Dilema Workaholic: Ketika Produktivitas Mengorbankan Kesehatan dan Kehidupan Pribadi

admin
Flat overwhelmed man illustration
Flat overwhelmed man illustration (Foto: www.freepik.com)

Semua orang berjuang untuk berhasil bersaing satu sama lain di jalur yang sering ditandai dengan sakit dan pengorbanan. Tulisan “Dilema Workaholic: Ketika Produktivitas Mengorbankan Kesehatan dan Kehidupan Pribadi” mencoba untuk mengingatkan bahwa sehebat apa pun manusia tetap memiliki keterbatasan, karena kesempurnaan adalah milik sang pencipta.

Pernahkah kalian melihat rekan kerja yang kerap bekerja tak kenal waktu hingga larut malam dan lembur terus menerus? atau sering mencari pekerjaan tambahan, ketika pekerjaan utama sudah selesai? Atau jangan-jangan justru kita sendiri yang melakukan hal ini?

Berdasarkan hasil statistik terbaru dari Organisasi Buruh Internasional, lebih dari 400 (empat ratus) juta pekerja di seluruh dunia bekerja 49 (empat puluh sembilan) jam atau lebih per minggu, mewakili porsi yang signifikan dari angkatan kerja global yang berjumlah hampir 1,8 (satu koma delapan) miliar.

Sebagian orang akan menganggap bahwa yang dilakukan orang tersebut adalah bentuk kerja keras. Tunggu dulu, bisa jadi orang tersebut adalah seorang workaholic.

 

Manusia Produktif Atau Workaholic

Manusia yang produktif dan workaholic memang sulit dibedakan, sama-sama memiliki semangat juang dan usaha yang sangat besar, namun sebenarnya produktif dan workaholic adalah hal yang berbeda.

Istilah produktif sangat tepat untuk orang yang bekerja keras dan cerdas. Mereka yang produktif bekerja dengan tujuan jelas dan target dalam setiap pekerjaannya, hal ini mereka lakukan agar dapat dikerjakan dengan efisien dan cepat. Mereka menyadari kapan harus bekerja dan istirahat.

Workaholic (Foto: www.freepik.com)

Sedangkan workaholic lebih tepat ditujukan bagi orang yang kecanduan dan terobsesi untuk terus bekerja. Biasanya mereka hanya menghabiskan hampir seluruh waktu hanya untuk bekerja dan mengorbankan kehidupan pribadi. Meskipun seperti itu, seorang workaholic belum tentu produktif.

Killinger (1997, h. 6) mendefinisikan tentang workaholic, sebagai pola perilaku dalam bekerja yang ditandai dengan penggunaan waktu yang lebih lama dalam bekerja, tuntutan pekerjaan yang berlebihan, dan mengesampingkan sebagian besar aktivitas di bidang kehidupan lain selain bekerja.

Baik media sosial pribadi maupun media publik kerap mengambil peran dengan menayangkan kisah-kisah sukses para pesohor kelas kakap yang boleh dikatakan workaholic seperti Elon Musk, Bill Gates, dan Mark Zuckerberg.

Bahkan Surat kabar New York Times pernah mengulas hasil wawancara dengan Elon Musk, dalam wawancara tersebut Elon Musk mengatakan bahwa ketika melalui ulang tahunnya yang ke-47 dia mengunci diri di pabriknya dan bekerja sepanjang malam,  tanpa teman, tanpa apa-apa.

 

Workaholic  dan Kesehatan

Meskipun banyak orang mengatakan bahwa bekerja keras merupakan hal yang patut diteladani dan bekerja keras dapat berpengaruh pada kehidupan kita di masa datang. Segala sesuatu yang sifatnya berlebihan itu tak baik khususnya bagi kesehatan. Beberapa penelitian menunjukkan beberapa efek samping dari bekerja yang dilakukan secara berlebihan alias workaholic. 

Sebuah hasil penelitian di Finlandia menjelaskan, hari kerja selama 11 jam meningkatkan risiko 2,3 hingga 2,5 kali lipat seseorang mengalami depresi. Jika Anda menderita kesehatan mental, tentu kualitas kerja Anda ikut merosot.

Berdasarkan jurnal An Exploration of the Meaning and Consequences of Workaholism yang diunggah pada 1997, kecanduan kerja bisa berdampak positif dan negatif tergantung bagaimana individu tersebut, kerugiannya antara lain adalah memicu masalah kesehatan, berdampak pada mental health, mengabaikan hubungan pribadi, dan mengganggu pola tidur.

 

Workaholic dan Kehidupan Pribadi

Sebuah artikel di US Travel Association, mengatakan bahwa 60 persen pecandu kerja merasa bersalah jika mengambil cuti, jangan sampai kita menjadi salah satunya ya.

Jika beban pekerjaan mu banyak di saat bersamaan dan terasa kian hari semakin berat, berceritalah kepada keluarga, teman, bahkan atasanmu. Mungkin saja jika dipaksakan kita dapat menyelesaikan semua pekerjaan tersebut, namun lagi-lagi kehidupan pribadi akan menjadi korban ketika kita menyelesaikan load pekerjaan tersebut.

Berusahalah untuk tidak membawa pekerjaan kantor ketika sampai di rumah, karena berada dengan orang-orang terdekat merupakan salah satu hal untuk membuat hidup kita tetap “waras” dan tentunya menjadi motivasi saat bekerja, dari pada menjadi seorang workaholic.

 

Bekerja = Candu

Jika seseorang kecanduan merokok, minum-minuman keras, obat terlarang dan sebagainya, yang dapat menghentikan kecanduan tersebut tentu bukan orang lain, melainkan diri mereka sendiri.

Nah, begitu pula dengan workaholic. Workaholic itu seperti candu, bahkan Psikoterapis Bryan Robinson, Ph.D. menjelaskan, yang bisa menyelamatkan diri seorang workaholic hanya dirinya sendiri.

Kkembali lagi kepada Elon Musk, meskipun dia mendapat julukan manusia setengah dewa namun kabar tentang rutinitas kerjanya yang tidak sehat nyatanya tidak diterima dengan baik oleh para investor.

Dampaknya saham Tesla menurun 8,8% langsung setelah wawancara dengan New York Times (NYT), di tengah kecurigaan akan buruknya kesehatan mental Musk.

Jika kita merasakan gejala-gejala stres dan depresi sebaiknya segera melakukan konseling dengan psikolog atau terapis untuk membantu mengendalikan hasrat bekerja serta memahami apa yang membuat kita kecanduan bekerja, dan bagaimana caranya untuk mengendalikan diri.

Utamakan keseimbangan baik dalam kehidupan pribadi maupun karir dan pekerjaan. Cari tau hobi dan passion kita, luangkanlah waktu untuk melakukannya. Menjadi pekerja keras bukan menjadi alasan seseorang jauh dari keluarga atau lingkungannya. Hidup terlalu singkat untuk di jalani, nikmati setiap prosesnya dan jalani dengan bahagia.

 

Sumber:

https://p2ptm.kemkes.go.id/artikel-ilmiah/kerja-berlebihan-itu-tidak-baik-tapi-kenapa-banyak-orang-masih-melakukannya

https://www.liputan6.com/health/read/693990/kebiasaan-buruk-workaholic-yang-harus-diubah

 

 

Responses (2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *