Hujan di Bulan Desember – Malam itu seorang mahasiswa semester lima yang akrab dipanggil Alfan sedang berkumpul bersama teman-teman organisasinya di sebuah warung kopi di pinggir jalan. Alfan sedang berdiskusi tentang aksi pembekuan yang akan dilakukan besok pagi. Pembahasan mereka berlanjut sampai larut malam.
Alfan saat itu memiliki pacar yang bernama sindy. Mereka berpacaran sejak awal masuk kuliah. Tapi sindy tidak suka melihat Alfan sibuk dengan organisasinya Apalagi untuk ikut aksi demo.
Pada saat itu Alfan baru saja dilantik satu bulan yang lalu menjadi Ketua Umum organisasi. Jabatannya itu membuat Alfan menjadi lebih sibuk dari sebelumnya. Hingga Alfan tidak pernah lagi ada waktu untuk menemani Sindy mengerjakan tugas kuliah ataupun sekedar jalan-jalan sekitar kota.
Alfan dan teman-temannya berdiskusi cukup lama. Mereka sudah mulai menguap. Padahal mereka saat itu sudah menghabiskan segelas kopi dan tiga bungkus rokok. Mereka akhirnya memutuskan untuk bubar. Ada yang pulang ke rumah, dan ada juga yang pulang ke kosnya.
***
Keesokan harinya Alfan sudah mulai berkumpul dengan teman-teman organisasinya untuk melancarkan aksi intensifikasi seperti yang telah mereka rencanakan. Kali ini sasaran aksi mereka yaitu kantor DPR yang terletak tidak jauh dari kampusnya. Aksi itu juga diikuti oleh kelompok mahasiswa dari berbagai kampus.
Aksi demo itu berjalan sampai siang hari. Saat itu Alfan berperan sebagai orator yang menyampaikan tuntutan mereka dan menyemangati teman-teman serikat mahasiswanya. Hingga pada akhirnya aksi demo itu berakhir dengan kemenangan dari pihak Aksi yang berhasil menyampaikan tuntutannya pada anggota DPR.
Pada saat demo tadi ternyata Sindy yang lewat disana tak sengaja melihat pacarnya menjadi orang paling depan diantara teman-teman pelajar yang ikut aksi. Sindy yang tidak suka melihat Alfan ikut demo langsung marah pada Alfan. Sindy diam dipinggir jalan sambil menunggu aksi demo itu selesai.
Setelah Sindy tau aksinya selesai, Sindy menggali mencari Alfan di sekitaran tempat aksi. Sampai akhirnya Sindy melihat Alfan di salah satu warung kopi deket kampus tempat biasa mereka berkumpul.
Sindy kemudian turun dari motornya dan mendatangi Alfan yang sedang bersama teman-temannya. Alfan yang menyadari kedatangan Sindy pun langsung menyambut dengan wajah tersenyum.
***
“Sindy kamu sama siapa?, udah kemana?”
Tanya Alfan dengan nada khawatir kepada Sindy.
“Kamu gak perlu tau aku sama siapa dan udah kemana” jawab Sindy membentak Alfan.
Alfan yang seorang aktivis yang selalu lancang berbicara di depan publik tidak bisa berbicara apa-apa didepan Sindy yang sedang marah.
“Ini organisasi yang selalu kamu banggakan, sibuk tiap hari sampai gak ada waktu buat aku” kata Sindy terus mengomeli Alfan.
“Bukan gitu Sindy”
“Kita putus..!!! “kata Sindy mengakhiri pembicaraan dan kembali meninggalkan Alfan.
***
Alfan hanya bisa diam dan berpura-pura kuat menghadapi keputusan Sindy untuk mengakhiri hubungannya. Walaupun keputusan itu sangat berat untuk dia terima. Tapi dia tidak terlihat sebagai laki-laki lemah dihadapan teman-temannya. Alfan kemudian kembali duduk bersama teman-temannya dan bersenang-senang atas keberhasilan menyampaikan Aspirasinya sebagai seorang aktivis.
Hari demi hari Alfan lewati tanpa Sindy. Dia belajar ikhlas akan perpisahannya walaupun itu sangat berat untuknya. Tapi apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur. Dia tidak bisa melawan keputusan Sindy untuk mengakhiri hubungannya.
Perpisahan itu juga membuat Alfan menjadi sosok pendiam. Dia lebih sering menyendiri dan ditemani buku bacaannya.
***
Satu bulan sudah berlalu, Alfan kini sudah mulai mengikhlaskan kepergian Sindy dalam hidupnya. Untuk menghindari kesedihannya, Alfan menyibukkan dirinya dengan membaca dan menulis di buku hariannya. Beberapa tulisannya juga sering dimuat dalam majalah atau koran-koran elektronik. Perkuliahanya juga semakin membaik. Tidak jarang dipanggil oleh dosennya karena tertarik dengan tulisannya.
Tiba pada suatu hari Alfan sedang duduk sendirian di warung kopi depan kampus nya. Hari itu memang sedang musim hujan, Hampir tiap hari Alfan harus berteduh di pinggir jalan menunggu hujan reda. Tapi kali ini Alfan memang sengaja mengisi waktu luangnya di warung kopi sambil menikmati hujan. Tidak lupa juga dengan buku yang selalu dia baca dan menulis ketika ada yang ingin dia tulis.
Satu gelas kopi sudah habis dari tadi, tapi hujan tak kunjung berhenti. Karena merasa kedinginan, Alfan memesan kopi lagi dan menyalakan rokoknya. Dia menikmati suasana dengan terus menulis di buku hariannya.
***
“Bang boleh duduk nggak? “
terdengar suara wanita menyapanya.
Wanita itu niat berteduh karena habis kehujanan.
“Jangan….nanti nyaman“
Jawab Alfan niat bercanda sambil melihat wajah wanita cantik sedang kedinginan.
“Aku atau kamu..?
tanya wanita itu membalas candaan Alfan.
“bang…..kopi satu lagi” Alfan memesan kopi untuk wanita itu sambil tersenyum ke arahnya.
***
Pembicaraan mereka berlangsung lama dengan saling berkenalan satu sama lain. Yang ternyata nama wanita itu bernama Alena Revana Putri. Dia juga seorang mahasiswi di kampus yang sama. Tapi Alena satu angkatan di bawah Alfan. Alena juga mempunyai hobi yang sama dengan alfan yaitu membaca buku.
Hujan sudah mulai reda, jalanan juga kembali ramai setelah orang-orang kembali melanjutkan perjalanan. Alena juga ingin melanjutkan perjalanan pulang yang ternyata rumahnya tidak jauh dari tempat mereka. Setelah Alena pulang, Alfan menyusul meninggalkan warung kopi itu dan kembali ke kosnya.
Keesokan harinya, Alfandra bersiap-siap jalan ke kampus dengan ceria dan bersemangat dan ditemani motor tuanya. Pertemuan kemarin dengan Alena bukan cuma menambah nama baru di daftar pertemanannya. Tapi mengenal Alena juga menjadi alasan kenapa pagi ini Alfandra datang ke kampus lebih pagi. Dan juga Alfandra berharap bisa ketemu Alena.
***
Setelah Alfandra sampai di kampus, dia tidak langsung dia tidak langsung ke gedung fakultas melainkan ke kantin tempat teman-teman organisasinya berkumpul. Dia begitu senang bisa kembali berdiskusi dengan teman-teman tanpa memikirkan perempuan yang sudah meninggalkannya.
“hei fan… Tumben lu? “ Salah satu partner setianya di organisasi bertanya kepada Alfandra.
“Tumben apanya man? “ Tanya Alfan bali ke Arman karena tidak mengerti maksudnya.
“Tumben ceria gitu…Udah move on dari Sindy “ kata Arman.
“Udah jangan bahas Sindy lagi.. “
“Ehh man.. kemarin aku ketemu mahasiswi sini di warkop, cantik banget” cerita Alfandra serius.
“Manaa,.. spill dong” kata Arman yang penasaran”
“Kemarin katanya dia dari fakultas keguruan, rumahnya juga gak jauh kampus” kata Alfandra.
“Namanya siapa..? “ tanya Arman lagi.
“seingatku namanya Alena” jawab Alfan.
“Dia jurusan Sastra Indonesia ya? “ tanya Arman lagi yang semakin penasaran.
“Iyaa man.. Kamu kenal kah? Alfandra balik nanya ke Arman yang keliatannya kenal cewek itu.
“Iyaa…Kalo aku gak salah orang, cantik cewek itu fan, pinter lagi” tegas Arman meyakinkan Alfandra untuk deketin Alena.
“Kira-kira menurutmu aku bisa ga dapetin Alena?” tanya Alfandra minta pendapatnya Arman.
“Tumben lo gak PD gini… “ kata Arman ngeledek Alfan biar makin semangat.
“Itu kan anaknya..” Kata Arman menunjuk ke arah salah satu cewek yang berjalan sendirian ke arah kantin sebelah.
Alfandra langsung nengok kerah cewek yang ditunjuk Arman sambil memperhatikan wajahnya dari kejauhan.
“Tunggu bentar man… “ Kata Alfandra langsung ninggalin Arman.
“Dasar.. Kerasukan lagi itu anak” kata Arman ngoceh sendirian karena kesel sama Alfandra.
***
Alfandra mendekati Alena yang sudah duduk sendirian di kursi kantin sehabis pesen minuman. Melihat ibu kantin yang udah nyiapin minuman Alena dan segera ngantrin ke kursinya, Alfandra segera berbalik ke arah ibu kantin.
“Buk buat Alena ya.? “ tanya Alfandra ke ibu kantin.
“Iya ini buat Alena. “jawab ibunya kebingungan.
“Saya aja yang anterin bu, kasian pelanggannya ngantri itu” kata Alfandra nawarin bantuan ke ibu kantin.
“Yaudah kalo gitu makasih ya.” jawab ibu nya
“Sini buk minumannya” Alfandra mengambil minuman yang dipesan Alena dari ibu kantin.
Alfandra berjalan menuju ke tempat duduk Alena sambil membawakan minumannya.
“Alena yaa?” Tanya Alfandra ke mahasiswi yang duduk di kursi kantin sambil membaca buku.
Perempuan itu menengok ke arah Alfandra yang sedang membawa minuman.
“Ehh.. Alfan kuat juga mentalnya anterin pesanan ku” jawab Alena yang sudah terbiasa bercanda dengan Alfandra sejak pertemuan pertama.
“Justru itu alesan ku bawakan khusus pesanan kamu” balas Alfan sambil memandang wajah cantik Alena dan menaruh minumannya di atas mejanya.
“Loh.. kenapa aku?” tanya Alena.
“Karena…Alena sudah berani menginjakkan kakinya di wilayah kekuasaan kerajaanku.” jawab Alfandra sambil tersenyum ke Alena dan menekuk sikunya di atas meja.
“Ohhh….. segini aja wilayah kekuasaan mu, ini mah kecilll” balas Alena sambil menyipitkan jari jempol sama telunjuk nya.
“Dasar luu… untung aja cantik” kata Alfandra sedikit merayu Alena.
“Kalo ga cantik kenapa hahh? “tanya Alena dengan suara tegas.
“ Kalo nggak, aku bingung” jawab Alfandra ngawur.
“Kok bingung ? “ tanya Alena yang gak ngerti jawaban Alfandra.
“Bingung gimana ngebayangin perempuan secantik kamu kalo ga cantik” jawab Alfandra gombalin Alena sambil tersenyum.
“Dasarr.. Kampus ini kok bisa ya nerima buaya jadi mahasiswanya.” kata Alena.
“Alfan,.. “ kata Alena dengan suara lebih rendah.
“iyaaa saya sendiri jawab alfan” jawab alfan menunjuk dirinya sendiri.
“Boleh pinjam buku yang kemarin gak? “ tanya Alena sambil mengejitkan alisnya dan senyum ke alfan.
“Aduh… kebetulan aku gak bawa lagi, besok dah ya” jawab alfandra memegang kepala nya.
“hemm,.. iya deh” jawab Alena sedikit kecewa.
“Jam berapa kamu pulang kuliah Alena?” tanya Alfandra
“Ini udah pulang, tapi kesini buat nge es sambil nunggu kakak ku jemput” jawab Alena.
“kamu gak bawa motor gitu? tanya Alfandra lagi.
“Biasanya bawa, tapi kakakku tadi buru-buru ke kampusnya bawa motorku padahal gak pernah ngasih tau aku “ kata Alena ceritain kekesalannya sama kakaknya.
“Makanya belajar bangun pagi, jangan kebo” jawab Alfandra ngolok Alena sambil melihat bukunya Alena yang dia pegang.
karena Alena kesel sama Alfandra, Alena cubit pinggang Alfandra.
“udah ngeselin gak sopan lagi.. “ kata Alena masih cubit pinggang Alfandra.
“aaa….. .. . . “ Alfandra teriak sampai didengar orang-orang di kantin.
“sakittt….. kata Alfandra “ memegang pinggang nya.
“minta maaf sekarang “ kata Alena ngambek ke Alfandra.
“minta maaf, tidak ada dalam kamusku” kata Alfandra.
“yaudah aku pergi” kata Alena ninggalin Alfandra.
“wee.. bukumu” teriak Alfandra ke Alena.
Alena makin kesel, dan diam ditempat. Alfandra segera mengejar Alena dan membawa bukunya.
“Emang kakakmu udah datang jemput? tanya Alfandra.
“Belom, sini buku saya. “ Jawab Alena yang masih kesel.
“Yaudah aku anterin ya “ kata Alfandra.
“ngga usah aku bisa jalan. “jawab Alena.
“jangan ngeyel tunggu disini, aku ambil motor, bukumu aku sita“ kata Alfandra langsung lari ngambil motornya.
“dasar.. ngeselin” kata Alena.
***
Satu minggu sudah berlalu, setelah pertemuan di kantin itu Alfandra dengan Alena jadi lebih sering bertemu. Walaupun Alfandra sering bikin kesel Alena, tapi Alena juga bahagia dengan kelakuan Alfandra yang diluar prediksi. Ada-ada tingkahnya yang bikin Alena kesel.
Besok adalah hari minggu terakhir di tahun ini. Karena sekarang adalah bulan Desember, bulan terakhir dalam satu tahun.
Hari minggu besok juga ada festival di taman kota. Alena pengen sekali pergi ke acara itu. Karena setiap tahun Alena selalu pergi ke acara itu bersama kakaknya. Tapi minggu besok kakaknya Alena ga bisa temenin karena kakaknya sedang ga enak badan. Bingung Alena mau ngajak siapa.
Alena bangun dari tempat tidurnya, dia hendak mengambil bukunya, dia mau habisin waktu liburannya buat namatin buku itu. Ketika udah di meja belajarnya, Alena nyari buku itu sampai bongkar rak bukunya. Dia gak nemuin buku yang dia cari. Alena pegang keningnya sambil duduk di kursi belajar.
“Dimana aku taruh buku itu ihhh” kata Alena kesel sendiri.
“Ahhh kenapa jadi pelupa gini, padahal aku belum aja tua.” kata Alena ngoceh sendirian dikamar.
Alena kembali berbaring di atas kasur empuk nya. Setelah beberapa menit baru dia inget bukunya belum dibalikin sama Alfandra.
“Ahh…. sialan alfannnnnn” teriak Alena di kamarnya, kesel sama Alfandra yang belum balikin bukunya.
“Dimana saya cari anak itu sekarang” kata Alena ngomong sendiri.
Alena langsung bangun dan bersiap-siap keluar mencari Alfandra. Dia punya firasat kalau Alfandra pasti lagi nongkrong di warung kopi depan kampus. Karena dia sering liat sering liat temen temen organisasinya Alfandra nongkrong disana.
Setelah sampai di warung kopi itu, ternyata firasat Alena benar. Alfandra sedang disana bersama Arman. Alena turun dari motor nya dan mendekati Alfandra.
“Alfan… “ panggil Alena dari belakang Alfandra.
Alfandra sama Arman nengok ke arah Alena.
“Lah.. kok bisa tau aku disini “ tanya Alfandra.
“Aku mau ngomong sama kamu sebentar” kata Alena.
Arman yang liat mereka berdua lumayan deket, dia tersenyum sambil ber dehem.
“Diam kau,…jangan ketawa” kata Alfandra ke Arman yang pasti ngolok nya nanti.
setelah lumayan jauh dari Arman, Alfandra bertanya maksud Alena mendekatinya.
“Ada apa alen, tumben nyamperin ke sini “ tanya Alfandra.
“buku ku mana alfan…. Aku mau baca inii.. “kata Alena.
“Ohiya, lupa ya aku kasi kemarin” kata Alfandra.
“Dasar tua, mana buku” kata Alena.
“Apa katamu… “ kata Alfandra.
“Dasarr tuaaaa” kata Alena yang semakin kesel sama Alfandra.
“yaudah mana bukuku” kata Alena lagi tagih bukunya.
“ikut aku, nagih buku udah kayak nagih utang negara “ kata Alfandra sambil jalan ke tempat Arman.
“Coba ulang sekali lagi” kata Alena sambil menghadang Alfandra. “
“kamu cantikkk” jawab Alfandra.
Alfandra lansung jalan dan menghiraukan Alena di belakang nya. Alena juga walaupun kesel harus ngikutin Alfandra.
“ini buku mu.. “ kata Alfandra sambil ngasih bukunya Alena.
“makasih… “ Jawab Alena dengan suara judes.
***
Sebelum pergi, Alena mencubit lengan Alfandra yang ngasih bukunya pake tangan kiri. Karena Alena semakin kesal dengan tingkah alfandra, dia membalas dengan cubitan itu sampai Alfandra teriak kesakitan. Alena langsung pergi ninggalin mereka berdua.
Sebelum Alena nyalain motornya, Alena ingat kalau dia pengen pergi ke festival. tapi dia gak bisa pergi karena gak ada temen. Jadi dia berniat ngajak Alfandra pergi ke festival besok.
Walaupun saat itu Alena kesel banget sama Alfandra, dia harus buang dulu itu jauh jauh. Karena Alfandra juga orangnya asik juga kalo diajak jalan.
“Alfann.. “ kata Alena.
“Apa lagi Alena, mau nyubit lagi? “ tanya Alfandra.
“Besok disuruh datang ke rumah sama bunda “ jawab Alena.
Alena gak peduli dengan jawaban Alfandra, ntah dia mau apa ndak yang penting dia sudah ngasih tau. Alena yakin Alfandra pasti datang besok.
Alfandra sendiri bingung sama Alena, “ngundang tapi judes gitu” katanya.
Arman yang mendengar Alfandra menjawab “Biarin aja, namanya juga cewek, tergantung mood”
“bener juga man, tapi gimana besok jadi ga ke rumah mu tanya” Alfandra balik bertanya karena sebelumnya mereka berdua sudah berjanji pergi ke rumah Arman.
“Besok-besok aja dulu, itu undangan lebih penting nyesel seumur hidup kalo ga datang” jawab Arman.
Keesokan harinya seperti biasa Alfandra selalu bangun pagi. Dia menikmati udara pagi di Halaman kostnya yang lumayan luas dan banyak tanaman hijau. Mengawali paginya dengan secangkir kopi dan sebatang rokok ada kenikmatan tak terhingga.
Sedangkan Alena, dia sedang membantu menyuapi kakaknya sarapan. Padahal dia tidak terlalu sakit, tapi seneng aja ngisengin adeknya. Kalo Alena gak mau nurutin, dia ngelapor ke ibunya. Alena sama kakaknya rmang jarang banget akur. Mungkin di hari raya idul fitri aja mereka saling memaafkan.
Tapi meskipun begitu, mereka dua bersaudara yang saling menyayangi. Sesekali mereka saling perhatian satu sama lain. Kadang kakaknya Alena beliin Alena pakaian tanpa sepengetahuan dia.
Setelah selesai suapin kakaknya yang manja itu, Alena duduk di depan teras rumahnya sambil menunggu Alfandra untuk pergi ke acara festival. Tapi Alfandra tak kunjung dateng, sudah sekitar satu jam Alena menunggu di depan rumahnya. Ibu Alena yang baru keluar dari dapur langsung samperin Alena.
***
Ibu penasaran sama Alena, tumben-tumben duduk depan teras rumah kayak lagi nunggu seseorang. Ibunya pun bertanya.
“Alena kamu nunggu siapa? “
“aku lagi nunggu Alfandra buk, aku kemarin ngajak dia pergi ke acara festival” jawab Alena.
Ibunya Alena duduk di dekat Alena temenin Alena nunggu.
“Apa dia janji mau temenin Alena pergi ke acara Festival? “ tanya ibu lagi.
“ngga sih ibuk, tapi aku kemarin aku yakin dia akan datang. “ jawab Alena.
“yaudah, tunggu aja mungkin dia masih di jalan” kata ibu tenangin Alena.
***
“Assalamu’alaikum.. “ Terdengar suara Alfandra yang sudah datang.
Alena yang tadinya cemberut seketika tersenyum melihat Alfandra beneran dateng. Alena bangun dan berniat untuk menyambut Alfandra.
“Kirain gak jadi dateng lo” kata Alena.
“Apa kabar bu” Alfandra menyapa ibunya Alena dan berjabat tangan tanpa menghiraukan Alena yang menyambutnya.
Alena muncubit pinggang Alfandra karena kesel dengan kelakuannya yang menyepelekan sambutannya. Alfandra lagi-lagi teriak kesakitan karena cubitan dari Alena.
“gak bisa ya sehari aja ga ngeselin jadi orang” kata Alena.
“haha.. “ Alfandra pun ketawa liat Alena cemberut.
“bu kata Alena ibu ngundang aku kerumah, makanya aku buru-buru kesini karena gak mau ibu kecewa.” jata Alfandra melapor ke ibunya Alena.
“Iya Alfan, ibu yang ngundang Alfan untuk temenin Alena pergi ke acara festival di taman kota. kamu mau kan temani Alena?” kata bunda.
Alfandra balikan pandangannya ke arah Alena yang sedang cemberut.
“Tapi Alena gak mau senyum bu, gak semangat aku nanti temenin dia” jawab Alfandra.
“Dia bu yang tiap ketemu bikin kesel.” balas Alena.
“Anak mudaa, yaudah Alena siap-siap sana, kasian itu Alfandra udah dateng jauh-jauh jemput kamu.” kata ibu.
“Tuu, dengerin kata bunda” lanjut Alfandra.
“Iya bu” jawab Alena sambil jalan ke dalam untuk siap-siap.
Sebelum Alena masuk, dia sempatnya ngejek Alfandra. Alfandra yang masih iseng ke Alena langsung ngelapor ke ibunya.
“Bu Alena ngejek.”
Alena genggamin tangannya ke arah Alfandra untuk ngancemnya kalo ngelapor lagi. Tapi Alfandra cuma membalasnya dengan ketawa.
***
Setelah banyak drama yang terjadi di rumah Alena, sekarang mereka berdua sudah dalam perjalanan menuju ke taman kota yang letaknya lumayan jauh dari rumahnya Alena. Alena sebenarnya selalu senang ketika sedang bersama Alfandra walaupun mereka sering saling isengin. Begitu juga dengan Alfandra yang sudah dari awal bertemu sudah suka sama Alena. Tapi setiap keisengannya yang dilakukan ke Alena, hanya sebuah strategi untuk menutupi perasaannya sama Alena. Agar Alena tetap nyaman ketika bersamanya.
Sebelum mereka berdua sampai di taman kota, mereka bertemu dengan hujan yang gak pernah ada janjian ketemuan. Mau ga mau mereka harus berhenti di Halte bus yang sedang sep. Alena merengek karena mereka ga bisa lanjutkan perjalanan ke taman kota gara-gara hujan. Alfandra berusaha tenangin Alena dan memberikan kata-kata motivasi.
***
“Gausah lebay, bentar lagi berenti kok hujannya.” kata Alfandra.
“Siapa yang lebay, saya cuma kecewa tahun ini gak bisa dateng ke acara itu.” jawab Alena.
“Emang sebelumnya kamu sering kesana? “ tanya Alfandra.
“Setiap tahun aku selalu ke acara itu sama kakakku, tapi sayangnya tahun ini dia ga bisa ikut gara-gara dia lagi sakit “ jawab Alena.
“Ohiya kok kamu mau tadi dateng ke rumah aku?.” tanya Alena.
“Yaudah aku balik kalau gitu” jawab Alfandra.
“Ohh kamu mau ninggalin aku disini sendirian gitu?” tanya Alena dengan nada yang lebih tinggi.
“Becanda, ya kali aku tinggalin cewek cantik sendirian disini, yang ada nanti kamu diculik ke KUA” jawab Alfandra.
“Yaa biarin, biar aku ngilang sekalian, dan jamu tanggung jawab ke ibu” jawab Alena.
“Aku gak mau lah, nanti siapa yang temenin aku” kata Alfandra.
“Itu kan banyak teman-teman kuliahmu yang cantik “ kata Alena.
“Tapi aku kan tidak mencintainya” jawab Alfandra spontan.
“Maksudnya? “ Alena bertanya ke Alfandra sambil memandang Alfandra dengan muka serius.
“Anuu,.. apa, gak jadi” Alfandra menjawab terbata-bata karena jawabannya tadi yang keceplosan. Nyesel dia ngomong begitu dan tau kalo Alena pasti tidak akan mau berteman dengannya lagi.
“Alfan… “ Alena memanggil nama Alfandra dengan suara yang rendah dan memandang ke kebawah.
“iya Alena..” Alfan menjawab panggilan Alena yang terlihat serius.
“Aku selalu senang bisa mengenalmu, aku juga tidak mau jauh darimu.” Alena menceritakan perasaan ketika bersama Alfandra.
“Terima kasih Alena.” Alfandra menjawab dengan singkat.
Alena perlahan menengok ke arah Alfandra. Alfandra juga melakukan hal yang sama. tapi Alfandra senyum seolah tak berdosa.
“Orang lagi serius, kamu cuma Jawab terima kasih”. Alena marahin Alfandra yang selalu bikin kesel.
“Bukan begitu Alena, aku juga menemukan kebahagiaanku ketika aku mengenalmu. Tapi aku tak pandai mengungkapkan perasaanku Alena.” Kata Alfandra menjawab dengan penuh perasaan.
Alena kembali melihat ke arah Alfandra karena dia tersentuh mendengar jawaban dari Alfandra.
“benerr… “ tanya Alena serius.
“Apakah ada dibagian wajahku yang terlihat sedang bercanda Alena?” tanya Alfandra.
***
Alena sekarang cuma bisa diam seribu bahasa karena tidak tau mau ngomong apa lagi. Karena perasaan dia ke Alfandra sama seperti yang dia rasakan.
Alfandra mengeluarkan buku harian yang sempat Alena minta untuk dipinjamkan dari tas selempangnya.
“Ini Alena, buku yang dulu kamu pernah minta pinjam, itu buku harianku, semua perasaanku aku tuangkan dalam setiap umpan puisi ku.”
Alena mengambil buku dari Alfandra dan membaca dari awal sampai akhir. Buku itu berisi puisi-puisi Alfandra yang dia tulis dari hati. Mulai dari kesepiannya setelah berpisah dari Sindy sampai menemukan kebahagiaannya dalam wujud Alena. Perasaan tak ingin berpisah dari Alena dia tulis dalam buku itu. Sehingga Alena meneteskan air mata setelah membacanya. Dia sendiri juga tidak tahu apakah itu air mata kesedihan atau kebahagiaan. Yang jelas pesan Alfandra begitu tersampaikan kepada Alena.
Sampai di halaman akhir disana hanya terdapat tiga kata, tidak seperti Sebelum-sebelumnya yang berisi puisi.
“Fan.. kenapa cuma namaku.?” tanya Alena yang hanya melihat namanya disana “Alena Revana Putri”.
“Setiap Bait puisi yang tertulis dalam buku itu, adalah karya yang lahir dari dirimu sendiri. Dan Alena Revana Putri dipulihkan dari keindahan makna puisi ku.
Alena kembali dibuat Diam seribu bahasa oleh jawaban Alfandra, dia tersipu malu dan hanya menatap kosong setiap tetesan air hujan yang turun dan membuatnya kedinginan.
Kali ini Alena Mendekap kedua tangannya karena kedinginan. Alfandra yang menyadari hal itu membuat jaket jeans yang sedang dia gunakan. Lalu dia memanggil Alena dengan jaket itu.
“Terimakasih Alfan..”
“Sama-sama Alena..”
Alena menjatuhkan tubuhnya ke arah Alfandra, Alfandra pun memeluk Alena dengan tangan sebelah dan memandang wajah Alena dengan senyuman yang indah.
“Aku juga mencintai Alfandra“
Kisah mereka berakhir indah di hari minggu terakhir di bulan Desember. Kisah yang tak mudah untuk melewati Alfandra dalam satu bulan. Ketika memasuki bulan Desember adalah akhir kisahnya dengan Sindy. Tapi diakhir Desember adalah awal dari kisah cintanya dengan Alena perempuan cantik, pintar dan selalu ceria.
Selalu berpikir positif saat hujan adalah kunci kebahagiaan. Ketika saat ini hujan turun mendatangkan banjiri. Mungkin hujan berikutnya akan selalu disertai dengan tumbuhan yang menghijau dan kilauan pelangi yang membentang di atas langit.




![[Ilustrasi AI by DALL.E]](https://suarakreatif.com/wp-content/uploads/2024/12/file-SBQWGiBThQur6Msjeg51P5-e1735440135318-400x225.webp)
