danAjaran Makrifat Sunan Kalijaga – Pembaca pernah mendengat nama Sunan Kalijaga? Namanya abadi sebagai nama Universitas Islam Negeri (UIN) di Yogyakarta yakni UIN Sunan Kalijaga, juga sebagai nama jalan dan paguyuban atau organisasi.
Sunan Kalijaga bernama Raden Sahid sebagai putra adipati Wilwatikta di Tuban dan memilih menjadi penyebar agama Islam di Tanah Jawa daripada menjadi seorang adipati. Sempat berpetualang dan menjadi berandalan bernama Lokajaya sebelum akhirnya bertemu Sunan Bonang.
Belajar dan Berdakwah
Pertemuan dengan salah satu anggota walisanga tersebut menjadikan Raden Sahid bertobat dan menjadi murid Sunan Bonang. Akhirnya, berkat keilmuan dan kemakrifatannya, Raden Sahid didaulat sebagai anggota walisanga dan menjadi penasehat kerajaan Demak, Pajang dan Mataram islam.
Lokasi dakwahnya di daerah Demak dan dikenal sebagai Kadilangu. Makamnya di Kadilangu Demak banyak diziarahi oleh umat manusia. Sebagai penyebar agama islam, Sunan Kalijaga banyak mengajarkan ilmu baik pertanian, politik, sastra, budaya dan agama ialam itu sendiri.
Setelah membaca beberapa literatur, penulis memenukan ajaran makrifat dari beliau yang bisa kita lakukan swbagai wujud pendekatan diri pada Allah. Apa saja ajaran makrifat dari Sunan yang selalu memakai blangkon dibandingkan surban? Simak penjelasan berikut ini.
1. Tapa badan
Bertapa secara jasmaniah atau tapa badan merupakan ajaran makrifat dari Sunan Kalijaga yang pertama. Bertapa badan berarti berpuasa secara fisik. Saat berpuasa atau bertapa berarti menahan diri dari berbagai hal. Selain menahan diri makan dan minum juga menahan perilaku dan ucapan. Kita harus berperilaku baik dan berbicara sopan santun. Sementara zakatnya berupa mengerjakan kebaikan.
2. Tapa Hati
Tapa hati berpuasanya hati kita dari memikirkan hal-hal yang negatif. Tidak mengkhayalkan hal buruk bagi diri kita ataupun untuk orang lain. Tidak iri hati dan berburuk sangka. Tapa hati berarti sabar dalam menghadapi berbagai macam cobaan hidup. Sabar menerima takdir dari Allah tetapi tetap berusaha untuk mengubah qada dan qodar kita. Zakatnya berupa bersih dari berprasangka buruk. Prasangka buruk membuat hati tidak lagi suci. Untuk itulah lakukanlah tapa hati dengan bersabar.
3. Tapa nafsu
Nafsu sering kali muncul dalam hati dan pikiran kita. Nafsu yang tidak dikendalikan akan membuat hidup berantakan. Tidak teratur dan cenderung berbuat kerusakan di bumi ini. Nafsu harus dikekang terutama keinginan berbuat dosa dan kerusakan. Caranya dengan tapa nafsu dan dilakukan dengan ikhlas. Tanpa keikhlasan tidak tercapai ketenangan hati kita. Zakatnya kita jalani saja cobaan dan mudah memaafkan. Kita ikhlas menjalani cobaan dari Allah dan mudah memaafkan segala hal yang sebenarnya merugikan kita. Memaafkan hal yang menyakiti kita
4. Tapa ruh
Selama ini kita hanya mengenal bertapa itu menahan hawa nafsu untuk mencapai kehidupan yang bahagia. Bukan hanya tapa badan, hati atau nafsu. Ada juga tapa ruh. Tapa ruh ini berupa berkata jujur. Tidak berbohong dan membohongi. Tetap jujur apapun keadaannya. Berkata jujur membuat hati dan pikiran tenang. Syaratnya tidak mencela. Apa pun itu tidak usah mencela baik itu baik atau buruk.
5. Tapa rasa
Tapa rasa berarti menahan rasa dan perasaan. Menahan diri dari perasaan marah, kecewa dan rasa sedih berkepanjangan. Menahan diri dari menyakiti orang lain dengan berlaku utama. Berlaku utama maksudnya berlaku baik pada orang lain dengan cara diam dan taubat. Diam itu emas karena dengan diam berarti kita tidak berkata buruk dan tidak mengumpat. Bertaubat berarti berhenti berbuat kerusakan dan wajib melakukan perintah Allah.
6. Tapa ruh
Tapa ruh berarti ruh kita dijaga agar selalu suci dan baik. Caranya berlaku suci dan berhati ikhlas. Kita harus ikhlas terhadap takdir kita. Kita terima ketentuan Allah pada kita sebab itulah yang terbaik untuk kita. Coba kita bayangkan saja. Kita menyukai lawan jenis, tetapi Allah tidak menjadikan kita pasangan. Artinya Allah memberikan kita ketentuan yang kadang berbeda dengan keinginan. Kita terima saja. Mungkin Allah memilihkan kita lawan jenis yang pas buat kita. Mungkin ada keburukan yang disembunyikan kita tidaka tahu. Kita ikhlas saja sehingga kita bisa berlaku suci hati dan pikiran kita.
7. Tapa hayu
Tapa hayu merupakan tirakat kita untuk selalu waspada. Waspada pada kehidupan dunia terhadap kelakukan buruk siapa saja dan juga berhati-hati dalam bertindak. Kehati-hatian itu dilakukan dengan selalj ingat Allah. Saat kita ingat Allah, kita akan berbuat kebajikan dan saat lupa Allah, kita akan berbuat kejahatan. Untuk itu selalu ingat Allah berarti kita selalu waspada akan kehidupan beragama dan kemasyarakatan kita. Kita bertujuan hidup untuk husnul khatimah dan mendapatkan surganya Allah.
8. Rapat mata
Rapat mata berarti mengurangi tidur. Ingatlah pesan leluhur kita untuk tidak tidur sore atau di awal malam.
Tidak.tidur atau melekan merupakan bentuk tirakat atau lelaku orang tua kita. Mengurangi tidur berarti beribadah, membaca wirid dan berdoa pada Allah agar anak dan keturunannya diberkahi Allah dengan menjadi orang-orang yang tangguh. Selain itu juga tidak berharap dan iri terhadap milik orang lain. Memelihara rasa iri hanya akan membuat pikiran dan hati kita kotor. Untuk itu lakukanlah rapat mata agar rasa iri dengki tidak muncul di dalam diri kita.
9. Rapat hidung, telinga dan mulut
Lakukanlah rapat hidung, telinga dan mulut. Hidup untuk mencium bau dan keburukan orang. Tutuplah sehingga kita terbebas dari bau busuk kejelekan tetangga dan keluarga kira. Tutup telinga agar tidak mendengar caci maki, perkataan kotor dan iri dengki yang membuat kita marah dan membalasnya. Tutup juga mulut dari berkata buruk, menggunjing dan memaki. Gunakanlah mulut untuk berkata jujur dan bukanya kebohongan. Sebab bohong akan menciptakan kebohongan lain.
Bersikap hening, tenang dan narima menjadikan kita hidup damai.
Demikian ajaran makrifat dari Sunan Kalijaga yang patut kita tiru agar hidup damai. Semoga bermanfaat dan salam literasi.
Referensi: https://www.uin-suka.ac.id/






