Paus adalah pemimpin spiritual yang sering memberikan pesan-pesan universal, yang tak hanya diperuntukkan bagi umat Katolik, tetapi juga bagi seluruh umat manusia.
Melalui berbagai pidato dan pesan-pesan kemanusiaannya, Paus mengajak kita semua untuk merenungkan esensi kemanusiaan, kebersamaan, dan cinta.
Mari kita bedah satu per satu pesan-pesan mendalam yang disampaikan Paus dengan gaya yang santai, tapi tetap mendalam.
1. Jangan Serakah, Belajarlah Berkata Cukup
“Jangan serakah, belajarlah berkata cukup.” Ini bukan sekadar nasihat spiritual, tetapi juga nasihat kesehatan mental. Berapa kali kita mengejar sesuatu tanpa akhir, merasa tidak pernah cukup?
Dalam dunia yang serba cepat ini, kebahagiaan sering kali diukur dari seberapa banyak yang kita miliki, lebih banyak uang, lebih banyak barang, lebih banyak pengikut di media sosial. Tetapi, ketika kamu sudah punya semua itu, apakah hati kamu penuh? Nah, di sinilah letak masalahnya.
Paus mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati hadir ketika kita merasa cukup. Serakah hanya akan mengosongkan hati, sementara rasa syukur yang tulus akan memenuhi jiwa.
Sebelum kamu memutuskan untuk menambah koleksi sepatu yang sudah memenuhi lemari, tanyakan pada dirimu sendiri, “Apakah ini benar-benar membuatku lebih bahagia?” Kalau jawabannya “tidak,” mungkin sudah saatnya kita belajar bersyukur atas apa yang kita punya.
2 Jangan Membenci Orang yang Berbeda Denganmu
Pernahkah kamu merasa risih atau marah pada seseorang hanya karena dia berbeda dari dirimu? Paus mengingatkan kita untuk tidak membenci orang yang berbeda dengan kita.
Faktanya, perbedaan itu adalah anugerah. Kalau semua orang berpikir, bertindak, dan berbicara sama, dunia ini pasti sangat membosankan, bukan?
Cinta selalu lebih kuat dari kebencian. Untuk apa hak kita untuk membeda-bedakan dan membenci?
Dalam pandangan Paus, setiap orang adalah bagian dari satu keluarga besar kemanusiaan. Dan dalam keluarga, ada perbedaan, tetapi itu tidak membuat kita berhenti mencintai satu sama lain.
Lagipula, dunia sudah penuh dengan kebencian, jadi mengapa kita harus menambahnya? Mulailah dengan hal sederhana dengan senyum pada orang asing, ucapkan salam kepada orang yang berbeda keyakinan, atau, kalau mau lebih ekstrim lagi, cobalah untuk benar-benar mengenal mereka.
Kamu mungkin akan terkejut dengan betapa banyak persamaan yang kita miliki.
3. Jangan Menindas, Menindas Tanda Kelemahan, Bukan Kekuatan
Kita seringkali salah kaprah tentang apa itu kekuatan sejati. Ada yang berpikir bahwa kekuatan adalah tentang siapa yang paling keras, paling kuat, atau siapa yang punya kuasa untuk menekan orang lain.
Tapi Paus punya sudut pandang yang berbeda, kekuatan sejati terlihat dari tangan yang mengangkat, bukan dari yang menekan.
Menindas adalah tanda hati yang rapuh, bukan tanda kekuatan. Orang yang benar-benar kuat tidak perlu menjatuhkan orang lain untuk merasa berkuasa. Sebaliknya, mereka justru mengulurkan tangan untuk membantu yang lemah.
Lain kali kalau kamu merasa tergoda untuk menindas atau merendahkan orang lain, ingatlah bahwa itu tidak membuatmu lebih kuat, hanya membuatmu terlihat lebih kecil.
4. Agama Tanpa Rasa Kemanusiaan Adalah Nol Besar
Ada kalanya agama menjadi begitu terfokus pada ritual dan aturan sehingga lupa pada inti utamanya, yaitu kemanusiaan. Paus menekankan bahwa iman tanpa cinta hanyalah ritual kosong. Tanpa kemanusiaan, agama kehilangan maknanya.
Pelajaran ini sangat penting bagi kita semua, apa pun agama atau keyakinan yang kita anut.
Jika agama kita tidak membuat kita lebih baik sebagai manusia, lebih peduli pada orang lain, dan lebih penuh kasih, maka kita harus bertanya-tanya, apa gunanya semua itu?
Ritual yang indah mungkin bisa memberi kita ketenangan sesaat, tetapi jika hati kita tidak penuh cinta dan belas kasih, maka semua itu sia-sia.
Paus mengingatkan bahwa inti dari setiap ajaran agama adalah kemanusiaan. Marilah kita selalu ingat untuk selalu membawa cinta dalam setiap tindakan kita, bukan hanya sekadar beribadah atau mengikuti aturan.
5. Ketika Kamu Tidak Peduli, Kamu Ikut Bersalah
Ketidakpedulian adalah luka yang tidak terlihat. Mungkin kamu tidak secara aktif menyakiti orang lain, tetapi ketika kamu berpaling dari penderitaan mereka, kamu ikut berperan dalam penderitaan itu.
Paus tidak sedang mengajak kita untuk jadi superhero yang menyelesaikan semua masalah dunia, tetapi setidaknya kita bisa mulai dengan peduli.
Ketika kita melihat ketidakadilan dan memilih untuk diam, kita sebenarnya sudah menjadi bagian dari masalah. Mungkin terdengar berat, tetapi kebenarannya memang begitu.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Mulailah dengan hal-hal kecil seperti peduli pada tetangga yang kesusahan, membantu teman yang sedang butuh dukungan, atau bahkan berbicara tentang isu-isu kemanusiaan di lingkungan sekitar.
Setiap langkah kecil itu berarti, dan semakin banyak orang yang peduli, semakin besar dampaknya.
6. Kekuasaan Diberikan Untuk Membantu yang Lemah, Bukan Untuk Memperalat atau Memanipulasi
Pernah dengar ungkapan “power corrupts”? Ternyata, itu ada benarnya. Kekuasaan sering kali dijadikan alat untuk memperalat atau memanipulasi.
Paus dengan tegas mengatakan bahwa kekuasaan adalah tanggung jawab suci. Pergunakan untuk mengangkat yang jatuh, bukan untuk mengeksploitasi yang rentan.
Seorang pemimpin sejati adalah dia yang menggunakan kekuasaannya untuk melayani, bukan untuk memanipulasi.
Apabila kamu yang memiliki kekuasaan, entah itu di lingkungan kerja, keluarga, atau masyarakat, ingatlah bahwa tugasmu adalah membantu yang lemah, bukan memanfaatkan posisi tersebut untuk keuntungan pribadi.
Kekuasaan yang sejati adalah yang mengangkat orang lain, bukan menindas mereka.
7. Kotbah dan Pidato Terbaik Adalah Tindakan dan Sikapmu, Bukan Kata-Kata
Kita semua suka bicara, memberi nasihat, atau mungkin berkhotbah. Tetapi, kata-kata hanyalah inspirasi awal. Paus mengingatkan bahwa kotbah dan pidato terbaik adalah tindakan dan sikap kita, bukan hanya kata-kata.
Kata-kata memang bisa menginspirasi, tetapi tindakan berbicara lebih lantang. Untuk, jika kamu ingin menyampaikan pesan cinta, kasih, dan kebaikan, tunjukkan itu melalui tindakanmu.
Bantu orang lain tanpa pamrih, tunjukkan kasih kepada yang membutuhkan, dan jadilah contoh hidup dari nilai-nilai yang kamu pegang.
Penutup
Paus mengatakan, “Musuh kita bukan yang berbeda iman, tetapi kebencian yang menghancurkan dan ketidakpedulian yang melumpuhkan.”
Pesan ini mengingatkan kita bahwa yang benar-benar mengancam kita bukanlah perbedaan, tetapi kebencian yang muncul karena ketidakmampuan kita untuk menerima perbedaan tersebut, dan ketidakpedulian yang membuat kita menutup mata terhadap penderitaan orang lain.
Bila kita bisa mulai dari sini, menghentikan kebencian dan memulai kepedulian, dunia ini akan menjadi tempat yang jauh lebih baik.
Tidak perlu revolusi besar-besaran, hanya butuh satu tindakan kecil dari masing-masing kita untuk membuat perbedaan besar.
Sudah saatnya kita mulai membawa cinta serta kebaikan ke dalam dunia.
Referensi
Ini Tiga Pesan Paus Fransiskus untuk Indonesia
https://mediaindonesia.com/humaniora/698888/ini-tiga-pesan-paus-fransiskus-untuk-indonesia
4 Pesan Paus Fransiskus di Indonesia, dari Awal Kunjungan dengan Jokowi hingga Misa Kudus di GBK
https://www.viva.co.id/berita/nasional/1749767-4-pesan-paus-fransiskus-di-indonesia-dari-awal-kunjungan-dengan-jokowi-hingga-misa-kudus-di-gbk
2 Pesan Paus Fransiskus untuk Indonesia: Bersatu dan Jaga Ikatan Persaudaraan
https://www.liputan6.com/global/read/5693848/2-pesan-paus-fransiskus-untuk-indonesia-bersatu-dan-jaga-ikatan-persaudaraan?page=2