaan tidak aman dan mengganggu rasa nyaman para pengguna yang seharusnya merasa terhibur.
Lantas, Bagaimanakah Cara Mengatasinya?
Pertama, penting bagi pihak perusahaan penyedia platform metaverse memiliki kebijakan dan mekanisme penanganan pelecehan yang efektif. Kebijakan tersebut dapat berupa pelaporan konten yang tidak pantas, pertemuan pengguna yang tidak diinginkan, dan hukuman yang tegas bagi pelaku pelecehan.
Kedua, perlu adanya pemahaman kepada pengguna untuk menciptakan kesadaran mengenai perilaku menghormati sesama pengguna, dan bertindak secara sopan dalam berinteraksi di ruang virtual. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan dengan cara memberikan daftar hal-hal apa saja yang tidak seharusnya dilakukan di metaverse.
Terakhir, teknologi tersebut juga dapat menjadi solusi untuk mengatasi kasus pelecehan, dengan cara pihak pengembang harus mengintegrasikan fitur keamanan yang kuat dalam platform mereka. Caranya dapat berupa memfilter kata-kata yang tidak pantas, memblokir pengguna yang melanggar aturan, dan sistem pengawasan yang efektif.
Kesimpulannya
Menjaga lingkungan metaverse yang aman dan inklusif adalah hal yang sangat penting. Maka dari itu, perlu adanya kolaborasi antara pengguna, pihak platform, dan pihak otoritas dalam mewujudkan tujuan tersebut. Pengguna harus merasa didukung dan dilindungi oleh pihak platform, serta memiliki akses yang mudah untuk meminta bantuan ketika menghadapi situasi yang tidak diinginkan. Selain itu, dukungan dari pihak otoritas juga sangat penting dengan mengambil peranan sebagai pengawas dan menindak pelanggaran yang serius.
Selanjutnya, edukasi terhadap pengguna juga sangat diperlukan. Memberikan pendidikan mengenai etika berteknologi di metaverse dengan cara memberikan pemahaman tentang kesadaran dan memberikan panduan perilaku untuk menjaga tingkah laku yang baik selama berada di dunia virtual.
Referensi :
https://www.gramedia.com/literasi/metaverse-adalah/#google_vignette
https://iptek.co.id/dibalik-kecanggih-metaverse-ternyata-memiliki-dampak-negatif/