Environmental, Social, and Governance atau Sekedar Greenwashing Semata?

ESG merupakan serangkaian kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dalam aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola

Untung Sudrajad
Ilustrasi ESG dan Greenwashing
Ilustrasi ESG dan Greenwashing

Dalam era meningkatnya kesadaran lingkungan dan sosial, konsep ESG (Environmental, Social, and Governance) muncul sebagai standar baru dalam dunia bisnis. Namun, seiring popularitasnya meningkat, muncul kekhawatiran tentang praktik greenwashing. Artikel ini mengupas tuntas hubungan antara ESG dan greenwashing, menyelidiki apakah tren ini membawa perubahan nyata atau hanya strategi pemasaran belaka.

Konsep ESG merupakan serangkaian kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dalam aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola.

Namun, seiring dengan meningkatnya popularitas Konsep ESG, muncul pula kekhawatiran bahwa beberapa perusahaan mungkin hanya menggunakan ESG sebagai alat untuk “greenwashing” yaitu praktik memberikan kesan palsu bahwa produk, tujuan, atau kebijakan perusahaan ramah lingkungan.

Artikel ini akan mengeksplorasi secara mendalam konsep ESG, fenomena greenwashing, dan bagaimana kedua hal tersebut saling terkait.

Kita akan membahas manfaat dan tantangan implementasi ESG, serta menganalisis apakah praktik ini benar-benar membawa perubahan positif atau hanya sekedar strategi pemasaran yang cerdik.

Baca juga: Growth Mindset: Kunci Emas Menaklukkan Tantangan dan Meraih Mimpi

Memahami ESG

Environmental, Social, and Governance (ESG) adalah seperangkat standar yang digunakan oleh investor sadar sosial untuk mengevaluasi potensi investasi.

Aspek-aspek ini mencakup:

a. Environmental (Lingkungan)

Fokus pada bagaimana perusahaan bertindak sebagai penjaga lingkungan.
Ini meliputi kebijakan terkait perubahan iklim, pengelolaan limbah, konservasi sumber daya alam, dan penggunaan energi terbarukan.

b. Social (Sosial)

Memeriksa bagaimana perusahaan mengelola hubungan dengan karyawan, pemasok, pelanggan, dan komunitas tempat mereka beroperasi.
Aspek ini mencakup kondisi kerja, keragaman dan inklusi, hak asasi manusia, dan keterlibatan masyarakat.

c. Governance (Tata Kelola)

Berkaitan dengan kepemimpinan perusahaan, gaji eksekutif, audit, kontrol internal, dan hak pemegang saham.

Aspek ini juga mencakup transparansi, etika bisnis, dan kepatuhan terhadap regulasi.

Implementasi ESG telah menjadi semakin penting bagi perusahaan karena investor, konsumen, dan regulator semakin memperhatikan dampak bisnis terhadap masyarakat dan lingkungan.

Banyak perusahaan kini menerbitkan laporan keberlanjutan tahunan yang merinci upaya mereka dalam aspek ESG.

Greenwashing Definisi dan Dampaknya

Greenwashing adalah praktik memberikan informasi yang menyesatkan tentang bagaimana produk perusahaan ramah lingkungan atau bagaimana praktik bisnis perusahaan berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh environmentalis Jay Westerveld pada tahun 1986.

Beberapa contoh greenwashing meliputi:

– Menggunakan kemasan yang terlihat “hijau” atau “alami” tanpa perubahan substansial pada produk.

– Mempromosikan inisiatif lingkungan kecil sambil mengabaikan dampak negatif yang lebih besar dari operasi utama perusahaan.

– Membuat klaim lingkungan yang tidak dapat diverifikasi atau tidak berarti.

Dampak greenwashing sangat merugikan. Praktik ini dapat menyesatkan konsumen, mengurangi kepercayaan publik terhadap inisiatif lingkungan yang sebenarnya, dan bahkan mengalihkan investasi dari perusahaan yang benar-benar berkelanjutan.

ESG vs Greenwashing Membedakan yang Asli dari yang Palsu

Perbedaan utama antara implementasi ESG yang tulus dan greenwashing terletak pada komitmen dan transparansi perusahaan.

Perusahaan yang benar-benar berkomitmen pada ESG akan:

a. Mengintegrasikan prinsip-prinsip ESG ke dalam strategi bisnis inti mereka.

b. Menetapkan target yang terukur dan melaporkan kemajuan secara transparan.

c. Melibatkan pihak ketiga independen untuk memverifikasi klaim ESG mereka.

d. Menunjukkan perbaikan berkelanjutan dalam metrik ESG dari waktu ke waktu.

e. Mengakui tantangan dan area yang perlu ditingkatkan.

Di sisi lain, perusahaan yang melakukan greenwashing cenderung:

a. Fokus pada inisiatif ESG yang dangkal atau kosmetik.

b. Membuat klaim yang berlebihan atau tidak dapat diverifikasi.

c. Menggunakan bahasa yang ambigu atau menyesatkan dalam komunikasi ESG mereka.

d. Menghindari transparansi tentang dampak negatif dari operasi mereka.

Manfaat Implementasi ESG yang Tulus

Ketika dilakukan dengan benar, implementasi ESG dapat memberikan berbagai manfaat bagi perusahaan, termasuk:

a. Peningkatan Reputasi

Perusahaan yang menunjukkan komitmen kuat terhadap ESG cenderung dipandang lebih positif oleh konsumen, investor, dan masyarakat umum.

b. Mitigasi Risiko

Dengan mempertimbangkan faktor ESG, perusahaan dapat lebih baik mengidentifikasi dan mengelola risiko terkait lingkungan, sosial, dan tata kelola.

c. Inovasi

Fokus pada keberlanjutan dapat mendorong inovasi dalam produk dan proses, yang dapat membuka peluang pasar baru.

d. Efisiensi Operasional

Banyak inisiatif ESG, seperti pengurangan penggunaan energi atau perbaikan manajemen rantai pasokan, dapat menghasilkan penghematan biaya jangka panjang.

e. Akses ke Modal

Semakin banyak investor yang mempertimbangkan faktor ESG dalam keputusan investasi mereka, sehingga perusahaan dengan kinerja ESG yang kuat dapat menarik lebih banyak investasi.

f. Daya Tarik Talenta

Karyawan, terutama generasi muda, semakin mencari perusahaan yang sejalan dengan nilai-nilai mereka.

Tantangan dalam Implementasi ESG

Meskipun manfaatnya signifikan, implementasi ESG yang efektif menghadapi beberapa tantangan:

a. Pengukuran dan Pelaporan

Tidak ada standar universal untuk pengukuran dan pelaporan ESG, yang dapat menyulitkan perbandingan antar perusahaan.

b. Jangka Pendek vs Jangka Panjang

Beberapa inisiatif ESG mungkin memerlukan investasi jangka pendek yang signifikan sebelum menghasilkan manfaat jangka panjang, yang dapat menimbulkan konflik dengan tuntutan kinerja keuangan jangka pendek.

c. Kompleksitas

Faktor ESG sering kali saling terkait dan kompleks, membutuhkan pemahaman mendalam dan pendekatan holistik.

d. Resistensi Internal

Beberapa pemangku kepentingan mungkin melihat inisiatif ESG sebagai gangguan terhadap praktik bisnis yang sudah mapan.

e. Regulasi yang Berubah

Lanskap regulasi terkait ESG terus berkembang, yang dapat menyulitkan perusahaan untuk tetap patuh.

Peran Regulator dan Investor dalam Mendorong ESG yang Tulus

Regulator dan investor memiliki peran penting dalam memastikan bahwa perusahaan mengadopsi praktik ESG yang tulus dan bukan sekadar greenwashing:

a. Standarisasi Pelaporan

Regulatordi berbagai negara mulai menetapkan standar pelaporan ESG yang lebih ketat dan terstandarisasi.

Misalnya, Uni Eropa telah memperkenalkan Taksonomi UE untuk aktivitas berkelanjutan dan Corporate Sustainability Reporting Directive (CSRD).

b. Pengawasan dan Penegakan

Lembaga pengawas pasar modal semakin memperhatikan klaim ESG perusahaan dan menindak kasus-kasus greenwashing.

Securities and Exchange Commission (SEC) di AS, misalnya, telah meningkatkan pengawasan terhadap dana investasi yang mengklaim fokus pada ESG.

c. Keterlibatan Investor

Investor institusional semakin aktif dalam mendorong perusahaan untuk mengadopsi praktik ESG yang lebih kuat.

Mereka menggunakan hak suara pemegang saham dan dialog langsung dengan manajemen untuk mempengaruhi kebijakan perusahaan.

d. Insentif Keuangan

Beberapa pemerintah dan lembaga keuangan menawarkan insentif, seperti pinjaman dengan suku bunga lebih rendah atau keringanan pajak, untuk perusahaan yang menunjukkan kinerja ESG yang kuat.

Studi Kasus

Untuk lebih memahami perbedaan antara implementasi konsep ESG yang tulus dan greenwashing, mari kita lihat dua contoh:

a. Contoh ESG yang Tulus

Unilever telah lama dianggap sebagai pemimpin dalam keberlanjutan perusahaan.

Perusahaan ini telah menetapkan target ambisius dalam Unilever Sustainable Living Plan, termasuk mengurangi jejak lingkungan produknya hingga setengahnya, meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan lebih dari satu miliar orang, dan meningkatkan mata pencaharian jutaan orang.

Unilever secara konsisten melaporkan kemajuannya, mengakui tantangan, dan terus menyesuaikan strateginya.

Perusahaan juga telah mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam model bisnisnya, misalnya dengan mengembangkan produk yang menggunakan lebih sedikit air dan energi.

b. Contoh Greenwashing

Pada tahun 2015, terungkap bahwa Volkswagen telah memasang perangkat lunak “defeat device” pada jutaan kendaraan diesel untuk menipu uji emisi.

Sementara perusahaan mengklaim kendaraannya ramah lingkungan dan memenuhi standar emisi, kenyataannya mereka melepaskan polutan jauh melebihi batas legal saat digunakan di jalan.

Skandal ini adalah contoh klasik greenwashing, di mana perusahaan secara aktif menyesatkan konsumen dan regulator tentang dampak lingkungan produknya.

Masa Depan ESG

Seiring berkembangnya pemahaman tentang konsep ESG dan meningkatnya pengawasan, kita dapat mengharapkan beberapa tren ke depan:

a. Standarisasi yang Lebih Baik

Upaya global untuk mengembangkan standar pelaporan ESG yang lebih konsisten dan dapat dibandingkan akan terus berlanjut.

Ini akan membantu investor dan pemangku kepentingan lainnya untuk lebih akurat menilai kinerja ESG perusahaan.

b. Teknologi dan Data

Penggunaan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan dan blockchain akan meningkatkan kemampuan untuk mengumpulkan, memverifikasi, dan menganalisis data ESG.

c. Integrasi yang Lebih Dalam

ESG akan semakin terintegrasi ke dalam strategi bisnis inti, bukan hanya sebagai inisiatif tambahan.

d. Fokus pada Dampak

Akan ada pergeseran dari sekadar melaporkan aktivitas ESG ke pengukuran dan pelaporan dampak nyata dari inisiatif tersebut.

e. Peningkatan Regulasi

Kita dapat mengharapkan regulasi yang lebih ketat terkait pelaporan ESG dan tindakan terhadap greenwashing.

f. Keterlibatan Pemangku Kepentingan

Perusahaan akan semakin melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam pengembangan dan implementasi strategi ESG mereka.

Kesimpulan

ESG telah menjadi bagian integral dari lanskap bisnis modern, mencerminkan pergeseran menuju model bisnis yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Sementara greenwashing tetap menjadi tantangan, peningkatan pengawasan, standarisasi, dan keterlibatan pemangku kepentingan membantu membedakan antara komitmen ESG yang tulus dan yang hanya permukaan.

Perusahaan yang benar-benar mengadopsi prinsip-prinsip ESG tidak hanya berkontribusi pada masyarakat dan lingkungan yang lebih baik, tetapi juga memposisikan diri mereka untuk kesuksesan jangka panjang dalam ekonomi yang semakin menghargai keberlanjutan.

Di sisi lain, mereka yang terlibat dalam greenwashing menghadapi risiko reputasi yang signifikan dan potensi konsekuensi hukum.

Pada akhirnya, transisi menuju praktik bisnis yang benar-benar berkelanjutan dan bertanggung jawab membutuhkan upaya kolektif dari perusahaan, investor, regulator, dan masyarakat sipil.

Dengan terus mendorong transparansi, akuntabilitas, dan inovasi dalam implementasi ESG, kita dapat bergerak menuju masa depan di mana keberlanjutan bukan hanya slogan pemasaran, tetapi fundamental dalam cara kita menjalankan bisnis.

Referensi

ESG or “Greenwashing”?
https://www.kompas.id/baca/english/2024/06/27/en-esg-atau-greenwashing

Mengenal Greenwashing dan Perusahaan yang Diduga Melakukannya…
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/07/06/171556882/mengenal-greenwashing-dan-perusahaan-yang-diduga-melakukannya

Kenalan dengan Greenwashing dan Cara Menghindarinya
https://greennetwork.id/unggulan/kenalan-dengan-greenwashing-dan-cara-menghindarinya/


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *