Barangkali Fizi memang tidak puas hanya dengan screen time sebagai teman dekat dari tokoh utama dalam serial Upin Ipin sehingga membuat gebrakan baru. Tentu dapat dikatakan bahwa gebrakan Fizi berhasil membuat dirinya menjadi sorotan. Bahkan, menjadi pembahasan yang terus dibahas oleh netizen di Indonesia beberapa tahun silam. Para pembaca pun sudah langsung bisa menebak gebrakan tersebut, ‘kan? Ya, betul! Salah satu dialog Fizi yang ditujukan kepada Upin dan Ipin pada episode Syahdunya Syawal. Demikian dialognya: kalau takde ibu …, takde lah syurga.
Les’ Copaque pun merilis video Fizi klarifikasi sebagai imbas dari netizen Indonesia yang menyerbu kolom komentar Instagram pihak studio. Akhirnya, Fizi pun dilabeli sebagai tokoh dengan mulut yang ceplas-ceplos karena dialog tersebut. Namun, jika melihat beberapa episode Upin Ipin di musim-musim sebelumnya, sebenarnya ada dialog Fizi yang juga nyelekit. Hanya saja dialog tersebut tidak seheboh dialog pada episode Syahdunya Syawal. Oleh karena itu, mari kita kembali menyorot beberapa dialog dari Fizi yang ceplas-ceplos dan nyelekit.
Tentu bukan sekadar menyorot saja. Kita akan meminjam kacamata dari Jonathan Culpeper ahli bahasa yang dikenal kontribusinya akan ketidaksantunan berbahasa. Sederhananya, adalah ucapan kurang mengenakkan atau kata-kata yang nyelekit sebagai bentuk komunikasi. Sebagai bentuk komunikasi, kata-kata nyelekit ini bukan sekadar kurang mengenakkan saja, tetapi dapat digolongkan dalam berbagai jenis ketidaksantunan. Nah, teori inilah yang akan dipinjam untuk menyorot dialog Fizi yang ceplas-ceplos dan nyelekit.
Perlu diingat kembali juga bahwa tulisan ini tidak akan membahas rinci mengenai teori ketidaksantunan berbahasa Culpeper. Jika tertarik dengan teori tersebut, silakan membaca langsung di buku Culpeper, yaitu Impoliteness: Using Language to Cause Offence (2011).
#1 “Kau nak jadi pencuri?”
Dialog tersebut muncul pada salah satu episode yang cukup memorable bagi penonton setia Upin Ipin yang sudah tumbuh dewasa, yaitu pada episode Bila Besar Nanti (Musim ke-4) debut cita-cita si bocah kembar botak menjadi astronot. Dalam episode tersebut, Cikgu Jasmin meminta murid-muridnya maju satu per satu ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil gambaran tentang cita-cita mereka nantinya. Saat giliran Jarjit memperlihatkan gambarnya, Fizi pun melontarkan dialog nyelekitnya sontak membuat teman sekelasnya kaget.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa gambar Jarjit membuat bingung teman kelasnya, tetapi dialog Fizi tidak bisa dibenarkan juga. Dalam kacamata Culpeper, dialog Fizi tersebut sudah pasti terhitung ketidaksantunan berbahasa. Lebih tepatnya tergolong dalam jenis ketidaksantunan secara langsung karena Fizi secara spontan melontarkan kata yang kurang mengenakkan menuduh Jarjit ingin menjadi pencuri. Sebenarnya tidak ada maksud tertentu dari dialog nyelekit Fizi, kecuali murni ceplos-ceplos karena gambar Jarjit yang terkesan ambigu.
#2 “Kau kan berat, nanti tenggelam”
Jika dialog sebelumnya muncul pada musim era majapahit, dialog ini muncul pada musim Upin Ipin yang kualitasnya sudah upgrade. Musim ke-14, pada episode Dayung Laju-Laju. Sesuai judulnya, episode ini membahas mengenai kapal. Begitu pula dengan dialog Fizi. Semuanya bermula saat Upin, Ipin, dan sekawannya menanyakan rasanya naik kapal kepada Ehsan. Namun, Fizi dengan santainya berkata tidak ingin naik kapal dengan Ehsan karena: Kau kan berat, nanti tenggelam demikian dialog Fizi yang nyelekit itu.
Sama halnya dengan dialog sebelumnya, dialog Fizi kali ini tergolong ke dalam jenis ketidaksantunan langsung. Hal tersebut karena Fizi secara spontan menyinggung berat badan Ehsan yang gemuk, padahal Ehsan sama sekali tidak ada menyinggung fisik Fizi sebelumnya. Sama dengan dialog sebelumnya lagi, dialog Fizi kali ini pun tidak ada maksud tertentu. Keluar begitu saja dari mulutnya yang ceplas-ceplos itu.
#3 “Kalau takde ibu …, takde lah syurga”
Nah, ini, nih. Puncak dari dialog ceplas-ceplos dan nyelekitnya Fizi. Dialog ini muncul pada episode Syahdunya Syawal di musim ke-14. Episode tersebut merupakan spesial bulan suci Ramadhan yang seharusnya penuh pembelajaran untuk anak-anak yang baru mengenal bulan suci Ramadhan, tetapi justru menjadi sasaran empuk netizen Indonesia untuk digoreng-goreng di media sosial. Episode tersebut sebenarnya menarik, tetapi tertutupi oleh dialog Fizi yang dinilai kurang pantas.
Dibanding dialog-dialog nyelekit lainnya, dialog ini memang bisa dibilang di luar batas dan kurang pantas untuk dipertontonkan. Barangkali, pihak studio ingin menyampaikan sebuah pesan tentang meraih surga yang dibalut dengan sedikit jenaka, tetapi justru mengarah ke dark jokes yang menyinggung. Upin dan Ipin saja dibuat menangis, lantas bagaimana dengan anak-anak yatim piatu yang mendengar dialog Fizi. Karena itulah, netizen Indonesia ramai menyerbu pihak studio Les’ Copaque, bahkan sebagian netizen pun menghujat Fizi.
Tanpa kacamata Culpeper, dialog Fizi kali ini memang sudah tidak santun. Namun, marilah melihat menggunakan kacamata Culpeper terlebih dahulu. Sebab, dialog tersebut masih tergolong ke dalam jenis ketidaksantunan langsung. Hal tersebut sebenarnya karena Fizi lagi dan lagi spontan berucap. Tidak ada sama sekali maksud menyinggung ketiadaan orang tua Upin dan Ipin, bahkan Fizi baru sadar akan ucapannya yang menyinggung setelah dipukul oleh Mail. Ini bukan membela Fizi, ya. Ini hanya untuk memperkuat ketidaksantunan berbahasa dari Fizi.
#4 “Ini kau kata kapal? Bertampal sana, bertampul sini, buruknya”
Dialog ini muncul pada episode Dayung Laju-Laju (musim ke-14), episode yang sama dengan dialog pada pernyataan kedua sebelumnya. Fizi ini sungguh memiliki lisan yang bengis, bayangkan saja dia bertutur kata yang tidak mengenakkan sebanyak dua kali dalam satu episode. Salah satunya dialog ini. Saat Upin dan Ipin menunjukkan kapal sederhana yang dibuat dari kardus, kebengisan lisan Fizi pun keluar.
Berbeda dengan tiga dialog sebelumnya yang dilontarkan oleh Fizi secara spontan dan tidak bermaksud suatu hal. Dialog Fizi kali ini justru dilontarkan dengan sengaja dan bermaksud mencemooh kapal Upin dan Ipin yang diperkuat oleh reaksi tawanya. Karena itulah, jika dilihat dari kacamata Culpeper, dialog Fizi kali ini tergolong ke dalam jenis ketidaksantunan positif.
Definisi sederhana dari ketidaksantunan positif berarti tidak menghargai dan mengabaikan mitra tutur. Nah, dialog Fizi kali ini dapat dikatakan tidak menghargai kapal kardus milik Upin dan Ipin. Walaupun memang kapal milik Upin dan Ipin masih jauh dari kata bagus, tetapi Fizi pun harusnya menyaring perkataannya.
#5 “Kalau aku, aku akan ikut tengok wayang. Seronok pun, bisa makan popcorn”
Tampaknya Fizi cuma khilaf di satu episode saja. Itu pun kayaknya akibat serangan netizen sehingga ada video klarifikasi. Sebab, Fizi kembali lagi berulah dengan ceplas-ceplosnya yang nyelekit di musim ke-16, tepatnya pada episode Hari Bahagia Mei-Mei. Membaca judulnya saja, berarti episode ini berpusat pada si Mei-Mei yang bahagia—tepatnya karena sedang merayakan hari ulang tahun. Namun, coba bayangkan, ada seseorang yang mengacau dan tidak menghargai acara perayaan ulang tahun kita? Kurang lebih demikian yang dirasakan oleh Mei-Mei ketika mendengar Fizi lebih memilih menonton wayang, daripada menghadiri acara ulang tahun Mei-Mei.
Kayaknya sistem penyaringan lisan Fizi sudah rusak, deh. Semoga Culpeper tidak terlalu mempermasalahkan perihal kacamatanya yang dipinjam terus untuk menyorot si Fizi. Berhubung karena itu, dialog Fizi kali ini masih tergolong ke dalam jenis ketidaksantunan positif. Seperti yang telah disampaikan pada pernyataan ke empat sebelumnya, dialog Fizi ini tidak menghargai dan justru mengabaikan acara perayaan ulang tahun Mei-Mei. Untungnya Mei-Mei masih mau memaafkan dan menemani Fizi lagi.
#6 “Nak pakai kat mana? Ko orang bukannya ada rambut … botak!”
Lisan bengisnya Fizi kembali berulah lagi. Tidak terasa sudah enam nomor pernyataan dialog ceplas ceplos nyelekit dari Fizi. Kalau diteruskan lagi, kayaknya tulisan ini gak akan selesai-selesai. Jadi, mari menutup ini dengan dialog Fizi yang juga sempat menjadi sorotan netizen walau tidak seramai dialog Fizi pada episode syahdunya syawal pernyataan nomor tiga. Nah, dialog ini pun muncul masih di musim yang sama dengan episode syahdunya syawal musim ke-14, yaitu episode Tumbuh Rambut.
Pada episode Tumbuh Rambut, Fizi kembali dengan lisan bengis yang ditujukan kepada Upin dan Ipin. Episode ini pun menjadi titik mula branding si Fizi sebagai tokoh yang ceplas ceplos dan nyelekit. Sebab, pada musim-musim berikutnya, sebagian dialog Fizi menjadi ceplas ceplos dan nyelekit. Bisa dilihat pada pernyataan sebelumnya dialog tersebut muncul pada dua musim berikutnya, yaitu musim ke-16.
Baiklah, mari memakai kacamata Culpeper lagi. Ketidansantunan langsung sudah. Ketidaksantunan positif pun sudah. Nah, dialog kali ini bukan tergolong di antara dua tadi, tetapi masuk ke dalam ketidaksantunan negatif. Hal tersebut karena jenis ketidaksantunan ini bersifat menyerang kebebasan dan hak seseorang. Sama halnya dengan Fizi yang melontarkan dialog tersebut dengan maksud bahwa Upin dan Ipin tidak berhak memakai minyak rambut karena mereka berdua botak ada benarnya, tetapi tidak dengan dialognya.
Demikianlah, saatnya untuk melepas kacamata Culpeper. Sebelum itu, total jenis ketidaksantunan berbahasa sebenarnya ada lima, tetapi dialog Fizi hanya tergolong ke dalam tiga jenis saja. Untunglah. Sangat mengerikan bila ceplas ceplos dan nyelekit dari si Fizi justru bisa tergolong ke semua jenis ketidaksantunan berbahasa.
Kini saatnya memandang Fizi dengan sorotan umum saja. Fizi memang memiliki lisan yang bengis. Pada beberapa musim Upin Ipin yang terbaru ini, pihak studio seolah-olah dengan sengaja membuat Fizi memiliki personal branding sebagai tokoh ceplas ceplos dan nyelekit. Sebenarnya dari sudut pandang karakter cerita, ini menarik. Ada variasi di dalam cerita; Ehsan sebagai tokoh yang manja; Mail sebagai tokoh mandiri; Susanti yang soft spoken; dan Fizi sebagai tokoh ceplas ceplos.
Namun, perlu diingat kembali bahwa Fizi memiliki screen time yang lumayan banyak. Apalagi serial kartun Upin Ipin menarget penonton anak-anak sehingga sangat disayangkan apabila ada dialog Fizi yang justru terkesan kurang pantas dan di luar batas khawatirnya ditiru oleh anak-anak. Ada baiknya pihak studio bisa lebih menyaring dialog Fizi. Meskipun sebenarnya, dialog Fizi yang ceplas ceplos tidak hadir begitu saja, tetapi ada maksud dan pesan yang ingin disampaikan melalui dialog tersebut. Akan tetapi, pesan tersebut masih bisa disampaikan dengan cara yang lain, ‘kan.
Di sisi lain, orang tua pun perlu lebih memperhatikan dan mendampingi tontonan si buah hati agar tidak meniru hal yang keliru dari televisi. Sebab, tidak semua tontonan di televisi cocok untuk si buah hati. Orang tua pun yang memegang kendali penuh akan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.





